Lelaki itu tetap siaga dalam duduknya. Tangannya bertumpu pada lutut, kepalanya sedikit terangkat menengok ke kanan dengan mulut terbuka. Ia tampak fokus, mungkin menunggu namanya dipanggil atau sedang bengong merasakan kelelahan yang teramat sangat. Wajahnya menunjukan memar dan bibirnya cekung, seolah giginya telah rontok akibat pukulan.
Hidungnya patah dan mulutnya yang terbuka, seperti terengah mengatur nafas.Telinga dan pelipis kanannya robek, luka baru akibat hantaman lawannya. Otot lengan dan kaki tampak tegang seperti bersiaga. Pertarungan baru saja berlalu dan sangat melelahkan, namun petinju itu siap bangkit menghadapi petarung berikutnya.
Boxer at Rest adalah patung perunggu dari zaman Hellenistic dan menjadi patung perunggu kuno paling ikonik di dunia. Saat ditemukan pada penggalian di abad ke 19 di Roma, patung ini mengejutkan dunia karena menjadi salah satu yang selamat dari daur ulang. Betapa tidak, temuan patung-patung perunggu kuno selalu berakhir naas, dilebur menjadi koin atau dibuat senjata.
Patung yang kemudian di juluki Boxer at Rest (dikenal juga sebagai Terme Boxer atau Boxer of the Quirinal) telah menjadi salah satu patung realis terbaik yang dibuat di masa Helenistik karena mampu menampilkan emosi dalam setiap lekuknya. Ternyata kehadirannya sampai kini mengundang banyak pertanyaan yang masih belum terjawab.
Boxer at Rest ditemukan selama penggalian yang dilakukan di sisi selatan Bukit Quirinal di Roma pada tahun 1885. Patung tersebut tersimpan di dasar bangunan kuno yang letaknya tidak jauh dari Baths of Constantine. Saat ditemukan, terkesan sengaja dikubur dan diletakan hati-hati sampai kemudian terlupakan.
Rodolfo Lanciani adalah arkeolog Italia yang saat itu menyaksikan penemuan Boxer at Rest. Ia menuliskan tentang perasaanya saat patung itu diangkat dari dalam bumi. Sepanjang dirinya menjadi arkeolog dan banyak menyaksikan temuan, dirinya tidak pernah merasakn kesan se-luar biasa saat melihat petinju itu. Seolah bangkit dari tanah, bangun dari istirahatnya yang panjang setelah pertarungannya yang gagah.
Boxer at Rest memang sebuah mahakarya yang tak terbantahkan dan menunjukan kwalitas seni patung Periode Hellenistik yang dimulai pada 323 SM dan berakhir pada 31 SM. Periode itu berlangsung selama hampir 300 tahun, dimulai pada tahun kematian Alexander Agung dan berakhir ketika Pertempuran Aktium terjadi. Pertempuran itu telah yang mengukuhkan Augustus menang atas saingannya, yaitu Mark Antony yang didukung oleh Cleopatra VII, penguasa aktif terakhir dari Ptolemaic Egypt.
Dengan kekuatan senjata Romawi berhasil menaklukkan berbagai kerajaan Helenistik yang mereka temui. Namun pada gilirannya Romawi ditaklukan secara budaya oleh orang Yunani dan Hellenis. Orang-orang Romawi menjadi penggila dan kolektor seni Yunani. Hal itulah yang bisa menjelaskan kenapa Boxer at Rest, patung Helenistik dapat berakhir di Roma.
Para seniman dari periode Hellenistic adalah peniru objek yang handal sehingga banyak karya realis yang dihasilkan sesuai detail model tiruannya. Walau mereka telah belajar mengadaftasi gaya realis sebelumnya. Namun pada saat yang sama mereka juga membuat inovasi sehingga menghasilkan gaya yang mandiri . Salah satu yang paling menonjol dari gaya pematung periode Hellenistic adalah kekuatan emosi dalam karya realis mereka.
Namun realisme ini belum tentu setara dengan individualisme. Beberapa fitur realistis yang ditemukan dalam seni Helenistik dapat dilihat pada beberapa patung. Hal itu menunjukkan seolah ada repertoar atau pakem artistik yang digunakan oleh para seniman Helenistik selama penciptaan patung mereka.
Selain itu terdapat pula sisi individualism dalam Boxer at Rest yang membuatnya mampu dinarasikan, seperi diawal tulisan. Narasi tersebut adalah sebagian dari deskripsi Seán Hemingway, Kurator Departemen Seni Museum Metropolitan Yunani dan Seni Romawi yang berhasil menggambarkan kondisi fisik dan psikis sang petinju.
