Presiden Zelensky menegaskan, sejatinya tidak boleh negara aggressor seperti Rusia dibiarkan dunia melakukan segala jenis keburukan itu tanpa mendapat hukuman. “Tidak ada negara yang akan merasa aman kalau hal ini dibiarkan tanpa hukuman dari masyarakat dunia,”kata Zelenskyy.
JERNIH– Invasi Rusia ke Ukraina tidak saja menyebabkan kematian, duka cita dan bencana di negara tersebut. Kini, gaya peperangan Rusia yang membabi-buta dikhawatirkan akan membawa bencana kelaparan kepada dunia.
Bayangan muram tersebut merupakan bagian dari pernyataan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada acara “Heart-to-Heart, Presiden Volodymyr Zelenskyy Talks to Indonesia”, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Jumat (27/5) sore. Acara hybrid yang secara daring diikuti lima ribuan peserta dari 79 negara, di antaranya Kuwait, Mexico, Fiji, Filipina, dan negara-negara lain, selain tentu saja Indonesia sebagai tuan rumah. Besarnya peserta memberikan peluang bahwa acara itu kemungkinan merupakan acara daring yang digelar di Indonesia dengan peserta terbanyak selama ini.
Menurut Presiden Zelenskyy, secara tradisional Ukraina adalah pengekspor gandum dan beragam pangan lainnya ke berbagai negara, termasuk Afrika. Perang babi-buta Rusia membuat negara itu memotong akses transportasi di Laut Hitam, selain menduduki bagian-bagian penting wilayah. “Karena blokade wilayah dan laut ini, rute perdagangan tradisional kami terblokade,”kata Zelenskyy.
Ukraina, kata Zelenskyy, telah mengambil solusi darurat untuk mengurangi krisis pangan dengan menyalurkan suplai melalui rute kereta api ke pelabuhan Eropa. Namun upaya itu kini musnah karena Rusia juga memotong jalur, menghancurkan jembatan, dan jalan-jalan kereta api.
“Itu membuat kami tidak dapat mengirimkan produk tersebut ke pasar internasional yang sangat dibutuhkan dunia. Krisis telah terjadi untuk gandum dan pangan, dan ini merupakan bencana,”kata Zelenskyy. Ia mengutip estimasi PBB tentang kemungkinan buruk terjadinya kelaparan di beberapa belahan dunia, terutama negara-negara yang selama ini secara tradisional merupakan negara importir gandum dan pangan Ukraina. “Yang paling nyata, adalah meroketnya harga-harga pangan dalam waktu dekat,”kata Presiden Zelenskyy.
Karena itu Presiden Zelensky menegaskan, sejatinya tidak boleh negara aggressor seperti Rusia dibiarkan dunia melakukan segala jenis keburukan itu tanpa mendapat hukuman. “Tidak ada negara yang akan merasa aman kalau hal ini dibiarkan tanpa hukuman dari masyarakat dunia,”kata Zelenskyy.
Tentang kerugian perang, menurut Zelenskyy selama ini Rusia sudah menghancurkan lebih dari 600 institusi kesehatan, rumah sakit, rumah sakit bersalin; serta 2000 universitas dan sekolah-sekolah. “Banyak sekali gereja-gereja dan tempat ibadah lainnya yang mereka hancurkan,”kata Zelenskyy.
Melihat cara babi-buta Rusia, Zelenskyy mengatakan, rakyat Ukraina dan dunia menghadapi kemungkinan terburuk di depan, termasuk penggunaan senjata biologi, kimia, dan nuklir. “Ini sudah lama berlangsung, kami diserang. Mereka bahkan mengancam dunia dengan senjata nuklir,”kata Presiden yang kian dihormati dunia karena sikapnya menghadapi kemelut peperangan di negaranya itu.
Dalam kesempatan tersebut Presiden Zelenskyy menyatakan sangat berterima kasih kepada Presiden Indonesia untuk undangan menghadiri G20 Summit. “Kami menerima undangan tersebut dengan penuh rasa hormat. Mudah-mudahan dunia dapat memberikan solusi terhadap masalah ini, dan kita tidak akan melihat dampak yang lebih besar lagi. Semoga kekejaman ini dapat dihentikan,”kata Zelenskyy.
Pada sesi tanya jawab, mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Dino Patti Djalal, yang menjadi moderator acara tersebut, bertanya tentang peluang Ukraina memenangkan perang melawan Rusia yang memiliki persenjataan 20 kali lipat tersebut, Zelenskyy menjawab diplomatis namun tegas.
Menurut Zelenskyy, warga Ukraina meyakini pihaknya akan memenangkan peperangan. Hal itu terutama karena moral dan semangat pasukan dan para pejuang kemerdekaan Ukraina sangatlah tinggi.
“Kami berjuang untuk kemerdekaan negara, untuk keluarga, anak-anak kami, pasangan kami, orang tua kami. Moral kami sangatlah tinggi,”kata Zelenskyy. Hal itu menurutnya berbanding terbalik dan diametral dengan kondisi moral pasukan Rusia. “Kepemimpinan Rusia tidak menghormati tentara mereka sendiri, dan hanya untuk memuaskan selera politik,”kata dia.
Ia merujuk fakta bahwa di awal perang kondisi persenjataan Rusia jauh di atas Ukraina. “Memiliki peralatan militer, namun mereka dikalahkan dan mundur. Kami memiliki sikap yang berbeda dengan mereka.”
Dino juga bertanya tentang pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina yang sudah dimediasi Sekjen PBB, terutama keseriusan Presiden Putin. Pertanyaan itu dijawab Presiden Zelenskyy dengan mengatakan bahwa pihaknya melihat bahwa pembicaraan itu digelar karena pihak Rusia ingin menunda-nunda, agar dapat beristirahat, memobilisasi pasukan dan menarik peralatan militer, atau membelinya dari negara lain.
“Mereka ingin menunjukkan kepada komunitas internasional bahwa mereka lebih dekat dengan beberapa negara. Mengenai dialog nyata, saya tidak bisa melihat adanya perkembangan substansial. Saya belum mendapatkan respons dari mereka [Rusia] atas proposal untuk menghentikan peperangan ini dari awal negosiasi,”kata Zelenskyy.
Pada saat kesempatan bertanya dibuka, beberapa peserta bertanya langsung kepada Presiden Zelenskyy. Di antara para penanya itu adalah Syifa Nadhilah, seorang mahasiswa anggota FPCI Chapter UNS; mantan wartawan Majalah TEMPO Bambang Harymurti; dan Wakil Ketua DPR RI, Muhaimin Iskandar.
Yang menarik, saat Dino kembali bertanya tentang kuatnya sentimen dan narasi Pro-Rusia di Indonesia, Presiden Zelenskyy menjawabnya dengan melibatkan peran media massa.
Menurutnya, ia sering berbicara dengan anak-anaknya, seiring informasi yang mereka dapatkan. Dia meminta agar kalau mereka mendapatkan informasi, hal tersebut harus dipelajari lebih dalam dan digali lebih detil. “Mereka harus menggali lebih dalam dan sebaiknya mendapatnya dari berbagai sumber, sebelum melakukan penilaian. Itulah sebabnya Tuhan memberi kita semua kebebasan berpikir,”kata Zelenskyy.
Ia berharap, dengan fakta bahwa kita semua memiliki otak, mata dan kuping, semua harus terbuka dan siap digunakan dengan bijak. [ ]