Site icon Jernih.co

Mengkalkulasi Hasil Ramadan

Setiap manusia sering terkoptasi tiga hal yang oleh Nabi Saw disebut “tsalatsa muhlikat, tiga hal yang merusak. Yaitu “i’jabul mar’i bi nafsihi” (takjub terhadap diri sendiri), “syahhun matha’un” (kekikiran yang akut), dan “hawaun mattaba’un” (hawa nafsu yang diperturutkan).

Oleh   : H.Usep Romli HM

Dari hari ke-25 Ramadan, insya Alloh empat hari lagi bertemu dengan  Idul Fitri. Kembali kepada kesucian.

Sudah cukup untuk melakukan koreksi dan kalkulasi. Apakah para “shaimin” (orang yang melaksanakan puasa),  berhasil memetik pahala Ramadhan? Mendapat ampunan pada sepuluh hari pertama? Mendapat rahmat pada sepuluh hari kedua. Dan mendapat pembebasan dari api  neraka pada sepuluh  hari ketiga ?  Tiga jenis pahala yang disediakan bagi orang-orang yang menjalani ibadah puasa Ramadan dengan “imanan wahtisaban” (iman serta semata-mata mengharap rido AllahSWT).

Usep Romli HM

Menurut para ulama, ketiga fase Ramadhan itu, mengandung unsur koreksi diri (muhasabah) terhadap watak manusia, yang pada dasarnya lemah namun selalu ambisius, mulia namun kadang-kadang sesat dan hina, mengetahui kebenaran namun sering lupa karena diselimuti kabut kesalahan. Sebab, setiap manusia, sering terkoptasi oleh tiga hal yang oleh Nabi Saw disebut “tsalatsa muhlikat”. Tiga hal yang merusak. Yaitu “i’jabul mar’i bi nafsihi” (takjub terhadap diri sendiri), “syahhun matha’un” (kekikiran yang akut), dan “hawaun mattaba’un” (hawa nafsu yang diperturutkan).

Takjub terhadap diri sendiri, ditandai sikap egoistis, sombong, merasa paling benar. Apalagi jika didukung kedudukan, kekayaan, pangkat,jabatan, gelar dlsb.

Kekikiran akut, ditandai sikap tak mau memberi, namun selalu ingin menerima.Merasa harta kekayaan takut   berkurang, disertai keinginan agar terus bertambah dengan berbagai cara, tanpa kenal halal-haram.   Perilaku buruk yang dapat dikategorikan sebagai mendustakan agama, karena tidak mau mengeluarkan sadaqah infaq, untuk memelihara yatim fakir miskin (Q.s. Al Ma’un).

Memperturutkan hawa nafsu, adalah mengumbar segala macam yang diinginkan tanpa mengindahkan norma tata krama, hukum yang berlaku, dll. Yang penting, segala yang terpikirkan dan diinginkan, terlaksana, dengan   meninggalkan salat, mengumbar syahwat, sehingga menemui kesesatan (Q.s. Maryam : 59).

Kesempatan setiap manusia menikmati bulan Ramadan setiap tahun, dengan “imanan wahtisaban” merupakan kesempatan untuk menghapus dosa-dosa kecil dalam tenggang waktu itu, selama tidak berbuat dosa-dosa besar. Sabda Nabi Saw : “Shalat liwa waktu, shalat Jum’at ke Jum’at dan dari Ramadhan ke Ramadhan, menjadi penebus dosa yang ada di antaranya, selama menjauhi dosa-dosa besar “(hadis sahih riwayat Muslim).

Tujuan puasa Ramadan, adalah pencapaian taqwa. Maka orang-orang beriman, akan melakukan puasa total. Menyeluruh. Tidak hanya sekedar lapar dan dahaga saja. Karena untuk tiba ke tujuan “tattaqun” (bertaqwa) diperlukan alat dan penggunaan alat yang baik dan benar.  Yaitu puasa yang baik dan benar. Tidak hanya meninggalkan makan minum belaka. Tapi harus disertai meninggalkan  perbuatan buruk. Takwa adalah melaksanakan segala perintah Allah, sekaligus meninggalkan segala laranganNya.  

“Sesungguhnya Allah hanya menerima amal ibadat dari orang yang taqwa kepadaNya saja|” (Q.s.al Maidah : 27).

Masih ada kesempatan  menelisik segala kekurangan amal ibadah dan amal soleh selama 25 hari berlapar-lapar dahaga, sebelum Idul Fitri tiba. Apakah pada sepuluh hari terakhr Ramadan, kita tekun khusyu menyambut “Lailatul Qadar” yang bernilai setara seribu bulan? Atau malah   terlena dalam “Lailatu Konser” yang dibungkus slogan keadilan sosial, disajikan para biduan glamour gemerlap yang  ditayangkan  semua statsiun TV tadi malam? Saat sebagian umat berusaha sekuat tenaga beritikaf mencari rahmat ampunan Allah SWT, di tengah ancaman pandemi Corona Covid 19?

Di penghujung bulan Ramadan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, berseru. Mempertanyakan siapa gerangan yang puasanya diterima atau ditolak. Kepada yang diterima, akan mengucapkan “tahni’ah”. Selamat berbahagia. Kepada yang ditolak, akan dihibur agar terlepas dari gundah gulana.

Semoga puasa kita pada bulan Ramadan tahun ini lebih bagus dan  bernilai, daripada tahun-tahun sebelumnya dan semoga Allah SWT memperkenankan kita kembali bertemu dengan Ramadan tahun-tahun mendatang. [  ]

Exit mobile version