Jakarta – Saat ini dunia sedang dilanda serangan virus Covid-19 yang mengakibatkan tak hanya keterpurukan kesehatan masyarakat juga berimbas pada berbagai sektor. Dengan kondisi saat ini, vaksin tentu menjadi barang yang sangat dibutuhkan.
Hal inilah yang kemudian juga turut menarik perhatian tiga Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Dennaya Kumara, Inggita Hasi Rahmah, dan Eri Prasetyo Nugroho mengangkat ide kajian tentan edible vaksin yang memiliki beberapa keuntungan dibanding jenis vaksin lainnya. Di antaranya ketersediaan bahan baku yang melimpah, rendah kontaminasi, high scalability, serta biomasa yang besar, dan juga cost-effective.
Edible vaksin adalah tanaman yang direkayasa secara genetik untuk memproduksi vaksin sebagai produk pertanian dalam bentuk buah atau sayuran. Tanaman ini disisipi gen yang memproduksi protein sebagai epitop suatu penyakit yang bila masuk ke dalam tubuh kita dapat berfungsi sebagai vaksin.
Dalam karya tulis mereka yang berjudul ‘Coviva (Corona Virus Disease 19 Edible Vaccine): Solusi Revolusioner Pandemi Covid-19 Melalui Produksi Vaksin dengan Prinsip DNA Transformation pada Tanaman Tomat’, Dennaya menjelaskan bahwa edible vaksin merupakan proses produksi vaksin dengan memanfaatkan bagian-bagain tumbuhan, seperti buah atau daun, dan lainnya yang apabila dikonsumsi dapat menstimulasi sistem imun tubuh.
“Vaksin tersebut berasal dari protein Imunogenik atau antigen diekstraksi dengan tanaman sebagai bioreaktor melalui rekayasa genetika. Dalam kajian tersebut, tim Fakultas Farmasi UGM memilih buah tomat sebagai bioreaktor dikarenakan tumbuhan tomat merukan salah satu tumbuhan yang pertumbuhannnya relatif cepat. Keunggulan lainnya adalah dikarenakan tomat dapat dikonsumsi langsung sehingga vaksin tidak rusak oleh oleh proses pemasakan,” ungkapnya seperti dikutip dari laman farmasi.ugm.
Selain dari sektor kesehatan, lanjutnya, penggunaan Coviva diprediksi dapat mengangkat sektor lainnya seperti pertanian, karena dalam pengembangannya harus melibatkan banyak pihak seperti stake holder, akademisi, industri farmasi, serta masyarakat petani.
Dalam karya tulis ini, baik Dennaya, Inggita, maupun Eri sepakat bahwa edible vaccine tomat sebagai pencegah infeksi Covid-19 dapat diimplementasikan melalui uji pra klinis, uji klinis, skala pilot, dan skala industri yang membutuhkan kerja sama dan kolaborasi berbagai pihak.
Karya tulis mereka berhasil meraih penghargaan Juara II dan Best Video Presentation pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Biology Inovation and Research Competition (BORN) 5. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi “lumba-lumba” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember tersebut berlangsung sejak 18 Maret hingga 4 Juli 2020.
Tahun ini, LKTIN BORN mengangkat tema ‘Optimalisasi Peran Generasi Z dalam Mewujudkan SDGs 2030 Melalui Realisasi IPTEK Menuju Indonesia Emas 2045’, yang bertujuan untuk memfasilitasi pemikiran-pemikiran kritis dari para anak muda Indonesia, khususnya mahasiswa untuk mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan-permasaahan di negeri ini beserta solusinya.
Ada 6 sub tema yang ditawarkan oleh panitia, diantaranya pendidikan, kesehatan, pertanian, ekonomi dan sosial budaya, inovasi teknologi, serta lingkungan. Dalam kesempatan ini, tim Fakultas Farmasi UGM mengambil tema kesehatan sebagai obyek karya tulis ilmiah. [*]