Site icon Jernih.co

Penyihir Bucha, Relawan Cantik Penjaga Langit Ukraina

JERNIH — Di awal konflik Ukraina-Rusia, Bucha — sebuah kota di luar Kiev — sempat populer. Di kota ini pasukan Rusia melakukan kejahatan perang; mengeksekusi warga sipil di jalan-jalan, dan kekajaman lain.

Ketika konflik berlarut, Bucha melahirkan Penyihir Bucha — relawan tempur sipil yang 90 persen anggotanya perempuan. Mereka terdiri dari ibu rumah tangga biasa, guru sekolah menengah, dan gadis-gadis yang terpanggil mempertahankan Ukraina dari invasi Rusia.

Di hutan tertutup salju di luar Kiev, Penyihir Bucha berlatih mempertahankan kota dari serangan rudal dan drone yang terus-menerus dan hampir setiap malam. Mereka menembak jatuh banyak drone Shahed buatan Iran.

Tatyana, salah satu Penyihir Bucha, bertempur dengan semangat membalas kematian suami dan saudara laki-lakinya. Satu keponakannya, yang bertugas di ketentaraan, dikabarkan hilang.

“Kata-kata saya hancur,” kata Tatyana, wanita berusia 41 tahun yang menolak menyebut nama belakangnya dengan alasan protokol militer.

Penyihir Bucha memperkirakan pertempuran akan berhenti tapi tidak berakhir. Mereka berjuang menghadapi kemunduran militer Ukraina di medan tempur, pernjanjian damai yang menakutkan, dan ketidak-pastian setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden AS.

Warga Ukraina menginginkan perang, yang telah berlangsung 1.000 hari, dihentikan. Namun tidak sedikit yang khawatir gencatan senjata akan memberi waktu Rusia memobilisasi kekuatan dan menyerang Ukraina kapan pun diperlukan.

“Saya tidak percaya perang ini dapat dihentikan dengan negosiasi,” kata Valentina, perempuan berusia jelang setengah abad dan guru matematika sekolah menengah. Putra dan menantu Valentina bertempur di garis depan.

“Putin tidak dapat dipercaya,” kata Valentina kepada NBC News, seraya mengenakan kamuflase dari ujung kepala sampai ujung kaki dan berlatih dalam kondisi nyaris membeku. “Dalam tiga hingga lima tahun, Putin akan kembali menyerang kami.”

Meski demikian kebanyakan anggota Penyihir Bucha yakin kesepakatan akan tercapai, tapi pertarungan dengan Rusia masih jauh dari kata akhir.

Di Kiev, Presiden Volodymyr Zelensky yakin pertempuran melelahkan akan berakhir lebih depat karena Donald Trump bertakhta di Gedung Putih.

“Kami tidak bisa menyerah,” kata veteran Angkatan Darat (AD) AS Miro Popovich yang kini menjadi sukarelawan tempur Ukraina-AS.

Sejak perang dimulai, Popovich telah bertempur di dekat garis depan. “Kami tidak bisa menyerahkan wilayah, kami tidak bisa menyerahkan orang, karena keberadaan kami dipertaruhkan sekali lagi,” katanya.

Jajak pendapat Gallup menemukan 52 persen penduduk Ukraina ingin negara mereka merundingkan akhir perang secepatnya, tapi banyak yang tidak optimistis akan masa depan dibanding sebelumnya.

Defensif

Selama berbulan-bulan, militer Ukraina bersikap defensif. Militer Rusia berusaha merebut kembali wilayah yang hilang, atau mencari tanah baru, dengan mengerahkan drone dan rudal sebanyak mungkin.

Ukraina hanya ingin memasuki meja perundingan dengan posisi militer yang kuat. Kiev tidak ingin berunding sebagai pihak yang lemah, apalagi kalah.

Sumber di Staf Umum AB Ukraina mengatakan pihaknya masih menguasai 300 mil persegi wilayah Kursk, dan serangan udara jauh ke dalam wilayah Rusia sangat membantu menghancurkan infrastruktur militer Moskwa.

Di sisi lain, Trump tidak pernah menjelaskan bagaimana ia akan memecahkan kebuntuan diplomatik Ukraina-Rusia. Komentar publiknya, yang akan mencari penyelesaian cepat, hanya menimbulkan kekhawatirkan Gedung Putih menguntungkan Kremlin.

Exit mobile version