Site icon Jernih.co

Korsel Luncurkan Prototipe Jet Tempur KF-X, Komitmen Indonesia tak Jelas

JERNIH — Korea Selatan (Korsel) meluncurkan prototipe KF-X, di tengah ketidak-pastian apakah Indonesia masih akan bekerja-sama dalam proyek pengembangan jet tempur generasi baru.

Korea Times tidak lagi menggunakan kata KF-X untuk pesawat pertama buatan dalam negeri Korsel, tapi KF-21 Boramae. Ada bendera Indonesia terpasang di bawah kokpit pesawat, berdampingan dengan bendera Korsel.

Peluncuran berlangsung di Sacheon, Propinsi Gyeongsang Selatan, Jumat 9 April, dengan upacara yang dipimpin Presiden Moon Jae-in. Menhan RI Prabowo Subianto bersama 20 pejabat Indonesia lainnya menghadiri peluncuran itu.

“Era baru pertahanan diri telah tiba, dan kami menetapkan tonggak sejarah dalam kemauan industri penerbangan kami,” kata Presiden Moon.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang mempercayai kemampuan Korsel menjadi mitra dalam proyek pembangunan bersama ini,” lanjut Presiden Moon.

KF-21 adalah jet tempur multi peran hasil program pengembangan KF-X yang diupayakan sejak 2016. Indonesia berjanji mendanai 20 persen, atau 1,7 triliun won (Rp 21,9 triliun), dari total biaya pengembangan 8,8 triliun won (Rp 114,7 triliun) dengan imbalan 50 pesawat plus transfer teknologi.

Sampai pembicaraan terakhir dengan Menhan Korsel Suh Wook tidak ada kabar soal kerjasama ini. Tidak pula ada keterangan pers dari kedua pihak bahwa Indonesia akan melunasi tunggakan dana pengembangan.

Komponen Lokal

Korea Times menulis insinyur Korsel memimpin proses desain dan pengembangan KF-21, melokalan teknologi utama seperti array yang dipindai secara elektronik aktif, sistem pencarian dan pelacakan inframerah, pod penargetan elektro-optik, dan perangkat perang elektronik lainnya.

Korea akan menjadi negara kedelapan di dunia yang mengembangkan jet supersonik canggih dengan teknologi sendiri. Presiden Moon mengatakan produksi massal akan dimulai setelah tes terakhir, dan Korsel berencana mengerahkan 40 KF-21 pada 2028 dan 120 pada 2032.

Kalimat terakhir Presiden Moon, mengerahkan 120 pesawat pada 2032, mungkin menarik diperhatikan. Semula, koran-koran Korsel menulis proyek KF-X akan menghasilkan 120 pesawat. Indonesia, jika melanjutkan komitmennya dan membayar dana pengembangan, akan mendapatkan 50 pesawat.

Jika Korsel mengambil seluruh dari 120 pesawat, Indonesia sebenarnya sudah tidak ikutan atau menarik diri dari proyek ini.

Sebanyak 719 bisnis di Korsel berpartisipasi dalam pengembangan KF-21. Sekitar 65 persen dari 30 ribu bagian yang digunakan dalam pesawat dibuat di Korea. Badan Program Akuisisi Pertahanan dan KAI berencana meningkatkan komponen lokal.

Pemerintah Korsel memperkirakan proyek ini menciptakan 2,1 triliun won efek ekonomi dan 12 ribu lapangan kerja dari 2016 sampai 2020. Ketika memasuki produksi massal, 100 ribu lapangan kerja baru akan tercipta dan 5,9 triun won nilai tambah akan dihasilkan.

Masih Berharap

Beberapa jam sebelum peluncuran, Menhan RI Prabowo Subianto bertemu Menlu Korsel Chung Eui-yong, tapi keduanya tidak membahas masalah pembayaran pengembangan KF-21 oleh Indonesia.

Korea Times menulis Menhan Prabowo dan Menhan Korsel Suh Wook setuju membahas detail proyek KF-21 pada pertemuan berikut, tapi tidak menyebut pembayaran Indonesia yang jatuh tempo.

Indonesia dianggap telah emmperlihaktan sikap hangat kepada Korsel untuk urusan proyek ini. Pejabat Korsel juga mengatakan semua pihak di Korsel sangat ingin Indonesia tetap menjadi mitra pengembangan jet tempur ini.

Alasannya, Indonesia adalah pasar pertahanan terbesar Korea di Asia Tenggara, dan telah membeli pesawat latih KT-1 adn Nagapasa, kepal class.

Exit mobile version