“Harusnya Indonesia punya potensi untuk menjadi penengah dari konflik ini. Jadi bila kita ingin jadi penengah dalam konflik ini maka Indonesia jangan coba-coba membeli minyak dari Rusia karena akan memprovokasi barat”
JERNIH – Keputusan Pertamina membeli minyak mentah dengan harga murah dari Rusia, dinilai sangat kontroversi. Alasannya, Rusia tengah di embargo oleh negara-negara Barat.
Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengatakan begitu Pertamina memutuskan membeli minyak dari Rusia, berarti Indonesia sedang mempertontonkan bahwa Indonesia melawan sanksi yang diberikan oleh barat (AS dan NATO) kepada Rusia.
“Upaya ini dianggap tidak akan ada permasalahan politik, karena akan dilakukan secara murni Business to Business (B2B),” ujarnya di Jakarta, Jumat (1/4).
Baca Lagi: Alih-alih Mengutuk Invasi, Indonesia Justru Aji Mumpung Beli Minyak Rusia
Ia menambahkan, DPR RI bersama Pertamina dalam rapat dengar pendapat harus berhati-hati. Sebab, yang menentukan keberpihakkan terhadap konflik Rusia-Ukraina, bukan legislatif ataupun Pertamina, melainkan Presiden.
“Presiden yang diberikan mandat oleh rakyat untuk mendeklarasikan perang atau berdamai berdasarkan aspirasi masyarakat,” katanya.
Pembelian minyak mentah, lanjut dia, tidak bisa dianggap hanya Business to Business (B2B) saja, karena akan ada dampak geopolitiknya.
“Kita tidak bisa menganggap apa yang terjadi Pertamina dengan perusahaan minyak di Rusia itu hanya B2B. Ini akan ada dampak geopolitiknya yang harus dipertimbangkan matang oleh pemerintah,” katanya.
“Secara B2B memang tidak ada larangan. Tapi secara Geopolitik mengandung makna yang sangat kontroversi karena Rusia sedang di embargo oleh negara-negara Barat,” lanjutnya.
Ia menganggap, langkah tersebut sebagai upaya yang sangat berbahaya. Karennya, bila ada setetes minyak dari Rusia, maka akan membuat Indonesia dikelompokkan sebagai sekutu Rusia.
“Pemerintah sudah memperhitungkan konsekuensinya atau belum? Kalau belum tentunya hal ini akan menempatkan Indonesia jadi sasaran tembak bagi AS dan NATO. Terjebak arus global,” katanya.
“Harusnya Indonesia punya potensi untuk menjadi penengah dari konflik ini. Jadi bila kita ingin jadi penengah dalam konflik ini maka Indonesia jangan coba-coba membeli minyak dari Rusia karena akan memprovokasi barat,” tambahnya mengakhiri.