Site icon Jernih.co

Berpuasa Bersama KH Jalaluddin Rakhmat [5]: Bulan Rekonsiliasi

Ilustrasi

Pada orang-orang miskin, jiwa binatang ternak ini akan menjadikan mereka seperti kerbau yang ditusuk hidung. Demi sesuap nasi, mereka akan menjual kehormatannya, agamanya, dan hati nuraninya. Kedua-duanya, kata Rumi, akan menjadi bebek yang melambangkan “kerakusan, paruhnya selalu di tanah, mengeruk apa saja yang terbenam, entah basah atau kering; tenggorokannya tak pernah santai satu saat pun.

JERNIH– Ramadhan adalah tali yang diulurkan Tuhan kepada orang yang tenggelam, air yang disemprotkan Tuhan pada rumah yang terbakar, dan dokter yang memberikan terapi kepada penderita gangguan jiwa.

Menurut Al-Quran, sumber segala derita manusia adalah kekalahannya melawan hawa nafsunya. Hawa nafsu itu, dalam konsep para sufi, adalah dimensi kebinatangan dalam diri kita. Pernahkah Anda melihat iklan salah satu pesawat telepon, yang menampilkan para tokoh dunia dengan perilaku kekanak-kanakannya?

Dalam diri setiap orang, ada jiwa kanak-kanak. Dalam diri setiap manusia, juga ada jiwa kebinatangannya. Di dalamnya, ada jiwa binatang buas, yang mengubah masyarakat menjadi pertarungan tanpa henti antara sesama serigala. Tidak jadi soal, apakah Anda militer, politisi sipil, atau sekadar pejabat daerah, dengan jiwa ini Anda akan berusaha untuk menang dengan risiko apa pun.

Baca Juga: Berpuasa Bersama KH Jalaluddin Rakhmat [4]: Bulan Maghfirah

Anda tidak peduli lagi dengan jumlah korban dan besarnya kerusakan. Jika Anda hanyalah orang kecil, dengan jiwa binatang buas ini, Anda akan menumpahkan kemarahan dengan memberontak semua aturan, menolak semua kekuasaan, dan menentang setiap kompromi. Filsafat binatang buas dirumuskan oleh Lunatsarsky, ideolog komunis yang menyimpang: “Jauhkan cinta sejauh-jauhnya. Apa yang kita butuhkan adalah kebencian. Hanya dengan kebencian kita akan berhasil menguasai dunia.”

Di dalam diri manusia juga ada jiwa binatang ternak, yang mengubah homo sapiens menjadi homo economicus. Bila jiwa ini mengatur orang-orang kaya, mereka akan menjadi makhluk yang rakus, bakhil, tidak peduli dengan penderitaan orang lain. Pada akhirnya, ia juga tidak peduli dengan penderitaannya sendiri.

Pada orang-orang miskin, jiwa binatang ternak ini akan menjadikan mereka seperti kerbau yang ditusuk hidung. Demi sesuap nasi, mereka akan menjual kehormatannya, agamanya, dan hati nuraninya. Kedua-duanya, kata Rumi, akan menjadi bebek yang melambangkan “kerakusan, paruhnya selalu di tanah, mengeruk apa saja yang terbenam, entah basah atau kering; tenggorokannya tak pernah santai satu saat pun.

Ia tidak mendengar firman Tuhan selain “Makan dan minumlah!” Seperti penjarah yang merangsek rumah dan memenuhi kantongnya dengan cepat, ia memasukkan ke dalam kantongnya, baik dan buruk, permata atau kacang, tiada beda.” (Matsnawi).

Namun, kebinatangan hanyalah satu sisi dari kepribadian manusia. Di samping insan bahimi, manusia binatang, ia juga menyimpan sifat-sifat ketuhanan; dan karena itu, ia sekaligus insan malakuti. Manusia mempunyai kaki yang berdiri kukuh di atas bumi dan kepala yang menjulang ke langit. Dalam diri manusia selalu terjadi pertarungan antara—apa yang dilukiskan Robert Stevenson—Mr. Jekyll dan Mr. Hyde, antara insan bahimi dan isan malakuti.

Pada suatu hari, Nabi Saw. melihat anak-anak muda sedang bertanding mengangkat batu. la memuji mereka seraya berkata, “Manusia yang paling perkasa ialah yang sanggup mengendalikan dirinya.” Manusia paling kuat adalah Mr. Jekyll yang menaklukkan Mr. Hyde.

Ramadhan datang untuk memenangkan insan malakuti. Nabi SAW memberikan nasihat agar di bulan ini kita mengubah pola hubungan kebinatangan yang berdasarkan kebencian dan permusuhan dengan pola ketuhanan yang berdasarkan cinta dan silaturahmi.

Ketimbang mengejar-ngejar kemenangan, yang selalu berakhir dengan kekalahan, daripada memburu keberuntungan, yang selalu berujung pada kemalangan, mengapa tidak kita cari keadilan dan persaudaraan. Baik kepada rakyat kecil maupun para pembesar, Nabi berkata, “Bersedekahlah kepada fakir miskin. Muliakan para pemimpin kamu dan kasih-sayangi orang-orang kecil di antara kamu. Sambungkan persaudaraan kamu. Sayangilah anak-anak yatim orang lain supaya Tuhan menyayangi anak-anak yatim kamu.”

Marilah kita perindah akhlak kita di bulan Tuhan ini, bulan  yang bermanfaat untuk merekonstruksi kehidupan kita dengan lebih baik.

“Ya Allah, jadikan aku di bulan ini termasuk mereka yang beristighfar kepada-Mu. Masukkan aku ke dalam kelompok yang saleh di antara hamba-hamba-Mu. Tuliskan aku di antara kelompok para kekasih yang dekat dengan-Mu. Demi kasih-Mu, Wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.” [ ]

Exit mobile version