- Gerakan pasukan musuh yang dimaksud adalah tindakan IOC melarang Korut hadir di Olimpiade Beijing.
- Masih ada kesempatan menjadikan Olimpiade sebagai sarana rujuk bangsa yang terpecah oleh ideologi.
JERNIH — Korea Utara, Jumat 7 Januari, mengatakan tidak hadir di Olimpiade Musim Dingin Beijing bulan depan karena pandemi Covid-19 dan adanya gerakan pasukan musuh. Komite Olimpiade Internasional (IOC) tersenyum saja.
September 2021, IOC memutuskan menangguhkan Korut hingga 2022 akibat menolak mengirim tim ke Olimpiade Musim Panas Tokyo dengan alasan pandemi. Artinya, Korut dilarang berpartisipasi di Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Namun presiden IOC Thomas Bach mengatakan atlet individu Korut yang lolos ke Beijing masih bisa diterima dan berlaga. Sejauh ini tidak ada kabar ada atlet Korut yang akan berlaga di Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Olimpiade Musim Dingin Beijing dibuka 4 Februari 2022. Jumat, 7 Januari, pemerintah Pyongyang mengatakan Komite Olimpiade dan Kementerian Olahraga Korut secara resmi memberi tahu Cina — sekutu utama dan terakhir serta saluran ekonomi — bahwa mereka tidak dapat hadir di Olimpiade Musim Dingin Beijing.
“Kami tdiak dapat ambi bagian dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing karena gerakan pasukan musuh dan pandemi di seluruh dunia,” demikian surat resmi Pyongyang yang dikutip KCNA, kantor berita Korut.
KCNA tidak merinci apa yang dimaksud gerakan pasukan musuh. Cheong Seong-chang, analis Institut Sejong di Korea Selatan (Korsel), mengatakan kalimat itu merujuk pada IOC atau AS, Prancis, dan Inggris, yang diyakini berada dibalik penangguhan Korut.
Terlepas dari keputusan IOC, masih ada harapan Olimpiade berfungsi sebagai tempat rekonsiliasi dua Korea dengan dukungan IOC. Pada Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korut dan Korsel membentuk tim hoki es wanita di bawah bendrea unifikasi Korea.