Site icon Jernih.co

Aneh, ‘Tsunami’ Covid-19 belum Terjadi di Afrika Selatan

Wabah Covid-19 di Afrika Selatan saat ini seperti tersendat dan menurun grafiknya. Tidak melanda dan menimbulkan kepanikan seperti di negara-negara lain.  Selama dua minggu terakhir ini kasus infeksi virus corona di Afrika Selatan mengalami penurunan drastis setiap harinya.

Para pakar kesehatan memperingatkan bahwa hal tersebut terlalu dini untuk dilihat sebagai perkembangan yang signifikan dan khawatir memicu rasa puas diri yang berbahaya.

BBC melaporkan untuk menyambut covid-19 di Afrika Selatan, Presiden Cyril Ramaphosa sebelumnya telah melakukan lockdown selama dua minggu. Dia juga memperpanjang pembatasan nasional yang dijadwalkan berakhir dalam waktu satu minggu, ditambah hingga akhir bulan.

Demikian pula kesigapan tim kesehatan di Afrika Selatan yang sudah melakukan antisipasi. Dari menyiapkan tempat tidur, membersihkan lingkungan sampai ambulans berkeliling keluar. Tim medis juga telah berlatih tanpa henti selama berminggu-minggu.

Afrika Selatan dan negara lainnya di benua Afrika terus bersiap untuk menghadapi potensi pandemi yang dampaknya menghancurkan. Namun ternyata sejauh ini, ‘tsunami’ virus corona yang akan melanda Afrika ternyata belum terwujud. Rumah sakit Afrika Selatan tetap tenang

“Kami agak bingung. Kami telah menyiapkan segalanya di sini. Dan itu belum tiba.” kata Dr Tom Boyles, seorang dokter penyakit menular di Helen Joseph Hospital, Johannesburg, salah satu rumah sakit umum terbesar di kota itu.

Penelusuran kontak secara  agresif sudah dilakukan hampir lima minggu sejak kasus Covid-19 pertama dikonfirmasi di Afrika Selatan. Hingga 28 Maret, grafik harian yang melacak jumlah infeksi baru menunjukan kenaikan kasus setiap harinya.

Tetapi pada hari Sabtu, kurva tiba-tiba menurun dengan tajam.  Dari 243 kasus baru perhari, menjadi hanya 17 kasus. Dan sejak saat  itu rata-rata hanya 50 kasus baru perhari.

Pada hari Kamis Presiden Ramaphosa mengatakan terlalu dini untuk membuat analisis yang pasti. tetapi dia mengatakan bahwa sejak dikunci, peningkatan infeksi setiap hari turun dari 42% menjadi “sekitar 4%”.

Secara umum menteri kesehatan hingga staf rumah sakit yang bersiap di garis depan juga menyatakan bahwa terlalu dini untuk memastikan penyebaran virus telah menurun atau berhenti. Karena sulit diprediksi tingkat infeksi yang terjadi.

Minggu lalu, Menteri Kesehatan Zweli Mkhize menjelaskan bahwa ‘kekosongan’ dari hiruk pikuk pandemi dalam jeda panjang ini memiliki potensi ‘tenang sebelum badai dahsyat’  telah menimbulkan berbagai spekulasi.

Asumsi yang tersebar luas menyebutkan bahwa virus yang dibawa ke benua  Afrika oleh sebagian besar wisatawan dan pengunjung asing, akan pindah ke lingkungan yang lebih miskin dan ramai sehingga menyebar dengan cepat.

Dan sejauh ini sudah ada beberapa infeksi yang dikonfirmasi di sejumlah kota. Tetapi dokter di Afrika Selatan dan di beberapa negara tetangga mencatat bahwa di rumah sakit umum belum terlihat peningkatan pasien yang mengalami infeksi pernafasan,  sebagai  indikasi awal  penyebaran virus corona.

Pendapat lainya menyatakan bahwa orang Afrika Selatan mungkin memiliki perlindungan ekstra terhadap virus karena berbagai faktor medis yang dilakukan sebelumnya. Mulai dari vaksin BCG anti TB yang wajib diberikan kepada semua bayi di  saat lahir, hingga potensi dari dampak anti-retroviral HIV.

“Ini hipotesis yang menarik” tetapi tidak lebih dari itu, kata Prof Salim Karim, pakar HIV terkemuka Afrika Selatan, tentang suntikan BCG. Dia mengecam pendapat ‘pakar instan’ di media sosial karena mempromosikan solusi yang tidak terverifikasi.

Ada kekhawatiran bahwa sistem kesehatan negara telah lambat untuk menerapkan pengujian yang agresif dan terlalu bergantung pada klinik swasta. Tetapi kekhawatiran itu diimbangi dengan meningkatnya kepercayaan dengan adanya kerja sama yang semakin konstruktif dan formal antara negara dan sektor swasta.

Dibalik turunnya kasus virus corona di Afrika Selatan tetap menyimpan rasa waswas dan menuntut kewaspadaan. Mungkinkah lockdown yang diberlakukan ketat di Afrika Selatan dan pekerjaan penelusuran agresifnya, benar-benar berhasil? Atau ini hanya ketenangan sementara?  (BBC)

Exit mobile version