Kehilangan para dokter senior yang berpengalaman merupakan kerugian besar. Dikhawatirkan, dalam jangka panjang distribusi nakes antara di kota-kota besar dan daerah terpencil akan semakin timpang.
JERNIH- Banyaknya Tenaga kesehatan (Nakes) yang gugur akibat terinfeksi Covid-19 membuat Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dedi Supratman, prihatin dan mengatakan Indonesia kehilangan aset yang begitu besar atas gugurnya ribuan nakes.
Terlebih para nakes yang meninggal tersebut terdapat pula banyak guru besar atau dokter spesialis senior,
“Kita benar-benar harus membayar mahal atas kehilangan tenaga kesehatan ini. Itu mengapa sejak awal kami menyerukan perkuat perlindungan terhadap tenaga kesehatan,” kata Dedi.
Mereka adalah aset bangsa dan kehilangan mereka merupakan kehilangan bagi bangsa Indonesia. Kehilangan para dokter spesialis senior tersebut merupakan kehilangan yang tak tergantikan terutama dalam hal hal pengalaman dan pengetahuan.’
Sebelumnya, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan kematian sekitar 100.000 nakes akibat terpapar Covid-19 merupakan kesalahan negara-negara dan perusahaan yang mengendalikan suplai vaksin global.
Catatan WHO menyebut sekitar 80,000 hingga 180,000 nakes di seluruh dunia meninggal akibat Covid pada periode Januari 2020 hingga Mei 2021. Angka tersebut dihitung sejak awal pandemi virus corona.
Dari angka tersebut ada 2.032 tenaga kesehatan Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19, angka tersebut merujuk pada data LaporCovid-19. Data kematian nakes tersebut dihitung hingga Jumat (22/10/2021) lalu.
Adapun nakes yang meninggal akibat Covid-19 tersebut kebanyakan berprofesi dokter dan perawat. Jumlah dokter yang meninggal sebanyak 730 orang. Sementara perawat di Indonesia yang meninggal akibat Covid mencapai 670 orang.
Kemudian nakes yang berprofesi bidan sebanyak 388 orang. Sisanya adalah mereka yang mempunyai profesi dibidan medis lainnya.
Menurut Dedi, meski saat ini ada ribuan lulusan dokter baru, namun kelihangan para dokter senior yang berpengalaman merupakan kerugian besar. Sehingga Dedi Supratman khawatir dalam jangka panjang distribusi tenaga kesehatan antara di kota-kota besar dan daerah terpencil akan semakin timpang.
“Saat ini saja, kita ada masalah kuantitas. Di beberapa tempat yaitu kota besar terpenuhi. Tapi di daerah-daerah terpencil, sulit. Kalau kondisi sekarang ketersediaan nakes tidak ditambah, dan banyak yang wafat, akan semakin timpang di daerah-daerah terpencil.”
Sedangkan angka kematian tertinggi tercatat pada Juli 2021, ketika Indonesia mencapai puncak gelombang kedua pandemi Covid-19, yakni sebanyak 502 nakes.
Angka kematian nakes Indonesia akibat Covid-19 jauh diatas estimasi WHO, sebab WHO memperkirakan kematian nakes Indonesia periode Januari 2020-Mei 2021 hanya sebanyak 340 nakes. Sementara estimasi yang dibuat International Health Metrics and Evaluation menyebut, jumlah nakes yang meninggal di Indonesia akibat Covid pada periode itu sebanyak 760 orang. (tvl)