Sejauh ini sejarah berdirinya Kelantan belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa pendapat yang menyebutkan tentang asal usul Kelantan. Namun beberapa catatan orang Eropa dan Cina seperti Claudius Ptolemy, penulis buku Geography of Eastern Asia di abad 2 M telah menyebutkan nama Kole Polis, Primula, dan Tharra yang terletak di pantai timur Semenanjung Melayu.
Kole Polis ini oleh G. E. Gerini dari Italia disebutkan terletak di Kelantan. Hal itu berdasarkan anggapan bahwa nama Kelantan adalah gabungan kata dari Kolo dengan kata Thana atau Tanah, hingga dalam penyebutan berikutnya Kolathana atau Kolamtanah menjadi Kolantan.
Pendapat lainnya menganggap bahwa ada sebuah negeri lagi yang disebut-sebut oleh orang-orang China, yaitun Chit-tuyang berarti Negeri Tanah Merah yang dikaitkan dengan Negeri Kelantan. Dari artikel sejarah Kelantan yang dimuat Melayuonline berdasarkan letak geografisnya, sebagian ahli sejarah menganggap bahwa bahwa Chit-tu (Tanah Merah) atau yang disebut juga Raktamrittika adalah Kelantan itu sendiri.
Terkait anggapan Raktamrittika adalah kelantan maka Erwin Amiruddin pemerhati sejarah Melayu yang tinggal di Bandung menyatakan bahwa pendapat itu keliru besar. Menurutnya, Raktamrittika adalah mahavihara besar, semacam universitas tempat pembalajaran agama Buddha yang sangat penting di India. Bukan di Kelantan.
Raktamrittika merupakan salah satu tempat persinggahan biksu pengelana Xuan Zhang yang mengunjungi 20 mahavihara buddha selain Nalanda Mahavihara. Tujuan utama Xuan Zhang untuk untuk menulis ulang sutra kitab suci Buddha. Xuan Zhang ini adalah biksu yang berkiprah 50 tahun sebelum biksu I-tsing yang terkenal.
“Memang, nama Raktamrittika disebut juga, dalam Prasasti Buddhagupta yang ditemukan di Kedah abad 19 M. Prasasti ini secara paleography berasal dari abad ke 5 memakai huruf Pallava bahasa Sanskerta. Dalam prasasti buddhgupta di sebutkan seorang nahkoda kapal bernama Buddhagupta berasal Raktamrritika. Persoalannya Di manakah letak Raktamrittika ?” Ujar Erwin kepada Jernih.
Erwin kemudian menjelaskan bahwa Ada beberapa teori dan pendapat terkait Letak Raktamrittika setidaknya, ada dua teori yang berbeda pendapat, yaitu pertama Teori Hipotesis H. C. Kern yang berpendapat bahwa Raktamrittika tak lain Chit-tu sendiri yang mempunyai arti sama dengan Raktamrittika yaitu tanah merah , tapi H. C. Kern sendiri tak berhasil membuktikan dengan bukti bukti arkeologi.
“Teori H. C. Kern adalah hipotesis kosong tanpa bukti ilmiah. Teori H. C. Kern inilah yang sering rujukan dan klaim blogger-blogger pengkaji sejarah lokal Malaysia” Ungkap Erwin. Selanjutnya dirinya mengutip teori kedua yaitu teori hipotesis Majumdar yang pendapatnya berbeda dengan H. C. Kern.
Majumdar berpendapat letak Raktamrittika berada di India, merujuk pada Raktamrittikamahavihara sebagai salah satu tempat penting pembelajaran budha yang pernah di kunjungi oleh biksu pengelana Xuan Zhang pada awal abad 7 masehi. Dalam catatan Xuan Zhang, Raktamrittika dalam bahasa Cina adalah lo -to -wei-chi-sang-kia-lam atau disebut ki-to-mo-chi dan di kenal juga sebagai Raktamrittika Sangharama.
“Pendapat Majumdar terbukti benar, tahun 1962 reruntuhan Raktamrittika mahavihara ditemukan di Radjadibanga, Desa Jadubur Distrik Mursidabad West Bengal dan dieskavasi oleh Universitas Callcuta yang melibatkan Prof SR. Das sebagai kepala ekskavasi. Selain itu epigraf Prof D.C. Sircar dan Prof. Mukherjee terlibat juga.”
Bukan hanya itu daerah tempat Raktamrittika Mahavihara berdiri disebut juga tanah merah karena tanah yang ada di sekitar Raktamrittika itu berlumpur berwarna merah. Selain itu tembok-tembok bekas pemukimannya juga berwarna merah. Di komplek ini ditemukan artefak terakota seal berinskripsi sebanyak 98 buah, tapi yang terbaca hanya 41 terakota yang berasal dari abad 5 sampai 10 M. Dua di antara yang menyebutkan nama Rakramrittika sama seperti Prasasti Budhagupta.
Dua terakota berinskripsi yang menyebutkan Raktamrittika ini adalah terakota seal no 1 dan terakota seal no 14. Terakota seal berinskripsi No 1 yang diterjemahkan oleh Prof D.C. Sircar terdiri dari 2 baris. Baris pertama berbunyi : Sri-raktamrttika – mahavaiha. Baris kedua : rik-arya – bhiksu –sanghasy. Sedangkan terakota seal no 14 diterjemahkan oleh Prof Mukherjee, terdiri dari 3 baris inskripsi. Alih aksaranya terbaca sebagai berikut : Raktamrtti(kayam) / (Vi)Har(e) (arya)/ Bhiksu (sanghasya)
Dari bukti di atas, Erwin meyakini bahwa seorang nahkoda kapal yang bernama Budhagupta itu berasal dari Raktamrittika di West Bengal India. Dan Raktamrittika yang di sebutkan pada Prasasti Budhagupta tersebut tidak ada hubungan dengan dengan Kelantan atau Chit-tu.
“Jadi tiada bukti kalo Raktamrritika itu di Kelantan atau pantai timur Semenanjung Kelantan. Selama ini di kawasan tersebut tidak pernah ditemukan candi dan prasasti. Saya rasa polemik perdebatan letak Raktamrittika diakhiri saja, sebab sudah jelas secara bukti-bukti arkeolog bahwa letak Raktamrittika ada di India.” Ujar Erwin menutup perbincangan.