Bahwa sanksi terbukti efektif itu menjadi kesimpulan dari makalah baru setebal 118 halaman, yang ditulis Jeffrey Sonnenfeld dari Yale bersama 18 penulis lainnya
JERNIH–Pertanyaan besar tentang sanksi Rusia adalah apakah mereka memiliki gigi, jika mereka mengecualikan minyak dan gas Rusia? Sementara statistik resmi Rusia menunjukkan bahwa pendapatan minyak dan gas yang digunakan untuk menahan dampak sanksi terbukti efektif, makalah Sonnenfeld mengatakan bahwa statistik resmi Rusia itu penuh kebohongan.
Makalah itu membelejeti secara serius fakta ekonomi Rusia. “Impor Rusia sebagian besar telah runtuh,”kata makalah itu, akibat terciptanya kekurangan pasokan besar-besaran, sementara pemerintah Rusia terus menyangkal bahwa sanksi telah menguras sekian banyak spare part dan perangkat teknologi penting negara itu.
Produksi dalam negeri Rusia terhenti total
Perusahaan asing yang telah meninggalkan Rusia menyumbang 40 persen dari PDB Rusia, tulis Sonnenfeld, dan hampir tidak ada yang akan kembali dalam waktu dekat.
Kesimpulannya: “Ke depan, tidak ada jalan keluar bagi ekonomi Rusia, selama negara-negara sekutu tetap bersatu dalam mempertahankan dan meningkatkan tekanan sanksi,” tulis makalah itu.
Hal lainnya, sementara Rusia telah mengumumkan pengurangan lebih lanjut dalam pasokan gas alamnya ke Eropa, makalah tersebut menyatakan bahwa Rusia membutuhkan Eropa untuk membeli gas alamnya lebih banyak daripada yang Eropa butuhkan. Itu membuktikan bahwa Rusia membutuhkan Eropa jauh lebih besar daripada Eropa membutuhkan negera itu.
Karena gas alam adalah “komoditas yang sangat tidak dapat dipertukarkan”, yang dikirim melalui pipa yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dibangun, Rusia memiliki sangat sedikit pasar ekspor alternatif untuk gasnya. Sebagaimana diketahui, 83 persen dari ekspor gas alam Rusia, pergi ke pasar Eropa.
Eropa, di sisi lain, hanya mengimpor 46 persen gas alamnya dari Rusia. Artinya, dampak ekonomi dari perang invasi Rusia ke Ukraina dirasakan di semua negara. Tapi mereka sangat menghancurkan di Rusia, dengan hanya menyisakan sedikit masa depan cerah negara itu selama sanksi tetap ada. [Felix Salmon/Axios.com]