Selama kurang lebih empat bulan bertugas sebagai juru bicara Gugus Tugas, Yuri mencatatkan tiga prestasi yang sangat mengagumkan. Pertama, tidak pernah absen. Itu artinya, tampil setiap hari tanpa pernah terjeda sehari pun. Kedua, tidak pernah terlambat. Ia selalu hadir minimal 30 menit sebelum acara dimulai pukul 15.30 WIB. Ketiga, tidak pernah sakit.
JERNIH– Sosok Kolonel CKM dr Achmad Yurianto MARS dan Letjen TNI Doni Monardo memang tersambung benang merah. Mereka berasal dari satu “ibu kandung”, TNI, dan mengabdi di dua institusi berbeda. Keduanya lalu menjadi satu kembali dalam sebuah “operasi tempur” melawan wabah COVID-19.
Dalam perjalanannya, Yuri bertugas di Kementerian Kesehatan, sementara Doni Monardo menjadi kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang kemudian ditunjuk menjadi ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Pertautan Doni dan Yuri diawali ketika persiapan pemulangan WNI dari Wuhan ke Natuna serta Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu. Jejak digital foto dan video akhir Januari 2020, Doni dan Yuri selalu bersua dalam suasana rapat maupun peninjauan lapangan terkait urusan penanganan COVID. Saat itu belum ada penugasan khusus kepada Yurianto sebagai juru bicara.
Doni merasakan hubungan kerja yang intensif hampir setengah tahun. Lima bulan di antaranya dalam kapasitas Yuri sebagai juru bicara COVID-19 yang ditunjuk pemerintah. “Beliau memiliki rasa tanggung jawab besar pada tugasnya, serta disiplin tinggi,” ujar Doni. “Satu hal yang mengagumkan dari beliau adalah semangat dan ketekunannya menghimpun data dan informasi tentang COVID-19 dari beragam sumber.”
Doni lantas menyeret memori sett-back ke suasana awal tahun 2020, saat heboh virus corona hanya bisa dilihat di televisi. “Akhir 2019 wabah muncul di Wuhan, Cina. Januari-Februari kita menangani kepulangan mahasiswa Indonesia di Wuhan dan mengkarantina mereka di Natuna dengan segala dinamikanya. Sejak itu, almarhum sudah terlibat,” kata Doni.
Maret 2020, durjana corona masuk Indonesia dan memulai serangannya. Lebih enam juta warga terpapar. Dari jumlah itu, 157 ribu di antaranya meninggal dunia. Itu catatan per 20 Mei 2022.
Achmad Yurianto di mata Doni adalah seorang patriot, pahlawan dalam perang melawan pandemi COVID-19. Kerja keras dan usaha tak kenal lelah sebagai juru-bicara, adalah sebuah jasa nyata yang tertoreh dalam tinta emas bangsa Indonesia.
Masa-masa itu, jangankan kita, WHO sekali pun gagap menyikapi wabah yang begitu masif. Kita masih ingat, bagaimana WHO di awal-awal justru melarang orang memakai masker jika tidak sakit. Sejurus waktu kemudian berubah, semua orang harus memakai masker untuk mencegah penularan. Pendek kata, semua serasa gagap.
Di saat seperti itulah Yurianto hadir setiap hari pukul 15.30 WIB memberi keterangan pers seputar up-date perkembangan COVID-19, day by day di media center Gugus Tugas. Kehadirannya bahkan di-relay oleh hampir seluruh stasiun televisi nasional serta sejumlah platform media sosial lainnya.
Dalam menyiapkan materi keterangan pers, ia dibantu tim Gugus Tugas, termasuk data dari Prof Wiku Adisasmito sebagai koordinator Tim Pakar bersama Dewi Nur Aisyah, PhD. Yang juga mem-back-up Yuri adalah dua sosok wartawan senior, Tommy Suryopratomo (sekarang dubes RI untuk Singapura), dan Egy Massadiah (tenaga ahli kepala BNPB). Sosok lain adalah sekelompok anak muda kreatif yang dikoordinasi Tubagus Arie Rukmantara (Unicef Indonesia).
Keterangan harian Yuri menjadi sumber rujukan media massa. Kehadirannya dinanti para pemburu warta. Bukan hanya itu, up-date kasus COVID-19 juga menjadi sumber informasi bagi seluruh bangsa. “Termasuk menjadi rujukan gugus tugas COVID-19 mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat RT/RW,”kata Doni Monardo.
Informasi harian Yuri juga memuat perkembangan terakhir pertambahan kasus baru, sembuh, dan meninggal. Bukan saja bicara angka dan statistik, tetapi juga mereviu perkembangan covid di setiap daerah di seluruh Indonesia. Provinsi mana yang naik, provinsi mana yang turun, dan seterusnya.
“Beliau adalah sosok yang sangat sabar dan pekerja keras. Mau menghimpun semua data dan informasi, termasuk data manca negara untuk disampaikan kepada publik. Almarhum menjalankan fungsi sosialisasi dan edukasi yang sangat berharga demi terkendalinya penyebaran wabah di Tanah Air. Beliau adalah salah satu pahlawan COVID-19,”kata Doni.
Di sela kesibukan mengurus bencana alam dan non alam (pandemi), setiap hari Doni hampir tidak pernah lupa bertanya kepada staf, termasuk ke Egy Massadiah, “Tolong cek di bawah, Pak Yuri sudah siap apa belum.” Doni pun mengikuti perkembangan yang terjadi di Gugus Tugas, termasuk tugas pokok Yuri sebagai jubir.
