Berkendara itu seperti halnya berperang, kurang ilmu sedikit saja untuk menaklukkan medan dan lawan maka kita bisa kalah dan gagal mencapai tujuan.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto
JERNIH-“Jangan mengulangi memutar roda kembali”, demikian salah satu ucapan Almarhum Pak Habibie yang paling saya ingat sejak jaman saya kuliah. Waktu itu beliau datang ke Kampus Bulak Sumur memberikan ceramah ilmiah tentang IPTEK dan industri pesawat terbang pada acara yang diadakan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada.
Yang dimaksud beliau mungkin adalah janganlah sampai kita ini sebagai bangsa/negara mengulangi lagi proses litbang teknologi yang sudah dikerjakan oleh bangsa/negara lain. Itu akan membuang-buang sumber daya. Cukup ambil pengalamannya sebagai bekal melangkah memperpendek lintasan pembelajaran menjadi negara maju. Kita melompat.
Hal seperti itu sebenarnya sudah menjadi kewajaran dalam dunia ilmiah. Kita kalau mau melakukan penelitian itu ketika membuat proposal penelitian harus mengkaji ulang semua penelitian sejenis atau yang terkait untuk mengetahui kemajuan terkini dan untuk melihat posisi kekinian topik penelitian kita.
Dengan begitu sumbangsih penelitian kita terhadap kemajuan iptek dunia sangat jelas dari kebaruannya.
baca juga: Pecinta Aspal: Analogi Dasar antara Keselamatan dan Keamanan
Itu setidaknya yang pernah saya lakukan dulu waktu kuliah di Tokyo. Saya harus membaca 437 makalah ilmiah dari journal-journal ilmiah papan atas dunia yang ditulis para Peneliti/Ilmuwan dari seluruh dunia khususnya dari negara-negara maju sejak 90 tahun sebelumnya. Selain nambah ilmu juga bisa menemukan kebaruan topik saya. Modal utamanya hanya satu yaitu berpikir terbuka.
Pesan yang sama, “jangan mengulangi memutar roda kembali“, juga ingin saya sampaikan kepada publik khususnya anggota grup TSS, grup KOMTRASS dunia nyata, dan grup KOMTRASS fesbuk, bukan dalam urusan membuat pesawat terbang tapi dalam urusan berkendara, berlalulintas, dan bertransportasi yang tertib, selamat, dan aman (berTSA-KLT).
Jangan pernah malas dan bosan belajar dari pengalaman sendiri dan orang lain khususnya sesama anggota yang dishare di grup.
Jangan mengulangi hal-hal buruk yang pernah terjadi dialami oleh orang lain yang membuat mereka terlibat ketidak-TSA-nan: ketidaktertiban, kecelakaan, dan menjadi korban kejahatan. Biar orang lain saja yang salah sehingga mengalami mengalami ketidaknyamanan, kecelakaan, dan gangguan keamanan, bukan anda. Sekali lagi, bukan anda!
baca juga: Pecinta Aspal: Berkendara vs Bertarung: Pengendara ala Petarung
Singkatnya, jangan sampai anda mengalami kecelakaan karena sebab musabab yang sama (bahkan di tempat yang sama) yang dialami oleh orang lain yang ceritanya sudah ditulis dan dishare di ponsel anda tapi anda tidak membacanya.
Interaksi antar elemen ekosistem jalan raya nyaris tidak terbatas jumlah dan ragamnya, begitu juga level, lingkup, dan ukurannya. Dan, semua pengguna jalanpun punya pengalaman sendiri-sendiri yang mungkin saja berbeda sesuai lokasi, waktu, sebab akibat, dan suasana batinnya.
Makin banyak yang terlibat makin komplek interaksinya. Bila semua pengalaman itu ditulis, dishare, dan dikompilasi di grup ini akan menjadi bank data besar (big data) untuk bisa dibaca dan digunakan oleh sesama anggota sehingga bisa menghindarkan anggota lain dari kejadian buruk yang mungkin akan terjadi.
Berkendara itu seperti halnya berperang, kurang ilmu sedikit saja untuk menaklukkan medan dan lawan maka kita bisa kalah dan gagal mencapai tujuan.
Jangan berhenti menulis dan sharing pengalaman anda; dan jangan pula berhenti membaca pengalaman anggota lain dan memberi komen yang tepat.
Terima kasih,
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/Nuclear Engineer/Industrial Safety&Security Lecturer/Kyokushin Karate Instructor; IKOK Reg. No. 73.236 (1989)/M-TSA Inspirator & Motivator/Road Traffic Observer.