Site icon Jernih.co

Madinah, Kota Sejuta Cahaya

Di Mekkah, ajaran Islam baru sebatas hubungan dengan Allah SWT (hablum minallahi). Sedangkan di Madinah, mulai terbentuk pula hubungan dengan sesama manusia (hablum minannasi). Urusan akhirat berpadu harmonis dengan urusan dunia, melalu penerapan ekonomi, politik, kebudayaan, pertahanan dan keamanan yang di Mekkah terhambat oleh tindakan-tindakan kejam kaum musyrikin.

Oleh   : Usep Romli HM

Sekadar mengungkap kenangan dan harapan, karena tahun 2020 ini tak akan ada jamaah haji Indonesia berangkat ke Tanah Suci. Semoga Covid 19 segera sirna dari muka bumi dan umat leluasa kembali berziarah, menunaikan rukun Islam kelima.   

Termasuk ke  Madinah, kota  sejuta cahaya. Cahaya dalam arti sebenarnya, karena di kota tersuci kedua umat Islam itu, bertabur lampu-lampu jutaan watt. Terang benderang. Pada malam hari, seluruh pelosok kota ibarat siang hari saja. Menara-menara Masjid Nabawi menjadi pusat tebaran gemerlap. Hotel-hotel yang menjulang tinggi-tinggi, ikut memeriahkan pendaran pesta semarak itu.

Juga sejuta cahaya dalam arti kiasan. Sebab dari Madinahlah, syiar Islam mulai berkembang luas hingga ke seluruh penjuru bumi.. Dari kota yang dulu bernama Yatsrib itu, dakwah Islam melebar ke mana-mana. Ucapan Nabi Muhammad Saw “balighu anni walawu ayatan” (sampaikanlah sekali pun hanya satu ayat), menjadi pendorong para penyebar risalah Ilahiah untuk menjelajah jagat raya.  

Islam memang diwahyukan di Mekkah. Di gua Hiro. Tapi tak dapat langsung disebarkan secara terang-terangan dan terbuka. Tantangan dari kaum musyrikin Mekkah, dipelopori tokoh-tokoh “Jahiliyyah” seperti Abu Lahab, Abu Jahal, Abu Sofyan, dan lain- lain, amat kuat. Sehingga Nabi Saw bergerak mengajarkan Islam, masih terbatas dan sembunyi-sembunyi. Yang diajarkannyapun baru sebatas hal-hal yang bercorak individual. Terutama mengenai asas-asas Islam (Tauhid). Menyembah Allah SWT yang Maha Esa. Meninggalkan sembahan-sembahan lain, baik berupa berhala nyata berbentuk patung-patung, maupun berhala simbol, seperti pangkat, jabatan, kekayaan, kekuasaan, dlb.   

Islam juga mengajarkan tatacara menyembah Allah SWT. Ibadah ritual (mahdloh). Serta kemuliaan ahlak. Rumah sahabat Arqam, menjadi tempat pertemuan latihan dan pendidikan yang disampaikan Nabi Saw pada para pengikutnya yang paling awal (assabiqunal awwalun) dalam jumlah terbatas.

Kondisi itu berlangsung 13 tahun terus-menerus. Jumlah orang yang masuk Islam, meninggalkan agama “Jahiliyyah” dan penyembahan berhala, semakin bertambah.

Ketika datang perintah Hijrah (Q.s.al Baqarah : 218), umat Islam Mekah berbondong-bondong menuju Yatsrib. Nabi Saw, bersama sahabat Abu Bakar Ashshiddiq,  berhijrah paling akhir. Di tempat baru itu, kaum Muhajirin (yang berhijrah) dan kaum Anshor (yang memberikan pertolongan kepada Muhajirin), membentuk masyarakat baru atas dasar kesatuan aqidah, ibadah dan ahlak. Mereka bekerjasama dalam kebajikan dan takwa (Q.s.al Maidah  2), tolong-menolong untuk menjunjung tinggi ajaran Allah SWT (li ila kalimatillahil ulya). Sehingga terbentuk masyarakat madani (sipil) yang benar-benar kredibel dan kapabel. Mampu mewujudkan prinsip-prinsip ajaran Islam yang mengutamakan keimanan kepada Allah SWT (amanu billahi) dan berbuat baik kepada sesama manusia (amilush shalihati).

Di Mekkah, ajaran Islam baru sebatas hubungan dengan Allah SWT (hablum minallahi). Sedangkan di Madinah, mulai terbentuk pula hubungan dengan sesama manusia (hablum minannasi). Urusan akhirat berpadu harmonis dengan urusan dunia, melalu penerapan ekonomi, politik, kebudayaan, pertahanan dan keamanan yang di Mekkah terhambat oleh tindakan-tindakan kejam kaum musyrikin.

Filosof Islam termashur al Farabi (abad 10 M) menyebut kehidupan umat Islam di Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Saw, sebagai “Al Madinatul Fadlilah”. Negara dan bangsa yang penuh keutamaan berkah anugrah Allah SWT. Karena di situ terjalin erat ketundukpatuhan terhadap Allah SWT dan RasulNya, dengan kreativitas dan aktivitas sehari-hari di berbagai bidang kehidupan.

Di Madinah, umat Islam bersama Nabi Saw menghadapi berbagai ujian berat, seperti perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar, dll. Semua dapat diatasi, karena kekuatan keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT, serta keeratan hubungan dengan sesama umat Islam yang kokoh kuat. Kesatuan dan persatuan umat Islam yang terbina sejak periode Mekkah (13 tahun), dan periode Madinah (10 tahun), dilukiskan di dalam Q.s.al Fath : 29. “Muhammad Rasulullah Saw bersama para pengikutnya, tegas terhadap kaum kafir, dan berkasih sayang sesama Muslim. Mereka ruku sujud serempak, untuk mencari anugrah karunia dan ridlo Allah. Pada wajah-wajah mereka terpancar tanda-tanda bekas sujud….”.

Sifat dan sikap paripurna itu, dimulai dari Madinah. Kota sejuta cahaya. Al Madinatul Fadlilah. Kota penuh keutamaan penuh berkah dan anugrah. [  ]          

Exit mobile version