- Seorang pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) menggunakan miyans, kata yang menghina, untuk menyebut Muslim.
- Politisi BJP dan jurnalis pro pemerintah secara rutin tampil di televisi mengkampanyekan kebencian.
- PM Narendra Modi menyerukan persatuan.
New Delhi — Partai Bharatiya Janata (BJP), nasionalis Hindu yang berkuasa di India, mengeluarkan larangan membeli sayuran dari pedagang Muslim saat penguncian untuk menahan penyebaran wabah virus korona.
“Ingat satu hal. Jangan membeli sayuran dari miyans, kata bermakna menghina untuk menyebut Muslim di India,” kata Suresh Tiwari, anggota legislatif dari kota Deoria di negara bagian Uttar Pradesh, dalam video yang disebarkan lewat ponsel dan viral sepanjang Selasa.
Hindustan Times memberitakan seruan Tiwari sebagai tindakan pencegahan untuk melindungi penduduk beargama Hindu tidak terinfeksi virus korona.
“Pada 18 Maret saya membagian masker kepada orang-orang di Deoria, ketika banyak orang mengeluh Jamaah Tabligh menyebarkan infeksi,” kata Tiwari. “Banyak orang khawatir pedagang Muslim meludahi sayuran yang dijual, agar orang-orang terinfeksi.”
Muslim India menjadi sasaran tuduhan di berbagai negara bagian di India, menyusul laporan virus korona mewabah usai pertemuan Jamaah Tabligh di New Delhi bulan lalu.
Situasi ini diperburuk oleh kerusuhan komunal paling mematikan pada bulan sebelumnya, yang dipicu pengesahan UU Kewarga-negaraan yang mengucilkan pemeluk Islam.
Politisi BJP dan jurnalis pro-pemerintah secara berkala muncul di TV, dan mengkampanyekan kebencian terhadap Muslim. Mereka menyebut Jamaah Tabligh sedang melakukan terorisme korona, dan menuduh seluruh pemeluk Islam terlibat.
Kelompok sayap kanan lain membagikan bendera warna kunyit di pasar-pasar, dan meminta pedagang memasang bendera itu. Tujuannya, mengidentifikasi pedagang Hindu. Yang tidak mendapat bendera itu adalah pedagang Muslim.
Lingkungan tertentu di New Delhi, dan negara bagian Karnataka, Telanggana, dan Madhya Pradesh, telah memasang poster yang melarang Muslim masuk.
Larang Adzan
Setelah menyerang sejumlah masjid, kelompok sayap kanan menyerukan pelarangan adzan secara nasional.
Selasa lalu di Distrik Gorakphur Uttar Pradesh, sekelompok pria merusak sebuah masjid dan menyerang seorang muazin.
Media lokal melaporkan Abdul Rahman, muazin berusia 35 tahun itu, menderita luka ringan. Menurutnya, hanya tiga orang yang boleh berada di dalam masjid selama penguncian.
Pada 18 April lalu, ketika kebencian anti-Muslim akibat wabah virus korona merebak, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) meminta India menghentikan Islamofobia.
Hari berikutnya, PM India Narendra Modi memposting pesan persatuan di Twitter.
“Covid-19 tidak melihat ras, agama, warna kulit, kasta, akidah, bahasa, atau pembatasan lain sebelum menyerang. Respons dan perilaku kita harus memperlihatkan keutamaan pada persatuan dan persaudaraan. Kita bersama memerangi wabah,” tulis PM Modi.
Anurag Bhadoriya, juru bicara kelompok oposisi Partai Samajwadi, mengatakan pihak berwenang harus mengajukan gugatan kepada pimpinan Tiwari, karena menyeru boikot komunitas Muslim.
“Pada saat krisis ini dia sibuk menyebarkan kebencian terhadap komunitas tertentu,” kata Bhadoria.
Juru bicara BJP di Uttar Pradesh mengatakan pemimpin partai tidak boleh salah berbicara. Tidak boleh ada pernyataan memecah belah.