Akibatnya, Afrika Timur mengalami pengeringan, yang secara perlahan mengubah bagian luas dari hutan hujan tropisnya menjadi padang rumput. Hominid (masih kerabat simpanse) yang semula merangkak di atas pepohonan lantas turun ke padang rumput dan kian terlatih berjalan dengan berdiri tegak.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Tanpa dinamika perubahan yang terjadi di tanah air Indonesia, perkembangan kehidupan manusia sedunia barangkali belum beranjak dari hominid yang merangkak di pepohonan hutan hujan Afrika Timur.
Hal ini tergambar dalam buku “Origins: How the Earth Made Us“, karya Lewis Dartnell. Alkisah, sekitar 3-4 juta tahun lalu, dataran Sahul (Papua yang menyatu dengan Australia) terlepas dari superkontinen Gondwana (di belahan bumi selatan) dan bergeser ke utara. Kejadian yang sama menimbulkan keterpisahan benua Afrika yang semula menyatu dengan benua Amerika (Amerika Latin), dan keterlepasan India menuju dinding Asia Selatan.
Dataran Sahul yang bergeser ke utara kemudian menutup arus laut Indonesia yang semula merupakan jalur aliran air hangat dari Samudera Pacific ke Samudera India. Hal ini membuat Samudera India menjadi lebih dingin.
Saat yang sama pergerakan angin monsoon dari pegunungan Himalaya dan Tibet ke arah Samudera India juga menambah pendinginan di kawasan Samudera India.
Kondisi ini mengurangi penguapan di kawasan Samudera India dan menimbulkan efek pengisapan atmosfer yang menarik kelembaban udara dari kawasan Afrika Timur.
Akibatnya, Afrika Timur mengalami pengeringan, yang secara perlahan mengubah bagian luas dari hutan hujan tropisnya menjadi padang rumput. Hominid (masih kerabat simpanse) yang semula merangkak di atas pepohonan lantas turun ke padang rumput dan kian terlatih berjalan dengan berdiri tegak.
Proses ini seiring dengan perubahan iklim yang ditimbulkan oleh pergeseran rotasi bumi terhadap matahari (eccentricity vs precision) yang menimbulkan perubahan biokimiawi yang mempengaruhi struktur otak manusia.
Perpaduan antara perubahan lingkungan alam (yang memengaruhi perilaku) dan perubahan kapasitas otak manusia dalam jutaan tahun lamanya itulah yang secara perlahan menjadikan homo sapiens seperti manusia saat ini. Wallahu ‘alam! [ ]