Harian Folha de Sao Paulo dalam editorial halaman depannya menilai kebodohan Presiden Jair Bolsonaro dalam menghadapi pandemi virus corona telah melampaui semua batas
JERNIH– Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi kritik pedas pada Minggu (13/12) atas rencana—atau ketiadaan rencana—pemerintahnya untuk memvaksinasi Covid-19 warga Brasil. Selama ini Brasil merupakan negara dengan jumlah kematian tertinggi kedua di seluruh dunia.
Brazil mempublikasikan rencana vaksinasi pada Sabtu lalu dengan sekian banyak lubang-lubang penting yang luput dari perencanaan. Termasuk kapan tanggal mulai, serta rincian bagaimana mencapai target vaksinasi 70 persen dari populasi.
Hal itu memicu kritik baru terhadap presiden sayap kanan yang terus-menerus menentang saran para ahli seputar penanggulangan pandemi tersebut. Apalagi baru-baru ini menyatakan dia tidak berencana untuk divaksinasi.
“Cukup shenanigans dengan vaksin!”, kata koran terkemuka Folha de Sao Paulo dalam editorial halaman depannya. Koran itu menilai, kebodohan Presiden Jair Bolsonaro dalam menghadapi pandemi virus corona telah melampaui semua batas.
Harian saingannya, Estado de Sao Paulo, mengutuk “ketidakmampuan yang mematikan” yang selama ini diperlihatkan pemerintah. “Menghadapi krisis kesehatan terburuk di zaman kita, tanggapan pemerintah ini akan dikenang sebagai bencana dalam segala hal… hingga ada rencana vaksinasi,” katanya.
Rencana tersebut, yang diminta Mahkamah Agung untuk disampaikan pemerintah, memberikan sketsa kasar dari populasi target dan vaksin yang akan digunakan dalam upaya imunisasi awal Brasil. Rencana itu membayangkan empat fase yang menargetkan kelompok sensitif, termasuk petugas kesehatan, orang tua, penduduk asli Brasil, dan guru, dengan total 51,6 juta orang, atau 24 persen dari populasi 212 juta warga.
Rencana tersebut mengatakan, target optimalnya adalah memvaksinasi lebih dari 70 persen populasi, tetapi tidak ada rincian apa pun tentang bagaimana mencapai angka target tersebut. Para ahli mengatakan rincian tentang timeline, logistik dan sumber vaksin juga tak ada. Wajar jika Hakim Mahkamah Agung, Ricardo Lewandowski, memerintahkan pemerintah untuk menetapkan tanggal mulai pemberian vaksinasi dalam waktu 48 jam.
Sementara itu, sekelompok ahli kesehatan masyarakat yang namanya muncul dalam rencana itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka belum diajak berkonsultasi tentang teks akhir. “Kami tidak pernah melihat versi apa pun dari dokumen ini,” kata salah seorang ahli epidemiologi, Ethel Maciel.
Pakar lain dengan terus terang mengkritik rencana tersebut. “Kementerian Kesehatan sedang berusaha membuat rakyat Brasil dan Mahkamah Agung terlihat seperti badut,” cuit ahli mikrobiologi Natalia Pasternak, seorang ahli yang selama ini rajin mengkritik tanggapan pemerintah terhadap Covid-19.
Dia menunjuk hal itu pada rencana pemerintah membeli 70 juta dosis vaksin Pfizer, meskipun pembelian itu masih dinegosiasikan. Apalagi karena selama ini pun tak ada informasi bagaimana pemerintahn akan menyimpan vaksin yang harus ditaruh pada suhu -70 derajat Celcius (-94 derajat Fahrenheit) itu.
Bahkan saat penantian panjang dunia untuk vaksin Covid-19 mencapai awal akhir di Inggris dan di tempat lain, di Brasil, masalah ini terjebak dalam pertempuran politik yang kacau.
Sikap anti-vaksin Bolsonaro kontras dengan yang dilakukan Gubernur Sao Paulo Joao Doria, pesaing utama untuk menantangnya menjadi presiden pada tahun 2022. Doria mendorong untuk mulai mengimunisasi orang-orang pada 25 Januari, dengan vaksin CoronaVac yang dikembangkan Cina, yang sedang diuji dan dihasilkan oleh negara bagiannya.
Bolsonaro secara vokal menentang rencana itu, mencemooh CoronaVac sebagai “vaksin Cina Joao Doria”. Rencana vaksinasi nasional Brasil tidak memasukkan CoronaVac.
Perselisihan itu telah meningkat menjadi apa yang oleh beberapa komentator disebut sebagai “Pemberontakan Vaksin baru”, mengacu pada pemberontakan mematikan tahun 1904 melawan vaksin cacar di Rio de Janeiro. Para analis mengatakan, komentar skeptis Bolsonaro itu menghalangi banyak orang Brasil untuk mendapatkan vaksinasi.
Folha menerbitkan jajak pendapat pada hari Minggu, dan menemukan bahwa 22 persen orang Brasil tidak berencana melakukan vaksinasi Covid-19, naik dari sembilan persen pada Agustus lalu. Jajak pendapat Folha itu juga menemukan 50 persen responden mengatakan mereka tidak akan menggunakan vaksin yang dibuat Cina, dibandingkan 47 persen yang mau.
Jajak pendapat itu juga menemukan peringkat persetujuan akan Bolsonaro tetap stabil meskipun terjadi pandemi, pada 37 persen– sama dengan di bulan Agustus, dan peringkat terbaik untuk masa jabatannya.
Bolsonaro, yang meremehkan virus corona baru sebagai “flu ringan”, Kamis lalu mengatakan bahwa “Kita sudah berada di ujung pandemi.” Namun, para ahli mengatakan negara itu sedang mengalami gelombang kedua.
Setelah penurunan lebih dari dua bulan, kurva rata-rata kematian mingguan Covid-19 di Brasil telah meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir. Total korban tewas di Brasil sekarang 181.123, nomor dua setelah Amerika Serikat, yang telah menyaksikan lebih dari 298.000 kematian. [AFP/ South China Morning Post]