Site icon Jernih.co

Vietnam Laporkan Kematian Akibat Vaksin AstraZeneca

JERNIH — Seorang wanita pekerja medis Vietnam berusia 35 tahun meninggal akibat anafilaksis setelah menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca.

Kementerian Kesehatan Vietnam mengumumkan wanita itu adalah staf medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tan Chau di Propinsi An Giang Selatan. Ia meninggal akibat anafilaksis Jumat 7 Mei, satu hari setelah menerima suntikan AstraZeneca.

Anafilaksis adalah syok yang disebabkan reaksi alergi yang berat.

“Ini adalah kasus yang sangat langka dalam vaksinasi Covid-19,” kata Kementerian Kesehatan Vietnam.

Sampai Jumat 7 Mei, lebih 747.800 penduduk Vietnam menerima vaksin Vaxzevria, atau AstraZeneca. Kabar kematian itu datang ketika vaksinasi masih berlangsung.

Vietnam dianggap sukses menekan penyebaran virus korona selama satu tahun terakhir. Namun jumlah infeksi cenderung meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Peningkatan infeksi juga terjadi di Hanoi, ibu kota Vietnam.

Jumat 7 Mei, Vietnam mencata 46 infeksi baru, dengan 24 terdapat di Hanoi. Kasus-kasus terbaru membuat total jumlah kasus di Vietnam menjadi 3.137, dengan 161 kasus ditemukan sejak 27 April.

Anafilaksis dilaporkan sebagai efek samping potensial vaksin AstraZeneca oleh otoritas pengawas obat Eropa, atau EMA, dan Inggris.

Sekitar 590 kasus reaksi alergi anafilaksis atau respons anafilaktoid dilaporkan di Inggris pada 6 Mei, menurut Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Pengobatan Inggris (MHRA).

Sampai 28 April, diperkirakan 22,6 juta orang di Inggris telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca, sedangkan 5,9 juga telah menerima dosis kedua.

Kabar kematian akibat anafilaksis relatif baru. Sebelumnya, AstraZeneca menjadi berita utama di Eropa karena kasus pembekuan darah.

Terakhir, seperti diberitakan Russia Today, Badan Obat-obatan Eropa (EMA) meneliti kasus Sindrom Guillain-Barre (GBS), penyakit langka ketika sistem imun menyerang saraf-saraf tubuh, yang disebkan vaksin AstraZeneca.

Exit mobile version