Berdasar petuah baginda Nabi Saw inilah, sudah seharusnya orang-orang baik keluar dari persembunyian. Melabrak kemungkaran dengan tangan mereka secara makruf. Membela kaum lemah dan tertindas. Kehidupan zaman halai-balai yang sekarang engkau jalani, sudah rusak begini rupa.
JERNIH– Saudaraku,
Pada sebuah kesempatan emas. Salah seorang istri Rasulullah Saw, Zainab binti Jahsyi, mendengar beliau bersabda, “Celakalah bagi orang Arab karena keburukannya akan menimpa mereka.”
Demi mendengar itu. Zainab pun berkata, “Ya Rasulullah, takkanlah kami binasa sebab bersama kami ada orang-orang saleh.” Lalu Rasul menjawab, “Ya, apabila kejahatan terlampau banyak.”
Siratan makna dari ucapan Nabi Saw tersebut adalah, merajalelanya keburukan dan orang-orang baik membiarkan hal itu terjadi—bahkan di hadapan mereka.
Sadarlah. Coba engkau lihat dan rasakan hari ini. Ada sekelompok orang getol melakukan perbuatan onar dan serampangan, secara bergerombol. Konon mereka bertindak demi membela “kebenaran agama.” Maka apa pun yang mereka lakukan, seolah menjelma kebenaran itu sendiri. Padahal yang terjadi sebaliknya, mereka malah merusak agama—Islam dalam hal ini, dengan cara yang paling berbahaya. Mengapa hal demikian bisa terjadi?
Camkanlah. Seperti yang dinubuatkan Nabi Saw, orang-orang baik memilih diam dan bersembunyi dalam kenyamanan mereka. Berkumpul bersama sesamanya. Asyik menikmati jalan yang mereka tempuh. Tak memikirkan hajat hidup orang banyak—yang sebagian besarnya lemah. Orang-orang baik ini, sejatinya memiliki kekuatan besar yang bukan tidak mereka sadari, tapi tidak digunakan, yaitu kebaikan yang telah melekat pada dirinya. Maka tak ayal, pembiaran yang kadung mereka lakukan, berimbas pada kerusakan tatanan kehidupan.
Renungkanlah. Berdasar petuah baginda Nabi Saw inilah, sudah seharusnya orang-orang baik keluar dari persembunyian. Melabrak kemungkaran dengan tangan mereka secara makruf. Membela kaum lemah dan tertindas. Kehidupan zaman halai-balai yang sekarang engkau jalani, sudah rusak begini rupa. Kini saatnya, kebaikan tampil di muka. Mengubah wajah hari ini menjadi lebih manusiawi.
Sudah waktunya orang-orang baik. Melakukan kebaikan dengan sebaik-baiknya. Tak boleh ada lagi kesemena-menaan yang terjadi atas nama agama. Apalagi dengan dalih membela Tuhan. Ini kekonyolan masa lalu yang masih berlangsung pada abad modern.
Ingatlah. Tuhan tak butuh dibela. Dia Maha Perkasa lagi Tak Tertandingi. Justru kita-lah makhluk-Nya, yang butuh pertolongan-Nya. Karena itulah, mari bahu membahu menolong sesama. Dengan satu itikad: menjadi orang baik yang bermanfaat bagi umat manusia. [Deden Ridwan]