- Gereja dibangun Neve Bersaudara, dokter yang memperkenalkan vaksinasi di Kashmir.
- Setelah konflik bersenjata Pakistan-India, gereja ditutup selama 30 tahun.
- Tahun ini, senandung Natal bergema lagi dari Gereja St Luke yang berusia 125 tahun.
JERNIH — Kali pertama dalam tiga dekade Natal bergema di sebuah gereja berusia 125 tahun di Kashmir. Lonceng gereja berdentang dan lagu-lagu reliji mengalun.
Kurang selusin penganut Kristen yang berada di gereja itu pada Rabu 22 Desember, atau sehari sebelum Gereja Saint Luke di Srinagar secara resmi dibuka untuk umum, berkumpul memanjatkan doa.
Bagi komunitas kecil Kristen, pembukaan Gereja St Luke adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Sebelumnya, mereka tak pernah berharap gereja yang terletak di kaki bukit kecil yang menghadap ke Kuil Hindu di Dalgate Srinagar itu akan kembali menjadi tempat ibadah.
“Kami bekerja keras bertahun-tahun untuk meminta pemerintah membuka kembali gereja kami,” kata Reverend Eric, imam yang bertanggung jawab atas gereja itu kepada Al Jazeera. “Kini, mimpi menjadi kenyataan.”
Gereja ditutup tahun 1990-an, ketika pemberontakan bersenjata melawan pemerintah India dimulai di wilayah mayoritas Muslim. Wilayah Kashmir yang didominasi Muslim adalah jantung perselisihan puluhan tahun antara India dan Pakistan.
Kashmir saat ini terbagi dua, dengan India dan Pakistan menguasai bagian masing-masing. Namun, kedua negara tidak pernah melepas klaim berhak atas sekujur wilayah Kashmir.
Sejak merdeka dari Inggris, India dan Pakistan — keduanya punya senjata nuklir — tiga kali berperang. Dua dari tiga perang berlangsung dalam skala penuh.
Selama tahun-tahun konflik bersenjata, gereja adalah saksi bisu semua kekerasan di sekitarnya. Dalam beberapa tahun terakhir, gereja bersejarah itu menjadi daya tarik baru media sosial.
Sejumlah pemuda berpose selfie di depan gereja. Influencer menarasikan nasib gereja dan mempostingnya di Twitter dan Instagram.
Muslim Kashmir menyambut baik pembukaan kembali gereja. “Gereja itu kosong bertahun-tahun. Kini kami senang mendengar suara doa dan lagu rohani mengalun dari dalam gereja,” kata Farooq Ahmad Gilkar, tukang batu berusia 66 tahun, kepada Al Jazeera.
Menurut Gilkar, gereja sempat dikepung semak dan tanaman merambat, yang membuat bangunan keagamaan tampak menyeramkan. Sekarang, gereja itu telah bersih dan akan hidup lagi.
Bergaya Gotik
Dibangun Missionary Society of England, gereja bersejarah itu membanggakan penduduk karena berarsitektur Gotik era kolonial. Gilar mengatakan gereja dibangun tukang batu Kashmir yang mengkhususkan diri dalam pembuatan batu bata dan batu bersih.
Gereja terletak tak jauh dari Kuil Hindu Shankaracharya dan hanya satu kilometer dari Masjid Sufi Syed Yaqoob. Artinya, ketiga tempat ibadah itu menggambarkan keragaman budaya wilayah Himalaya.
Sebuah prasasti di tengah pintu masuk gereja bertuliskan gereja dibangun oleh Dr Arthur Neve dan Dr Ernest Neve. Tulisan lainnya; “Untuk kemuliaan Tuhan dan sebagai saksi Kashmir yang dipersembahkan oleh Uskup Lahore, 12 September 1896.”
Selama bertahun-tahun 35 ribu umat Kristiani, di wilayah berpenduduk 12 juta jiwa, menuntut renovasi gereja. Tahun lalu pemerintah memutuskan merenovasi bangunan itu di bawah proyek Kota Cerdas.
India juga berupaya memulihkan bangunan bersejarah dan tempat-tempat keagamaan di Srinagar — rumah bagi lebih satu juga orang.
Pekerjaan renovasi gereja dimulai dengan membersihkan tanaman merambat dan gulma yang menutup pintu masuk. Namun pandemi virus korona memperlambat pengerjaan renovasi.
Neve Bersaudara
Siapa Arthur dan Ernest Neve, atau Neve Bersaudara?
Al Jazeera menulis keduanya adalah pelopor pengobatan modern di Kashmir. Keduanya datang untuk memperkenalkan vaksinasi kolera dan cacar di wilayah Himalaya pada akhir abad ke-19.
Setelah hampir 50 tahun berada di wilayah itu, Neve Bersaudara memberi layanan medis di RS Misi Kashmir yang mereka dirikan tahun 1888.
Di lokasi rumah sakit inilah gereja dibangun. Hari ini, rumah sakit itu dikenal sebagai RS Penyakit Paru.
Muhammad Saleem, salah satu kontraktor renovasi gereja, mengatakan pihaknya berusaha mempertahankan bentuk asli bangunan dengan menggunakan kayu khusus yang di Kashmir dikenal dengan nama khatamband.
Puluhan pekerja memperbaiki lantai kayu, batu ukiran tangan di pintu masuk, dan kaca warna-warni di jendela, sebagai sentuhan akhir sebelum Natal.
Cat hijau di dinding tua telah dihapus, diganti dengan warna bata merah. Atap gereja juga telah diganti.
“Kami ingin mempertahankan tampilan yang sama, sehingga kami meminta bantuan pekerja lama,” kata Saleem. “Kami mencari tangan-tangan dengan ketrampilan langka yang masih mampu melakukan pekerjaan seabad lalu.”