Berlin — Dunia dilanda pandemi Covid-19, dan semua orang ketakutan, kecuali segelintir pengikut neo-Nazi dan kelompok saya kanan garis keras di beberapa negara Eropa.
Simon Lindberg, pemimpin Gerakan Perlawanan Nordic (NRM), menulis di situsnya; “Kita tidak bisa membangun masyarakat yang akan bertahan ribuan tahun di atas fondasi busuk hari ini. Kami menyambut baik pandemi Covid-19, untuk mewujudkan pemberontakan nasional yang nyata dan penguatan politik revolusioner.”
NRM adalah gerakan neo-Nazi berbasis di Eropa Utara. Salah satu mantan anggotanya, yang terlibat penyerangan sebuah masjid, NRM adalah ‘kultus’ neo-Nazi.
Baca Juga:
–– Tiga Sampai 10 Persen Pasien Sembuh Masih Menyimpan Covid-19
— Dunia Dilanda Wabah Covid-19, Vietnam Bikin Coronaburger
— Menlu G7 Ribut Soal Penggunaan Istilah virus Wuhan
Die Rechte, kelompok neo-Nazi di Jerman, mengklaim perbatasan Jerman seharusnya ditutup beberapa pekan lalu untuk semua warga non-Eropa.
Der Dritte Weg, kelompok neo-Nazi di Jerman lainnya, mengatakan virus itu dieksploitasi oleh pemimpin Jerman sebagai titik pengalih banjir pengungsi dan migran dari Timur Tengah.
Di Ukraina, seorang tokoh gerakan Azov — kelompok sayak kanan esktrem — mengklaim penyebaran Covid-19 bukan kesalahan kulit putih, tapi etnis minoritas di Italia yang seharusnya dipersalahkan.
Tokoh itu menulis di Telegram, aplikasi pesan online yang menjadi sasaran kritik karena konten apa pun muncul di platform-nya. Di aplikasi ini neo-Nazi berkumpul.
Menginfeksi Yahudi
Joshua Fisher-Birch, peneliti dari Proyek Kontra Ekstremisme yang berbasis di AS, mengatakan saluran akselerator neo-Nazi Telegram meningkatkan seruan merka untuk destabilisasi dan kekerasan terkait Covid-19.
“Saluran-saluran itu memperlakukan situasi pandemi sebagai keseampatan untuk meningkatkan ketegangan, dan mengadvokasi kekerasan,” kata Fisher-Birch.
Salah satu saluran neo-Nazi mendesak anggotanya batuk dan memegang gagang pintu di sinagogue, tempat ibadah Yahudi. Pengikutlain mendesak mereka yang terinfeksi Covid-19 menyemprotkan air liur ke polisi.
Saluran neo-Nazi lainnya memuji seorang pria yang ditangkap di New Jersey karena batuk di depan seorang karyawan toko kelontong, dan mengklaim diri menderita Covid-19.
“Dimuliakanlah engkau sebagai orang suci,” puji saluran itu kepada pelaku.
Suci dan kesucian adalah pujian uum bagi pelaku kekerasan. Biasanya pujian disampaikan lewat saluran Telegram neo-Nazi.
Dalam log obrolan yang bocor tentang Discord, sebuah aplikasi obrolan online, anggota Divisi Feuerkirieg menganjurkan anggota yang terkena Covid-19 untuk dengan sengaja menginfeksi orang Yahudi.
Divisi Feuerkrieg adalah kelompok neo-Nazi kecil di AS dan Eropa, tapi dengan banyak rencana serangan. Beberapa anggotanya, termasuk para remaja, ditangkap akibat aksi kekerasan.
Pihak berwenang mengamati semua gerakan neo-Nazi. Wakil Jaksa Agung AS Jeffrey Rosen menulis siapa pun di AS yang sengaja menyebarkan Covid-19 dapat didakwa di bawah UU ant-terorisme. Alasan Rosen, Covid-19 memenuhi definisi UU tentang senjata biologis
Fantasi neo-Nazi
Fantasi neo-Nazi tentang Covid-19 menyebar ke dunia nyata. Salah satu buktinya, Timothy Nelson — sosok sayap kanan terkenal — berencana menyeang rumah sakit yang merawat pasien Covid-19 di Misouri.
Selasa lalu dia terlibat baku tembak dengan FBI, dan menemui ajal sebelum merencanakan aksi. Laporan lain menyebutkan Wilson adalah admin saloran Telegram neo-Nazi, dan dikenal mendorong kekerasan.
Ia mempromosikan serangan dan teori konspirasi anti-Semit tentang wabah Covid-19 di saluran itu. Menurutnya, pandemi adalah alasan untuk menghancurkan rakyat kita.
Fisher-Birch mengatakan meski sulit mengukur tingkat bahaya retorika sayap kanan, itu masih perlu ditanggapi serius.