Doni termasuk yang memperhatikan bahwa setiap hari Yuri tampil mengenakan batik berbeda, selaras dengan masker yang dikenakan.
“Akhirnya saya juga tahu, ternyata baju-baju batik serta masker itu adalah jahitan langsung tangan istrinya. Pak Yuri juga gemar melukis. Jadi beberapa motif batik yang ia kenakan itu adalah hasil goresan tangan pak Yuri, terutama yang motif harimau,”Doni bercerita.
Selama kurang lebih empat bulan bertugas sebagai juru bicara Gugus Tugas, Yuri mencatatkan tiga prestasi yang sangat mengagumkan. Pertama, tidak pernah absen. Itu artinya, tampil setiap hari tanpa pernah terjeda sehari pun. Kedua, tidak pernah terlambat. Ia selalu hadir minimal 30 menit sebelum acara dimulai pukul 15.30 WIB. Ketiga, tidak pernah sakit.
Doni menangkap kesan, sejak ditunjuk menjadi Jubir Covid, almarhum berusaha semaksimal mungkin memberi pelayanan terbaik untuk bangsa dan negara. Karena itu, beberapa kali Doni menegaskan kalimat ikhwal Yuri sebagai orang yang berjasa kepada bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, karena dia bisa mengintegrasikan seluruh daerah untuk mengikuti perkembangan COVID secara nasional.
Ketika tugas sebagai jubir berakhir 20 Juli 2020, Yuri mencatatkan bilangan 140 hari bertugas sebagai jubir. Sebanyak bilangan itu pula ia tampil di depan televisi secara rutin setiap pukul 15.30 WIB. Sebanyak itu pula ia memiliki pasangan baju dan masker batik dengan aneka desain flora-fauna yang unik, yang sebagian motif adalah goresan tangan Yuri sendiri.
Bisikan saat koma
Hari terakhir bertugas sebagai jubir, dicatat Doni sebagai komunikasi yang terakhir pula, secara fisik. Setelah itu, ia sempat melakukan sejumlah pembicaraan dan koordinasi tetapi tidak secara fisik. Hingga akhirnya ia mendengar Yuri terbaring sakit di RSPAD Jakarta. “Saya sempat bezuk beberapa minggu yang lalu, dalam kondisi koma,” kata Doni.
Doni hanya berbincang dengan istri almarhum. Meski begitu, Doni sempat membisikkan doa penyemangat. “Saya sempat berbisik ke telinganya, bahwa saya bangga kepadanya. Beliau memiliki jasa yang besar dalam penanganan COVID-19 sebagai juru bicara. Berkat beliau, masyarakat paham tentang bahaya COVID, dan pentingnya mematuhi protokol kesehatan,” kata Doni takzim.
Doni yang juga ketua umum PP Persatuan Purnawirawan TNI-Angkatan Darat (PPAD), hadir bersama Kabid Sosial PPAD, Mayjen TNI Purn dr Daniel Tjen, Sp.S. Dokter Daniel pula yang mendampingi almarhum selama perawatan hingga proses evakuasi dari RSPAD ke rumah duka di Malang, sesuai permintaan keluarga.
Diajak makan
Dalam kesempatan terpisah, Tenaga Ahli Kepala BNPB, Egy Massadiah menyampaikan sejumlah catatan mengesankan tentang sosok almarhum Achmad Yurianto. “Karena kesibukan, sering Pak Doni telat makan siang. Akibatnya kita makan siang sudah menjelang jam sore. Nah Pak Doni selalu memerintahkan saya agar memanggil Pak Yuri untuk diajak makan di ruangan Pak Doni di lantai 10. Dan itu berkali kali,” kisah Egy.
Hanya dua tiga kali Yurianto memenuhi ajakan Doni dan Egy. Selebihnya ia memilih fokus di ruang media center BNPB di lantai 1 menyiapkan jumpa persnya yang selalu dimulai tepat waktu pukul 15.30.
Di mata Egy, Yuri adalah sosok yang hebat. Terutama sekali terletak pada kebesaran jiwanya menerima masukan dari siapa pun, termasuk dari para juniornya. “Semua masukan diterima. Orangnya juga sangat humble dan tidak pernah ngomel sedikit pun meski dalam kondisi tertekan sekalipun,” ujar Egy.
Tiga hari setelah resmi berhenti menjadi jubir, tim Media Center membuat acara spesial bertepatan Hari Anak 23 Juli 2020. Acara dikemas seperti saat Yuri masih aktif sebagai jubir. Ada anak yang memerankan dr Reisa Broto Asmoro, ada yang memerankan Achmad Yurianto, lengkap dengan busana batik serta intonasi bicara yang dimirip-miripkan dengan Yuri.
Achmad Yurianto yang hadir bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, duduk di kursi depan sambil tertawa-tawa melihat parodi yang lucu dari anak-anak hasil kreasi Tim Media Center Satgas COVID-19.
Hari ini, 22 Mei 2022, jenazah dr Achmad Yurianto dikebumikan. Mayjen Pur Dr Daniel Tjen yang ditugaskan oleh Letjen Purn Doni Monardo hadir di lokasi pemakaman mewakili rasa bela sungkawa keluarga besar Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat ( PPAD ). Bumi Singosari Malang yang terpilih untuk memeluk hangat jazadnya. Semoga tenang di Surga. [Roso Daras]