Site icon Jernih.co

Program COVAX PBB Sudah Sebar Satu Miliar Vaksin COVID-19, Tapi 40 Persen Populasi Dunia Belum Tervaksinasi

Seorang sukarelawan Covak tengah bertugas di sebuah negara miskin yang kekurangan vaksin COVID-19

Sekitar 67 persen dari populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi dibandingkan dengan hanya lima persen di negara-negara miskin, menurut data WHO. Bahkan, lebih dari 40 persen populasi dunia belum menerima dosis tunggal.

JERNIH– Skema penyebaran pasokan vaksin global COVAX yang dipimpin PBB, telah mengirimkan satu miliar dosis vaksin COVID-19. Program COVAX didirikan pada tahun 2020 untuk memastikan akses global terhadap vaksin virus corona, terutama ke negara-negara miskin.

Program itu didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).

“COVAX telah mengirimkan dosis pertama vaksin COVID-19 ke 144 negara dan wilayah di seluruh dunia,” cuit Kepala Eksekutif Gavi, Seth Berkley, di Twitter. “Ini adalah tonggak penting dalam peluncuran vaksin global terbesar dan tercepat dalam sejarah.”

Pesawat yang membawa kiriman dengan dosis satu miliar itu tiba di Kigali, Rwanda pada Sabtu (15/1) malam lalu, kata Berkley. “Saya merasa bangga tetapi juga rendah hati mengetahui seberapa jauh kita harus pergi untuk melindungi semua orang dan memecahkan ketidakadilan vaksin,” cuitnya.

COVAX mulai mengirimkan vaksin pada Februari 2021, dengan dosis pertama mencapai Ghana. Sejak saat itu, COVAX telah memasok vaksin ke 144 negara dan telah menerima sumbangan lebih dari 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp143 triliun.

Di bawah target

Namun, pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah masih tetap terbatas setelah dosis awalnya tersedia pada Desember 2020. Ini karena mereka dipaksa untuk bersaing dengan negara-negara kaya yang membeli suntikan dari pembuat vaksin dengan harga premium dan menimbunnya. Banyak negara bahkan membatasi ekspor vaksin.

Tetapi pengiriman telah meningkat secara eksponensial pada kuartal terakhir, kata Gavi.

Namun, program tersebut jauh dari rencana awalnya untuk memberikan dua miliar dosis pada akhir tahun 2021. Rencana COVAX juga hanya memasok vaksin yang diperoleh langsung oleh program dengan menggunakan dana para donatur. Namun, dari satu miliar dosis, sekitar sepertiganya disumbangkan oleh negara-negara kaya.

Perubahan strategi ini menyebabkan penundaan karena beberapa donor meminta agar suntikan dikirim ke negara-negara yang mereka pilih.

Terlepas dari tonggak satu miliar, sebagian besar penduduk di negara-negara miskin tetap belum divaksinasi. Sekitar 67 persen dari populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi dibandingkan dengan hanya lima persen di negara-negara miskin, menurut data WHO. Bahkan, lebih dari 40 persen populasi dunia belum menerima dosis tunggal.

Direktur jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (13/1) lalu menunjukkan bahwa lebih dari 85 persen orang di Afrika belum menerima dosis pertama.  [AFP/ Reuters/Deutsche Welle]

Exit mobile version