- Pakar demografi meragukan kemungkinan terjadinya ledakan kelahiran dalam delapan bulan ke depan.
- Keluarga di Selandia Baru cenderung akan menunda kehamilan, khawatir anak mereka lahir saat ekonomi sulit.
Wellington — Ada banyak spekulasi muncul saat penguncian Selandia Baru. Salah satunya, akan terjadi ledakan kelahiran delapan atau sembilan bulan setelah lockdown.
Ini terungkap dalam percakapan media sosial mengenai anak-anak yang lahir di masa pandemi. Percakapan mengarah pada nama-nama calon bayi, dan ada tiga yang populer.
Ketiganya adalah Coronials, Quaranteens, Baby Zoomers. Khusus nama terakhir mengacu pada aplikasi video Zoom, yang mendadak populer selama pandemi.
Namun pakar kependudukan mengabaikan kemungkinan ledakan kelahiran dalam delapan atau sembilan bulan ke depan. Alasannya, ketidak-pastian akan masa depan membuat pasangan usia subur tidak yakin akan punya bayi.
“Banyak orang merasa tidak yakin akan masa depan dunia,” kata Paul Spoonley, profesor demografi Massey University, kepada The Guardian. “Mereka tidak berpikir memiliki anak, atau menambah anggota baru dalam keluarga, dan menunda kehamilan.”
Spoonley yakin kebutuhan kondom, dan alat kontrasepsi lain, yang meningkat cukup untuk menggambarkan betapa ada kecenderungan untuk menunda kehamilan, bukan sebaliknya.
Ia juga melihat pasangan yang belum tinggal bersama, dan harus dipisahkan oleh lockdown, akan menyebabkan terjadinya seks bebas.
Setelah lockdown usai, dan pandemi berakhir, negara akan menghadapi kesulitan ekonomi. Keluarga tidak ingin anak-anak mereka menghadapi kesulitan ekonomi setelah dilahirkan.