Orang yang terikat di sofa jauh lebih mungkin meninggal secara prematur daripada orang yang aktif.
JERNIH–Berjalan setidaknya 11 menit sehari dapat mengurangi konsekuensi kesehatan yang tidak diinginkan akibat kebiasaan duduk selama berjam-jam. Data tersebut didapat dari sebuah studi baru tentang bagaimana ketidakaktifan dan olahraga memengaruhi berapa lama peluang hidup kita.
Studi tersebut, yang mengandalkan data obyektif dari puluhan ribu orang tentang bagaimana mereka menghabiskan hari-hari mereka, menemukan bahwa mereka yang paling tidak banyak bergerak menghadapi risiko tinggi meninggal dalam usia muda. Tetapi jika kita bangkit dan bergerak, kita telah mengurangi ancaman itu secara substansial.
Bagi kebanyakan dari kita, duduk untuk waktu yang lama adalah hal biasa, terutama sekarang, karena kita menghadapi pembatasan terkait Covid. Survei terbaru tentang perilaku orang sejak dimulainya pandemi menunjukkan bahwa mayoritas dari kita berolahraga lebih sedikit dan duduk lebih banyak daripada setahun lalu.
Tidak mengherankan, mungkin ada konsekuensi kesehatan jangka panjang dari kurangnya aktivitas fisik ini. Beberapa studi epidemiologi sebelumnya menunjukkan hubungan antara duduk dan kematian. Secara umum, dalam penelitian ini, orang yang terikat di sofa jauh lebih mungkin meninggal secara prematur daripada orang yang aktif.
Tetapi seberapa aktif seseorang harusnya aktif, jika dia berharap untuk mengurangi kerugian dari duduk, masih belum jelas. Jika Anda duduk selama delapan jam di tempat kerja, misalnya, lalu berjalan-jalan selama setengah jam di malam hari– artinya Anda mematuhi rekomendasi olahraga standar sekitar 30 menit setiap hari—dianggap aktivitas yang cukup untuk menghilangkan sebagian besar risiko kesehatan akibat terlalu banyak duduk.
Sebuah studi baru yang diterbitkan pekan lalu dalam edisi khusus “British Journal of Sports Medicine”, mengulangi penelitian-penelitian sebelumnya yang beberapa kali dilakukan untuk topik ini. Tetapi, kali ini digunakan data dari orang-orang yang telah memakai monitor aktivitas untuk melacak secara objektif seberapa banyak mereka bergerak dan duduk.
Para ilmuwan akhirnya mengumpulkan hasil dari sembilan penelitian terbaru di mana hampir 50.000 pria dan wanita mengenakan akselerometer. Relawan studi ini berusia paruh baya atau lebih tua dan tinggal di Eropa atau Amerika Serikat.
Dengan menggabungkan dan menyusun data dari sembilan studi, para ilmuwan menemukan bahwa sebagian besar sukarelawan banyak duduk. Rata-rata hampir 10 jam sehari, dan banyak yang hampir tidak bergerak, berolahraga secara moderat, biasanya dengan berjalan kaki, selama dua atau tiga menit sehari.
Para peneliti kemudian memeriksa daftar kematian selama sekitar satu dekade setelah orang-orang mengikuti studi mereka masing-masing, dan mulai membandingkan gaya hidup dan masa hidup. Membagi para relawan menjadi tiga– berdasarkan seberapa banyak mereka bergerak dan duduk– para peneliti menemukan bahwa terlalu tidak banyak bergerak itu berbahaya. Orang-orang di sepertiga teratas untuk duduk dan sepertiga terbawah untuk aktivitas, memiliki kemungkinan sekitar 260 persen lebih kematian dini dibandingkan pria dan wanita yang paling banyak bergerak dan duduk paling sedikit. (Para peneliti mengontrol merokok, massa tubuh dan faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil.)
Kombinasi lain dari waktu yang dihabiskan untuk duduk dan bergerak tidak terlalu mengkhawatirkan, dan bahkan menggembirakan. Orang di sepertiga tengah untuk aktivitas, yang berolahraga cukup selama sekitar 11 menit sehari, secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal secara prematur dibandingkan orang yang kurang bergerak. Bahkan jika semuanya termasuk dalam kelompok yang juga paling banyak duduk.
Dengan mengolah angka lebih lanjut, para peneliti menyimpulkan bahwa sweet spot untuk aktivitas fisik dan umur panjang tampaknya tiba pada sekitar 35 menit sehari dengan berjalan cepat atau aktivitas sedang lainnya. Jumlah itu mengarah pada peningkatan statistik terbesar dalam rentang hidup, tidak peduli bagaimana pun berjam-jam seseorang duduk.
Tentu saja, penelitian ini bersifat observasional dan tidak membuktikan bahwa olahraga menyebabkan orang hidup lebih lama. Hanya dengan olahan angka, memang ada hubungan erat antara aktivitas fisik, duduk, dan kematian.
Tetapi hasilnya sangat menyarankan bahwa jika kita duduk sepanjang hari, seperti yang dilakukan banyak dari kita, kita juga harus punya niat kuat untuk bangun dan bergerak, kata Ulf Ekelund, seorang profesor epidemiologi dan aktivitas fisik di Norwegian School of Sport Sciences di Oslo, Norwegia, yang memimpin studi tersebut. “Jalan cepat adalah olahraga yang sangat baik,” kata Ekelund. Olahraga dalm waktu setengah jam– atau bahkan kurang– itu dapat membantu memperpanjang hidup kita. [The New York Times]