Dalam kerangka diplomasi vaksin, Indonesia sebagian besar memang mengandalkan vaksin dari Sinovac, Cina, tetapi telah berupaya mendiversifikasi sumber pasokan.
JERNIH– Di tengah kondisi darurat COVID-19, Indonesia disebut-sebut segera mendapatkan donasi jutaan vaksin Moderna dari Amerika Serikat (AS). Al Jazeera mencatat, empat juta dosis vaksin COVID-19 Moderna dari AS sedang dalam perjalanan menuju ke Indonesia.
Dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, Jumat lalu, Penasihat Gedung Putih, Jake Sullivan mengatakan, dosis vaksin akan dikirim melalui program berbagi vaksin global, COVAX dengan “sesegera mungkin. Sullivan menambahkan, donasi itu “menggarisbawahi dukungan Amerika Serikat untuk rakyat Indonesia dalam memerangi lonjakan kasus COVID-19.”
Kedua pejabat dua negara itu juga membahas rencana AS untuk meningkatkan bantuan untuk upaya tanggapan COVID-19 Indonesia yang lebih luas, kata sebuah pernyataan resmi Gedung Putih.
“Sullivan menyoroti pentingnya tempat pemerintahan Biden-Harris di Indonesia, Asia Tenggara dan mengakhiri pandemi secara lebih luas dan menjanjikan dukungan berkelanjutan dan keterlibatan tingkat tinggi,” ungkap pernyataan itu.
Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan telah berjuang melawan salah satu wabah virus corona terburuk di Asia. Indonesia telah mencatat rekor infeksi baru dalam delapan dari 12 hari terakhir, termasuk 25.830 kasus baru pada Jumat, dan rekor 539 kematian.
Di Provinsi DKI Jakarta saja, Gubernur Anies Baswedan mengatakan dalam konferensi pers Jumat, kasus aktif telah mencapai 78.000 dari 27.000 pada Februari. Anies mengatakan, jika tren ini berlanjut, kasus aktif bisa mencapai 100.000 dalam beberapa hari.
Sejak pandemi tahun lalu, Indonesia telah melaporkan total 2.228.938 kasus dan 59.534 kematian. Lonjakan kasus baru dan kematian telah mendorong Presiden Joko Widodo untuk mengumumkan pembatasan darurat mulai Sabtu di Pulau Jawa dan Bali. “Lockdown” gaya Indonesia itu berlaku hingga 20 Juli mendatang.
Nasib diplomasi vaksin Cina
Penny K Lukito, kepala otoritas obat dan makanan Jumat lalu mengatakan, pihaknya mengizinkan vaksin Moderna untuk penggunaan darurat. Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengumumkan pada hari yang sama, Indonesia berencana untuk memvaksinasi anak di bawah 18 tahun dengan suntikan mRNA coronavirus yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan BioNTech.
Pulau Jawa, katanya, rumah bagi sekitar setengah dari lebih dari 270 juta penduduk negara itu, adalah tempat sebagian besar wabah dengan varian Delta yang sangat menular dari COVID-19 terjadi. Varian ini pertama kali diidentifikasi di India. Karena itulah, vaksin Pfizer-BioNTech dipandang 84 persen efektif, bahkan dengan varian Delta, setelah dua dosis, tetapi hanya 34 persen efektif dengan hanya satu dosis, menurut laporan NBC Boston.
Selasa lalu Moderna juga mengumumkan bahwa vaksinnya menunjukkan harapan terhadap varian Delta, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada serum darah dari delapan peserta yang diperoleh satu minggu setelah mereka menerima dosis kedua vaksin. Bahkan, vaksin itu jauh lebih efektif dalam memproduksi antibodi terhadap varian Delta daripada melawan varian Beta yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.
Dalam kerangka diplomasi vaksin, Indonesia sebagian besar memang mengandalkan vaksin dari Sinovac, Cina, tetapi telah berupaya mendiversifikasi sumber pasokan.
Sebagai informasi, Washington telah bersaing dengan Beijing untuk memperdalam pengaruh geopolitik melalui apa yang disebut diplomasi vaksin. Meskipun keduanya dalam banyak kesempatan selalu menandaskan, tidak berbagi vaksin untuk mendapatkan bantuan atau memperluas konsesi, tetapi untuk menyelamatkan nyawa dan mengakhiri pandemi.
Pemerintahan Biden berjanji bulan lalu untuk membagikan 80 juta vaksin awal buatan AS secara global di tengah kekhawatiran tentang perbedaan tingkat vaksinasi antara negara maju dan berkembang. Selain Indonesia, AS juga mengumumkan rencana untuk menyediakan vaksin ke negara-negara Asia Tenggara lainnya – Filipina, Vietnam, Thailand, Laos, Papua Nugini, dan Kamboja.
Ia juga mengatakan akan membeli 500 juta vaksin Pfizer/BioNTech untuk didistribusikan ke Uni Afrika dan 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Serupa tapi tak sama, Presiden Xi Jinping juga menjanjikan hal yang sama. Bahkan, secara khusus ia berhubungan dengan Indonesia untuk memperbanyak dosis vaksin Sinovac di tengah pelonjakan kasus ini. [Al-Jazeera/ dan sumber-sumber lain]