Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan serangan dari para penjahat siber kian marak memanfaatkan momentum pandemi virus corona (Covid-19).
Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional (Pusopskamsinas) BSSN, Rabu (22/4/2020) mencatat telah terjadi sebanyak 88,4 juta kasus serangan siber sejak 1 Januari sampai dengan 12 April 2020.
Pada bulan Januari 2020 tercatat sebanyak 25.224.811 serangan, Februari 2020 sebanyak 29.188.645 serangan, dan Maret 2020 sebanyak 26.423.989 serangan, serta sampai dengan 12 April 2020 tercatat sebanyak 7.576.851 serangan. Puncak serangan terjadi pada 12 Maret 2020, yaitu sebanyak 3.344.470 serangan siber.
Serangan siber tersebut tercatat terdiri dari 56 persen trojan activity, 43 persen information gathering (pengumpulan informasi), dan 1 persen web application attack. Selama periode 1 Januari sampai dengan 12 April 2020 telah terjadi 159 kasus insiden web defacement pada situs web instansi pemerintah.
Sebanyak 16 kasus web defacement terjadi pada bulan Januari, 26 kasus pada Februari, 69 kasus pada Maret, dan 48 kasus sampai dengan 12 April 2020. Adapun, serangan web defacement terjadi lebih masif terjadi pada akhir pekan maupun hari libur nasional.
Serangan siber global yang memanfaatkan isu Covid-19 tercatat sebanyak 25 insiden, yang terdiri dari 17 serangan yang menargetkan secara global dan 8 serangan yang secara spesifik menargetkan suatu negara. Sementara, jenis serangan meliputi serangan malware, phising, dan ransomware.
Pada April 2020, telah terjadi serangan Malicious Zoom, yaitu serangan terhadap aplikasi telekonferensi Zoom yang menggunakan kode yang berisi modul metasploit, adware, dan hidden ads (iklan tersembunyi).