Berhati-hatilah dengan kata yang terlalu cepat diucapkan. Sebab, setiap janji yang meleset dari kenyataan akan kembali sebagai bumerang yang menggerus kredibilitas dan memicu kekecewaan. Janji harus diukur bukan oleh gema suaranya, melainkan oleh daya realisasinya. Sorot lampu publik itu tak abadi. Ketika cahayanya redup, publik pun berpaling mencari sinar lebih terang. Karena itu, jagalah lentera harapanmu tetap menyala dengan api konsistensi dan bukti realisasi, bukan dengan kilau publisitas yang mudah padam.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, kudoakan engkau berhasil—bukan sekadar sebagai Menteri Keuangan, tetapi sebagai pengungkit yang menggerakkan poros perubahan.
Sebab, di bawah pemerintah siapa pun dan siapa pun yang memegang tampuk kuasa, harapanku tetap sama: menyaksikan negeri ini bangkit menjadi bangsa bermartabat. Indonesia, dengan keluasan alam, kelimpahan jiwa, dan kekayaan budaya, tak seharusnya terus berdiri di pinggiran sejarahnya sendiri.
Namun, dalam meyakinkan publik akan arah kemajuan itu, ingatlah: janji adalah mata uang kepercayaan yang nilainya jatuh bila dicetak berlebihan. Rakyat Indonesia telah terlalu sering dilukai oleh janji yang tak terbukti. Maka berhati-hatilah dalam mengumbar janji, sebab politik tak berjalan di tangan tunggal, melainkan di jejaring kepentingan dan nilai yang saling berkelindan. Kemajuan sejati lahir bukan dari retorika, melainkan dari kerja senyap yang menumbuhkan sinergi dan harmoni tata kelola di bawah visi bersama.
Berhati-hatilah dengan kata yang terlalu cepat diucapkan. Sebab, setiap janji yang meleset dari kenyataan akan kembali sebagai bumerang yang menggerus kredibilitas dan memicu kekecewaan. Janji harus diukur bukan oleh gema suaranya, melainkan oleh daya realisasinya.
Sorot lampu publik itu tak abadi. Ketika cahayanya redup, publik pun berpaling mencari sinar lebih terang. Karena itu, jagalah lentera harapanmu tetap menyala dengan api konsistensi dan bukti realisasi, bukan dengan kilau publisitas yang mudah padam.
Kebesaran bangsa tak lahir dari satu sosok menonjol, tetapi dari jaring kejuangan dalam tenunan kolektif. Negara ini tumbuh bukan dari tangan besi kekuasaan, melainkan dari getar nurani yang menata keseimbangan antara kemajuan dan keadilan, efisiensi dan kemanusiaan. Jadilah pengelola yang tak hanya menghitung angka, tapi juga menakar makna—menyemai rasa keadilan di tanah yang gersang oleh ketimpangan, agar bangsa ini tumbuh bukan hanya kaya, tetapi juga berjiwa.
Berhematlah dalam menghamburkan energi untuk kata-kata. Perjalanan bangsa ini masih panjang; dan yang akan sampai ke ujungnya bukanlah yang paling terang dalam sorotan, tetapi yang paling sabar menyalakan cahaya dari dalam. [ ]