Kurang lebih bunyinya: “Bapak/Ibu diterima tanggal sekian, pukul sekian. Harus menjalani swab antigen sebelumnya. Selama pertemuan dilarang melepas masker. Dilarang membicarakan pengadaan barang dan jasa, proyek-proyek.” Rupanya –karena kebiasaan—ia pun mengirim pesan itu ke Doni Monardo. Karena itulah Doni langsung menuju ruang swab. Doni tidak keberatan dengan aturan yang notabene ia sendiri yang membuatnya.
Oleh : Egy Massadiah
JERNIH– Saya dan Doni Monardo sedang menikmati keindahan sejengkal Pulau Sumba – NTT, saat Presiden Joko Widodo melantik Mayjen TNI Suharyanto menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu, 17 November 2021. Kedudukan Doni Monardo sebagai Kepala BNPB 2019-2021, membuat banyak sahabat spontan mengabarkan berita tadi.
Nama Mayjen Suharyanto (saat ini berpangkat Letjen TNI) tentu bukan nama yang asing. Bahkan, kami beberapa kali bersinggungan dalam kapasitas Doni sebagai kepala BNPB dan saya sebagai tenaga ahli BNPB. Salah satu kenangan yang sempat kami obrolkan usai mendapat berita itu adalah pertemuan di Malang.
Alkisah, pada Kamis, 3 Desember 2020 Kepala BNPB Doni Monardo dan rombongan berkunjung ke Kota Apel untuk meninjau persiapan Politeknik Kesehatan Malang (Poltekes) Kota Malang, yang akan dijadikan rumah sakit lapangan penanganan pasien Covid-19. Malang adalah tujuan yang kesekian dari serangkaian kunjungan sebelumnya.
Agenda berikutnya meluncur ke Cilacap, Jawa Tengah, lalu balik Jakarta. Pesawat carter terparkir di bandara Abdulrachman Saleh, Malang. Di situlah Pangdam V/Brawijaya, Mayjen Suharyanto menyambut. Bakso Malang, rawon dan rujak cingur menemani pertemuan itu.
Apa daya, pesawat mengalami trouble engine. Tak kurang satu-setengah jam kami menunggu. Nah, di saat itulah Doni Monardo dan Suharyanto terlibat obrolan asyik layaknya abang-adik. Topiknya mulai dari bencana alam, Covid-19, dan lain-lain.
Nah dua hari setelah Suharyanto dilantik menjadi kepala BNPB, demi dan atas nama kenangan tugas, Doni pun berinisiatif menemui Suharyanto. Tujuannya, semata-mata untuk mengucapkan selamat dan memberinya dukungan. Lekas saya menghubungi Korspri Ka BNPB, Kolonel (Czi) Budi Irawan, lulusan Akmil 91.
Budi yang juga Korspri saat Doni Monardo menjabat Kepala BNPB, sigap mengatur jadwal. Tidak lama kemudian, kami pun mendapat agenda bertemu Ka BNPB Suharyanto hari Jumat, 19 November 2021 di lantai 10 Graha BNPB, Jl. Pramuka, Jakarta Timur. Jamnya, siang. Pas betul dengan jam kedatangan kami di Jakarta dari Sumba (transit Denpasar).
Selamat tinggal Sumba. Selamat datang Jakarta. Kolonel Budi mengabarkan lagi, jadwal diundur habis maghrib, karena Kepala BNPB menghadiri acara di Mabes TNI-AD. Untuk diketahui, saat itu, Suharyanto juga masih menjabat Pangdam V/Brawijaya.
Usai maghrib, kami tiba di Graha BNPB. Kami dijemput protokol, dan diarahkan naik melalui lift VIP. Seketika ada perasaan, “Sebelumnya kami yang tuan rumah, kali ini, kami sebagai tamu.”
Sampai di lantai 10, Doni langsung menuju ke ruang swab-antigen. Kolonel Budi pun kikuk jadinya. “Tidak perlu, Bapak. Tadi hanya bercanda, saya kan tahu bapak sudah di-PCR,” tawa Budi.
Budi dan Doni memang sudah lama saling kenal. Saat Doni menjabat Danrem Bogor, Budi sebagai Dandim Bogor. Saat Doni sesjen wantanas, Budi pun bertugas di situ. Dan ketika 9 Januari 2019 Doni dilantik menjadi Ka BNPB, Kolonel Budi pun ikut diboyong menemani Doni.
Apa yang terjadi sesungguhnya? Ha ha ha seperti “senjata makan tuan”. Betapa tidak. Korspri Budi yang mengatur semua jadwal pertemuan Kepala BNPB, memiliki aturan, semacam term & condition. Setiap tamu Kepala BNPB, sejak era Doni Monardo, pasti akan mendapatkan pesan WhatsApp dari Budi.
Kurang lebih bunyinya: “Bapak/Ibu diterima tanggal sekian, pukul sekian. Harus menjalani swab antigen sebelumnya. Selama pertemuan dilarang melepas masker. Dilarang membicarakan pengadaan barang dan jasa, proyek-proyek.”
Rupanya –karena kebiasaan—ia pun mengirim pesan itu ke Doni Monardo. Karena itulah Doni langsung menuju ruang swab. Doni tidak keberatan dengan aturan yang notabene ia sendiri yang membuatnya.
“Nggak apa-apa Bud. Meskipun saya tadi baru PCR sebelum naik pesawat, tapi karena ini aturan, ya tidak masalah saya swab lagi,” kata Doni santai. Budi pun menarik napas lega.
Saat bersamaan, Kepala BNPB Suharyanto tiba di kantor. Masih mengenakan PDL (Pakaian Dinas Lapangan), sehabis acara di Mabes AD. Demi mengetahui tamunya (Doni Monardo) sudah berada di ruang swab, ia bergegas menyusul. Bahkan, Suharyanto menyaksikan saat Doni (dan saya) di-swab sebelum masuk ke ruang kerja Ka BNPB.
Sejurus kemudian kami sudah di ruang kerja Suharyanto. Point pertemuan seperti yang direncanakan: memberi ucapan selamat dan dukungan. Selebihnya obrolan abang-adik. Doni Monardo adalah lulusan Akmil 1985 dan Suharyanto lulusan 1989.
Dalam meniti karier sebagai prajurit, keduanya pernah berada pada ring-1. Doni Monardo, beberapa kali berdinas di Paspampres dan memuncaki karier sebagai Komandan Paspampres. Sementara Suharyanto yang merupakan lulusan terbaik Sesko TNI 2013, juga pernah menjabat Sekmil Presiden RI.
O ya, hari ini 26 Januari 2022, BNPB berulang tahun yang ke-14. Dirgahayu BNPB, tangguh menghadapi bencana, hadir gesit di setiap kesulitan rakyat! [ ]