Seni Individualisme lebih menonjolkan sisi emosi dan malah mengesampingkan figur yang digarap. Patung Boxer at Rest dari sisi individualism tidak ingin menunjukan ‘siapa dia yang dipatungkan’. Namun pematungnya ingin memperlihatkan sisi psikis yang dihadirkan melalui detail fisik dan gesturnya.
Karya individualsm selalu dilandasi sudut pandang pribadi sebagai karya mandiri, bebas tidak mengikuti trend. Oleh karena itu teka-teki siapakah Boxer at Rest tidak pernah terjawab. Ketimbang menduga-duga siapa orangnya, para apresiator lebih mudah menangkap emosi dari patung itu. Dan itulah yang membuat Boxer at Rest menjadi materpiece.
Daya tarik perunggu memungkinkan bentuk patung tampak dibuat lebih dinamis. Terlebih lagi, warna patung perunggu ketika pertama kali dibuat akan berwarna cokelat mengkilap. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan kulit kecokelatan yang dimiliki oleh orang yang menjadi model patung.
Berbeda dengan media batu, bahan logam mampu menyimpan detail terbaik. Kemampuan menangkap emosi yang terlihat hidup oleh pematung hellenistic menjadi kekuatan utama yang diabadikan dalam media logam sehingga mampu menggetarkan apresiatornya sampai jauh menembus jaman.
Detail yang kuat itu dapat terbentuk berkat proses pengecoran tembaga dengan menggunakan metode cetak lilin. Selama periode Helenistik, benda-benda perunggu sebenarnya cukup umum di produksi. Proses pengecoran lilin tidak hanya mendapatkan detail patung yang bagus, tetapi juga memungkinkan beberapa karya seni dapat diproduksi secara masal.
Salah seorang pematung terkenal periode Hellenistic adalah Lysippos dari Sikyon. Ia adalah pematung pribadi Alexander Agung. Sepanjang hidupnya Lysippos diyakini telah membuat 1.500 patung. Sayangnya tak satupun dari karya-karyanya bertahan sampai hari ini. Walau demikian sejumlah patung perunggu yang ada saat ini dicurigai adalah karyanya.
Sekali lagi, patung perunggu dari zaman Helenistik jarang ditemukan karena perunggu adalah logam berharga yang dapat dengan mudah dilebur dan didaur ulang menjadi koin dan benda lainnya. Oleh karena itu, patung perunggu Hellenistic yang tersisa di dunia hanya berkisar 100 sampai 200 patung. Potongan-potongan yang ada itu mungkin terselamatkan oleh bencana.
Selain faktor daur ulang, beberapa patung perunggu yang pernah dikapalkan sebagai barang rampasan tenggelam ke dasar laut ketika kapal-kapal itu karam. Beberapa lainnya diselamatkan terkubur akibat bencana alam, seperti letusan gunung berapi atau tanah longsor.
Berdasarkan posisinya saat ditemukan, Boxer at Rest kemungkinan disembunyikan untuk mencegah agar tidak jatuh ke tangan penjajah. Pemiliknya tidak memiliki kesempatan untuk mengambilnya kembali dan secara tidak sengaja, ia menyimpannya untuk ditemukan di masa depan.
Siapakah pematung si Boxer at Rest ? Sampai saat ini tidak diketahui identitasnya. Namun para ahli sepakat bahwa patung itu berasal dari periode Hellenistik. perkiraan untuk tanggal pasti objek penciptaan berkisar antara 330 hingga 50 SM. Pertanyaan lainnya yang masih menjadi tanda tanya adalah identitas objek atau model dari patung yang juga tak terjawab sampai saat ini.
Namun patung itu secara meyakinkan mewakili figur seorang petinju yang sedang beristirahat. Seán Hemingway, Kurator Departemen Seni Museum Metropolitan Yunani dan Seni Romawi, mendeskripsikan Boxer at Rest sebagai berikut:
“Patung itu menggambarkan seorang petinju yang duduk dengan tangan bertumpu pada lutut, kepalanya berputar ke kanan dan sedikit terangkat dengan mulut terbuka. Sosok itu tampak telanjang, hanya memakai sarung tinju model Yunani kuno dengan potongan-potongan kulit yang melekat pada cincin di sekitar buku-buku jari ddilengkapi dengan bantalan wol.
