- Imigran menggunakan gudang, ruang bawah tanah, dan garasi sebagai tempat ibadah ilegal.
- Pertumbuhan masjid ilegal mencapai dua kali lipat dalam satu dekade terakhir.
JERNIH — Badan Keamanan Italia mengatakan sedang dan akan terus memantau 53 masjid bawah tanah, alias tempat shalat umat Islam tak resmi, karena khawatir radikalisasi dan terorisme.
“Tempat-tempat ibadah tersembunyi ini adalah lokasi radikalisasi mengintai,” tulis surat kabar Il Tempo edisi Jumat 19 April. “Orang-orang radikal menyamar di antara umat beriman. Para serigala menjadi martir dalam perang suci tersembunyi.”
Arus imigran Muslim ke Italia yang tak bisa dicegah membuat ruang shalat menjamur. Muslim menjadikan gudang, garasi, apartemen, dan ruang bawah tanah sebagai tempat ibadah tak resmi. Pihak berwenang menoleransi praktik itu meski beberapa di antaranya secara teknis ilegal.
Il Tempo, mengutip laporan Kementerian Dalam Negeri Italia, menulis satu dekade lalu hanya ada 30 masjid bawah tanah yang diawasi. Kini, jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat.
Jumlah total tempat ibadah umat Islam kemungkinan mencapai lebih 100, yang membuat Il Tempo menggambarkan Roma sebagai ‘ibu kota Islam yang semakin berkembang.
Jurnalis investigasi program berita Fuori dal Coro, yang baru-baru ini menyamar sebagai Muslim dan mengunjungi sejumlah masjid selama Ramadan, mengatakan situai serupa terjadi di Milan.
Dalam film dokumenter Imigran dan Kekerasan, Umat Islam yang Membenci Italia, jurnalis itu mewawancarai salah seorang pria yang digambarkan sebagai Islamis radikal.
“Pria itu percaya umat Islam akan segera menaklukan Barat, dimulai dari Italia karena orang Italia memiliki hati yang baik dan sangat dekat dengan Islam,” kata jurnalis itu.
Sang jurnalis tampaknya sedang memprovokasi kebencian terhadap Islam lewat film dokumenternya. Maklum, populasi penduduk asli Italia semakin menua, dengan usia rata-rata 47,7 tahun dan tingkat kesuburan total hanya 1,3.
Italia adalah pintu masuk utama para imigran ke negara-negara Eropa lainnya. Imigran terbanyak berasal dari Afrika dan Asia, yang mayoritas berpenduduk Muslim.
Saat berkampanya untuk menjadi perdana menteri, Giorgia Meloni berjanji menindas imigran. Setelah berkuasa, PM Meloni menerima kebijakan Uni Eropa yang secara efektif mendorong pencari suaka.