- Fasilitas karantina memberi makan warga diisolasi karena menunjukan gejala Covid-19 dua kali sehari.
- Menunya, nasi-jagung, sup, dan kubis asin.
- Jika listrik padam, penghuni fasilitas terpaksa makan nasi setengah matang.
JERNIH — Korea Utara (Korut) terus mengklaim tak punya kasus infeksi Covid-19, tapi sekitar 100 ribu warganya diisolasi di fasilitas negara akibat demam tinggi dan masalah pernafasan.
Mengutip sejumlah sumber, DailyNK memberitakan saat ini terdapat 104 ribu warga Korut terduga mengidap Covid-19 dan diisolasi di fasilitas negara sejak awal November 2021.
Orang-orang ini, masih menurut situs itu, ditempatkan di Propinsi Pyongan Selatan, Propinsi Hwanghae, Propinsi Hamgyong Utara, Propinsi Yanggang, Propinsi Chagang, dan Propinsi Nampo.
Markas Pusat anti-Epidemi Darurat menerima laporan mingguan tentang jumlah kedatangan, pemulangan, dan kematian, dari setiap fasilitas. Markas ini melaporkan statistik ke pimpinan di Pyongyang setiap pekan, dan setiap tiga bulan.
Pada 1 November, menurut DailyNK, terdapat 81 ribu orang yang diisolasi di fasilitas yang ditunjuk negara. Seluruh orang itu menunjukan gejala tertular Covid-19.
Artinya, setidaknya 185 ribu warga sipil Korut dengan tejala Covid-19 telah diisolasi di fasilitas negara sejak negeri Stalinist terakhir itu menutup perbatasannya tahun lalu.
Korut juga mengoperasikan fasilitas terpisah utnuk personel militer dan kader berpangkat tinggi. Jadi, jumlah sebenarnya orang-orang terinfeksi Covid-19 jauh lebih tinggi.
Pyongyang juga menempatkan petugas di karantina rumah jika menunjukan gejala seperti demam 27,5 derajat atau lebih tinggi, batuk, serta gangguan pernafasan. Petugas mengamati mereka selama tujuh hari. Jika gejalanya menetap selama tujuh hari, pasien ditetapkan sebagai kasus terduga Covid-19.
Jika gejala pasien tidak membaik selama karantina rumah, pihak berwenang memaksa mereka berangkat ke fasilitas karantina negara. Otoritas kesehatan memberikan dokuman diagnosis kasus yang dicurigai kepada keluarga.
Hingga akhir tahunlalu warga Korut dapat menghindar dari kemungkinan dikirim ke fasilitas karantina jika mereka membayar suap. Sejak Kongres Partai ke-8, Januari tahun ini, suasana berubah.
Tidak ada lagi petugas menerima suap, dan semua yang dicurigai mengidap Covid-19 masuk ke fasilitas isolasi, siapa pun mereka.
Selama di fasilitas karantina, mereka mendapat makan dua kali; pagi dan sore, dengan porsi sedikit. Sering pasien makan beras campur jagung, sup asin, dan kubis.
Jika listrik padam mereka harus makan nasi setengah matang, sup dingin, dan kubis asin. Pasien tidak boleh menerima kunjungan. Jika keluarga mengirim uang, administrator fasilitas akan menyediakan makanan dari luar.