Tubuhnya berotot dan janggutnya tampak penuh menandakan atlet dewasa. Lehernya yang kekar, kaki kurus dan lenganterlihat panjang sangat cocok untuk olahraga ini… Hidungnya yang patah adalah kondisi umum para petinju, mungkin hasil dari pertarungan sebelumnya. Tetapi cara dia bernapas melalui mulutnya serta luka berdarah di telinga dan di wajahnya menjelaskan kerusakan yang ditimbulkan oleh lawan terbarunya.
Beberapa pihak mengasumsikan bahwa Boxer of Rest menggambarkan individu tertentu sehingga diduga patung tersebut awalnya sebagai monumen yang dipajang untuk menghormati si petinju di kota kelahirannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa patung tersebut adalah gambaran Heracles, pahlawan Yunani.
Disebut gambaran Heracles karena kemiripan pose dan janggutnya dengan dua patung Heracles yang diduga karya Lysippos. Bila demikian maka bisa jadi Boxer at Rest adalah benda suci yang pernah disimpan di tempat yang dilindungi oleh otoritas Yunani pada masanya.
Beberapa sarjana berpendapat bahwa Boxer at Rest tidak saja dihargai sebatas karya seni oleh orang Yunani dan Romawi kuno, tetapi juga dihormati sebagai objek yang memiliki kekuatan magis. Bagian dari pahatan tangan dan kaki menunjukkan tanda-tanda aus yang diyakini disebabkan oleh seringnya disentuh orang pada masanya karena dianggap memiliki kekuatan penyembuh.
Kenyataan demikian masuk akal karena, selain patung-patung tokoh religius yang disakralkan, patung-patung tertentu dari atlet terkenal juga diyakini memiliki kekuatan spiritual seperti itu sehingga dihormati. Alasan itu rupanya yang membuat orang Romawi sangat berhati-hati untuk melindungi Boxer at Rest, terutama ketika Roma diancam oleh penjajah ‘barbar’.
Diantara banyaknya pertanyaan yang tak terjawab, para peneliti telah mengungkap tekhnik yang digunakan dalam proses pembuatan patung tersebut. Seperti sebagian besar patung perunggu Hellenistic, Boxer at Rest dibuat menggunakan pengecoran lilin hilang berongga yang di cetak tidak langsung jadi.
Boxer at Rest tidak langsung dicetak utuh dalam satu keping perunggu. Bagian kepala, tubuh, alat kelamin, lengan di atas sarung tangan, lengan, kaki kiri, dan jari kaki tengah dibuat terpisah dan kemudian di las bersama. Bagian rambutnya dikerjakan dalam proses finishing yang berfungsi memperkuat perunggu.
Meskipun Boxer at Rest adalah patung perunggu, sejumlah besar inlay (tatahan) tembaga juga digunakan. Terutama terlihat pada luka di kepala patung dan tetesan darah di paha dan lengan kanan. Penggunaan logam yang berbeda untuk detail ini berfungsi untuk meningkatkan unsur realisme patung. Tembaga inlay juga digunakan untuk bibir, puting, serta tali dan jahitan sarung tinju.
Saat ini, Boxer at Rest menjadi koleksi Museum Nasional Roma dan biasanya dipajang di Palazzo Massimo alle Terme, yang terletak sangat dekat dengan Roma Termini, stasiun kereta api utama Roma. Boxer at Rest ditampilkan di ruangan yang sama dengan Pangeran Helenistik (juga dikenal sebagai Pangeran Seleucid), patung perunggu spektakuler lainnya.
Meskipun kedua potongan itu ditemukan di daerah tersebut, kemungkinan keduanya tidak berhubungan. Pada 2013 Boxer at Rest telah dipinjamkan untuk dipajang di Metropolitan Museum of Art di New York. Pada 2015, patung itu dipinjamkan ke Museum J. Paul Getty, Getty Center, di Los Angeles.
Boxer at Rest dianggap sebagai mahakarya patung perunggu Hellenistic. Karya seni yang luar biasa ini telah dikagumi karena kualitas estetikanya. Bahkan telah mengilhami karya-karya kreatif lainnya, yang paling terkenal di antaranya adalah puisi The Boxer, yang digubah oleh penyair Italia Gabriele Tinti.
Kekaguman untuk Boxer at Rest kemungkinan akan terus berlanjut di masa depan. Namun demikian, juga diharapkan bahwa banyak pertanyaan seputar patung ini suatu hari nanti dapat dijawab.