- Hanya tiga negara yang terlibat dalam pendirian; Inggris, Spanyol, Italia.
- Semua administrator liga domestik mengecam pembentukan Liga Super Eropa.
- Klub-klub Jerman dan Prancis menolak mentah-mentah gagasan ini.
JERNIH — Sebanyak 12 klub elite dari Liga Inggris, La Liga Spanyol, dan Serie A Liga Italia, mengumumkan rencana membentuk Liga Super Eropa.
Klub-klub itu adalah Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham (Inggris). AC Milan, Inter Milan, dan Juventus (Italia), dan Atletico Madrid, Real Madrid, dan Barcelona (Spanyol).
Klub-klub dari Bundesliga Jerman, Ligue 1 Prancis, Eredivisie Belanda, dan Primeira Liga Portugal, belum bersuara. Namun Bayern Muenchen telah lebih dulu berkata tidak untuk Liga Super Eropa, demikian pula Paris St Germain (Prancis).
Klub-klub pendiri Liga Super Eropa masih mencari tiga klub tambahan sebelum musim perdana dimulai Agustus 2021. Dalam pernyataan bersama disebutkan, pada akhirnya Liga Super Eropa akan terdiri dari 20 klub.
Joel Glazer, wakil ketua Manchester United dan wakil ketua Liga Super, mengatakan; “Dengan menyatukan klub dan pemain terhebat di unia untuk bersama sepanjang musim, Liga Super akan membuka babak baru sepak bola Eropa, memastikan kompetisi dan fasilitas kelas dunia, serta peningkatan dukungan finansial untuk piramida sepak bola yang lebih luas.”
Mengguncang Eropa
Industri sepak bola Eropa terguncang. Sejumlah komentator di Inggris menyebut kompetisi ini bentuk keserakahan dan akan menjadi aib mutlak.
Roy Keane, legenda Manchester United, mungkin yang paling keras mengecam pembentukan Liga Super. Micah Richards, mantan pemain belakang Manchester City, kecewa bekas klubnya menjadi pendiri Liga Super.
UEFA bereaksi keras dengan mengancam klub-klub pendiri Liga Super Eropa tidak boleh berlaga di liga domestik. FIFA menyebut kompetisi ini bertentangan dengan prinsip-prinsip solidaritas, inklusivitas, integritas, dan redistribusi keuangan yang adil.
“FIFA hanya bisa menyatakan ketidak-setujuan terhadap Liga Super Eropa, yang memisahkan diri dan berada di luar struktur sepak bola internasional, serta tidak menghormati semua prinsip,” kata FIFA.
Januari lalu, ketika rencana Liga Super Eropa masih rumor, FIFA mengatakan tidak akan mengakui organisasi yang memisahkan diri dan melangkah lebih jauh. FIFA mengatakan klub atau pemain yang terlibat tidak akan diijinkan berpartisipasi dalam kompetisi yang digelar FIFA.
Artinya, pemain yang bermain di Liga Super Eropa kemungkinan tidak bisa memperkuat tim nasional di Piala Dunia, atau turnamen lain dalam kalender FIFA.
Dikutuk UEFA dan Asosiasi Domestik
Sebelum pengumuman resmi Liga Super, Minggu 18 April, UEFA menghimpun anggotanya — terdiri dari asosiasi-asoasisi sepakbola domestik — mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutup pembentukan Liga Super Eropa.
“Kami ingin menegaskan kembali bahwa UEFA, FA Inggris, RFEF Spanyol, FIGC Italia, dan semua asosiasi anggota kami, akan bersatu menghentikan proyek sinis ini,” demikian pengumuman resmi UEFA.
Menurut UEFA, proyek ini dibangun atas kepentingan pribadi beberapa pemilik klub. Padahal, masyarakat membutuhkan solidaritas lebih dari sebelumnya.
“Kami akan mempertimbangkan semua tindakan yang tersedia dan di semua tingkatan,” kata UEFA. “Sepak bola dibangun berdasarkan kompetisi terbuka dan prestasi, tidak bisa dengan cara lain.”
Sikap Jerman
Chrsitian Seifert, CEO Bundesliga Jerman, mengatakan menentang konsep Liga Super Eropa. Kompetisi itu dibentuk atas kepentingan ekonomi beberapa klub Inggris, Italia, dan Spanyol,” katanya.
Seharusnya, menurut Seifert, pembentukan kompetisi baru tidak menghapus struktur mapan sepak bola domestik yang sudah mapan. Menurutnya, merusak liga domestik adalah perbuatan tidak bertanggung jawab.
Administratur Liga Inggris mengutuk rencana Liga Super Eropa. Liga Inggris mungkin yang paling terpukul ketika klub-klub elite mereka keluar dari kompetisi. Saat ini, Liga Inggris adalah kompetisi paling banyak ditonton di dunia.
“Ini akan merusak sepak bola Inggris dan Eropa di semua tingkatan, dan akan menyerang prinsip-prinsip kompetisi terbuka,” Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Liga Super Menjawab Kritik
Penentangan juga muncul dari pemimpin-pemimpin politik Eropa. PM Inggris Boris Johnson mengatakan; “Mereka menyerang jantung kompetisi domestik, dan akan menjadi perhatian fans di seluruh komunitas sepak bola.”
Presiden Prancis Emmanuel Macron memuji klub-klub Ligue 1 yang menolak bergabung dengan Liga Super Eropa. “Semua itu mengancam prinsip silidaritas dan prestasi,” kata Macron.
Florentino Perez, presiden Real Madrid dan ketua Liga Super Eropa, menolak semua kritik. Menurutnya, Liga Super Eropa akan membantu sepak bola di setiap level dan membawanya ke tempat yang layak di dunia.
“Sepak bola adalah satu-satunya olahraga global dengan empat miliar penggemar,” kata Perez. “Tanggung jawab kami sebagai klub besar adalah menanggani keinginan mereka.”
Pembentukan Liga Super Eropa, masih menurut Perez, diperlukan karena pandemi Covid-19 mengharuskan kompetisi
Eropa berubah untuk mempertahankan industri sepak bola.
“Pandemi mempercepat ketidak-stabilan modek ekonomi sepak bola Eropa saat ini,” kata Perez. “Pandemi menunjukan kepada kita bahwa visi strategis dan pendekatan komersial berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan nilai dan dukungan seluruh piramida sepak bola.”