Oleh : Yudi Latif
Saudaraku, kehidupan itu ibarat dawai yang bergetar, di mana setiap jiwa adalah partikel yang hanyut dalam gelombang nada.
Pada setiap renik partikel diri, terekam informasi semesta. Pada setiap detak suara, terpantul nyanyian alam. Pada setiap helaan nafas, terurai energi jagad besar.
Memahami rahasia keluasan alam raya bisa dilalui dengan menyelami kedalaman diri.
Sang pencipta tak pernah menampakkan diri dalam sesuatu apapun sebagaimana perwujudan-Nya dalam diri manusia.
Manusia adalah mahkota penciptaan, dengan pancaran cahaya (roh) Tuhan dalam jelmaan rohaninya. Sebagai pemancar cahaya Tuhan, manusia adalah rahasia Tuhan, sedangkan Tuhan adalah rahasia manusia.
Tuhan ciptakan alam semesta sebagai manifestasinya; Dia titipkan perawatannya pada manusia. Tuhan jadikan manusia sebagai ‘kendaraan’-Nya; Dia jadikan seluruh isi alam sebagai ‘kendaraan’ manusia.
Takwa adalah cara manusia ‘menuhan’; meniru dan mendekati sifat Tuhan. Sedang insan adalah cara Tuhan ‘memanusia’; menampakkan sifat-sifat-Nya dalam diri manusia.
Hanya manusia yang mengenali dirinya yang dapat mengenali Tuhan-Nya. Pengenalan diri adalah kunci pembuka rahasia alam semesta.
Manusia yang tak mengenali dirinya hanyalah debu yang diterbangkan angin; terhempas tanpa tuan, tanpa tujuan. Hilang diserap kegaduhan suara, sirna ditelan bumi. [Makrifat Pagi, Yudi Latif]