Tuntutan tersebut bukan merupakan perjanjian tapi lebih kepada deklarasi. Namun, tak bisa juga diartikan sebagai awal dari perang tapi lebih pada pembenaran sikap Moskow yang memicu kemarahan, serta menjaga keseimbangan Washington.
JERNIH- Rusia menjamin kalau ketegangan di Eropa dan krisis di Ukraina bakal reda jika NATO menghentikan aktifitas militernya di kawasan tersebut. Hal itu, merupakan satu dari paket tuntutan Moskow.
Isi lainnya, berupa hak veto Rusia yang efektif atas keanggotaan NATO untuk Ukraina yang dinilai telah dikesampingkan dunia barat.
Tuntutan tersebut, untuk pertama kalinya disampaikan secara rinci. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov seperti diberitakan Reuters mengatakan, dalam menjalin hubungan, Rusia dan Barat harus memulai dari lembaran awal.
“Garis yang ditempuh oleh Amerika Serikat dan NATO selama beberapa tahun terakhir untuk secara agresif meningkatkan situasi keamanan benar-benar tidak dapat diterima dan sangat berbahaya,” katanya, dikutip Sergei.
Sergei juga mendesak agar Amerika Serikat dan NATO segera menghentikan tindakan permusuhan reguler terhadap Rusia, latihan tak terjadwal, serta penghentian pengembangan militer di wilayah Ukraina.
Sam Greene, profesor politik Rusia di King’s College London, menilai bahwa tuntutan tersebut bukan merupakan perjanjian tapi lebih kepada deklarasi. Namun, tak bisa juga diartikan sebagai awal dari perang tapi lebih pada pembenaran sikap Moskow yang memicu kemarahan, serta menjaga keseimbangan Washington.
“Pertanyaannya adalah, berapa lama itu bisa dipertahankan, sebelum kehilangan kemanjurannya?” katanya Sam.
Rusia melalui Sergei, mendesak agar AS segera menanggapi tuntutan tersebut dengan serius dan cepat, sebab pihaknya tak mau lagi bertahan dalam situasi saat ini.
Rusia pun sudah sangat siap memulai pembicaraan secepatnya pada Sabtu (17/12) dan memilih Jenewa sebagai lokasi diskusi.
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan telah melihat proposal tuntutan tersebut dan telah melakukan pembicaraan dengan sekutunya. Sebab kata mereka, pembicaraan tentang Eropa tak akan pernah berlangsung tanpa sekutu dan mitra Eropa.
Rusia kecewa, sebab sudah mengirimkan proposal kepada AS dan cuma begitu tanggapanya. Moskow bilang, telah menentukan sikap terhadap keamanan dari hubungan Ukraina yang makin mesra dengan NATO, termasuk aspirasi bergabung dengan aliansi meski tak ada prospek.
Dokumen tuntutan Rusia yang di mata AS beserta sekutunya tak lebih sebagai bentuk usulan semata, dituangkan dalam dua rancangan yaitu, perjanjian dengan negara-negara NATO dan kesepakatan bersama Amerika.
Poin penting dari kedua dokumen tersebut antara lain, mengesampingkan ekspansi NATO lebih lanjut dan aksesi Ukraina ke aliansi,, tidak mengerahkan pasukan dan senjata tambahan di luar negara tempat mereka berada pada Mei 1997 (sebelum negara-negara Eropa Timur bergabung dengan aliansi), kecuali dalam kasus luar biasa dengan persetujuan Rusia dan anggota NATO.
Selanjutnya, meninggalkan aktivitas militer NATO di Ukraina, Eropa Timur, Kaukasus dan Asia Tengah, tidak menyebarkan rudal jarak menengah dan pendek di mana mereka dapat mengenai wilayah pihak lain.
Tidak melakukan latihan dengan lebih dari satu brigade militer di zona perbatasan yang disepakati, dan secara teratur bertukar informasi tentang latihan militer.
Memastikan bahwa para pihak tidak menganggap satu sama lain sebagai musuh, dan setuju untuk menyelesaikan semua perselisihan secara damai dan menahan diri dari penggunaan kekuatan, berkomitmen untuk tidak menciptakan kondisi yang mungkin dianggap sebagai ancaman oleh pihak lain.
Membuat hotline untuk kontak darurat, serta menyetujui bahwa baik Rusia maupun Amerika Serikat tidak boleh menggunakan senjata nuklir di luar wilayah nasional mereka.[]