Persib Bandung tampaknya menggiurkan perusahaan raksasa CFG untuk mengakuisisi. Jika terjadi, kira-kira apa keuntungan dan tantangan yang dihadapi Maung Bandung?
JERNIH – Kabar panas sedang beredar di jagat sepak bola Indonesia: City Football Group (CFG), perusahaan raksasa pemilik Manchester City dan jaringan klub global, dikabarkan tengah melirik untuk mengakuisisi atau menjalin kerja sama strategis dengan Persib Bandung. Kabar ini menguat setelah beredarnya informasi mengenai adanya komunikasi awal antara perwakilan CFG dengan manajemen Persib.

Jika kabar ini benar terjadi, masuknya CFG ke Persib bisa membawa lompatan besar bagi klub berjuluk Maung Bandung dan bahkan persepakbolaan Indonesia secara keseluruhan.
CFG adalah perusahaan induk (holding company) yang didirikan untuk mengelola dan mengembangkan jaringan klub sepak bola di berbagai belahan dunia. CFG beroperasi dengan model multi-klub yang memungkinkan adanya pembagian filosofi bermain, sistem scouting terpusat, dan jalur pengembangan pemain yang terintegrasi. Tujuannya adalah menjadi operator dan pemilik klub sepak bola swasta terkemuka di dunia.
Pemilik utama dan arsitek di balik ambisi global CFG adalah Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, seorang bangsawan dari Uni Emirat Arab (UEA) yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden dan Wakil Perdana Menteri UEA.
Kepemilikan mayoritas saham CFG, sekitar 81%, berada di tangan Abu Dhabi United Group (ADUG) yang sepenuhnya dimiliki oleh Sheikh Mansour. Sementara itu, sisa kepemilikan dimiliki oleh perusahaan investasi Amerika, Silver Lake (sekitar 18%), dan konsorsium Tiongkok, yaitu China Media Capital dan CITIC Capital (sekitar 1%).
Kekuatan finansial CFG tak lepas dari kekayaan luar biasa Sheikh Mansour yang terdiversifikasi. Di antaranya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) di mana ia menjabat sebagai anggota dewan ADIA, salah satu dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) terbesar di dunia dengan aset yang melebihi $850 miliar.
Posisi kuncinya di pemerintahan UEA memberinya pengaruh besar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan investasi strategis negara.
Mansour memiliki saham di berbagai sektor penting, termasuk media (seperti Sky News Arabia) serta investasi signifikan di sektor energi dan pariwisata.
Kekuatan modal yang masif ini menjadi senjata utama CFG dalam mengakuisisi dan mengembangkan klub-klub di seluruh dunia.
Jaringan Klub CFG
CFG saat ini mengelola total sekitar 13 klub yang tersebar di lima benua. Jaringan ini menjadi platform global untuk pertukaran pemain, pelatih, dan pengetahuan.
Tentu saja yang paling terkenal adalah Manchester City FC di Inggris, yang 100% sahamnya dimiliki oleh CFG dan berkompetisi di Liga Primer.
Di benua Amerika, CFG memiliki New York City FC di Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat dengan kepemilikan 80% (sisanya Yankee Global Enterprises), serta Montevideo City Torque di Liga Uruguay dan EC Bahia di Serie A Brasil (keduanya berstatus kepemilikan mayoritas).
Di Asia, gurita CFG mencakup Melbourne City FC (100% kepemilikan) di A-League Australia, Yokohama F. Marinos di J-League Jepang (20% kepemilikan), Mumbai City FC di Indian Super League (ISL) India (65% kepemilikan), dan Sichuan Jiuniu di Liga Super Tiongkok (kepemilikan mayoritas).
Sementara di Eropa, selain Manchester City, klub lain yang masuk jaringan CFG adalah Girona FC di La Liga Spanyol (kepemilikan mayoritas bersama Girona Football Group), Troyes AC di Ligue 2 Prancis (100% kepemilikan), Palermo FC di Serie B Italia (94,9% kepemilikan), dan Lommel SK di Divisi Kedua Belgia (kepemilikan mayoritas).
Akuisisi terbesar yang menjadi fondasi CFG adalah Manchester City pada tahun 2008 oleh Abu Dhabi United Group, dengan perkiraan nilai awal di kisaran 200 juta pounds (sekitar Rp 4,41 triliun).
Plus dan Minus
Ketertarikan City Football Group (CFG) pada Persib Bandung didasari oleh beberapa faktor strategis. Mereka melihat adanya potensi besar berkat basis suporter yang masif dan loyal, nilai merek klub yang kuat, serta posisi Persib yang ideal sebagai pintu masuk strategis ke pasar sepak bola Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat. Jika kesepakatan ini terwujud, Persib diperkirakan akan menerima sejumlah keuntungan signifikan.
Dari segi finansial, akan ada suntikan modal besar yang berpotensi meningkatkan profesionalisme manajemen. Selain itu, CFG menjamin infrastruktur modern melalui akses modal untuk mempercepat pembangunan fasilitas, seperti training ground berstandar internasional.
Aspek pengembangan pemain muda juga akan terangkat, karena jaringan scouting dan jalur karier global CFG membuka kesempatan bagi pemain muda Persib untuk bersaing di klub-klub jaringan mereka. Tak ketinggalan, kolaborasi global ini dapat mendatangkan sponsor kelas dunia dan memperluas brand Persib ke pasar internasional, menjadikannya klub yang dikenal secara global.
Namun, rencana ini bukannya tanpa tantangan. Risiko hilangnya identitas lokal menjadi isu yang paling mengemuka. Ada kekhawatiran bahwa semangat primordial atau “kedaulatan lokal” yang selama ini menjadi ciri khas Persib akan terkikis oleh standarisasi manajemen global.
Tantangan praktis lainnya adalah masalah birokrasi dan regulasi di Indonesia. CFG harus beradaptasi dengan lingkungan regulasi persepakbolaan Indonesia yang berbeda secara signifikan dengan standar yang mereka terapkan di Eropa atau Amerika.(*)
BACA JUGA: Soal Insiden Tewasnya 2 Bobotoh Persib, Ini Evaluasi Ridwan Kamil