Site icon Jernih.co

Bung Effendi Simbolon, KIB itu Berjaya di Dunia Maya!

Koalisi Indonesia Bersatu

Tentunya kepercayaan publik terhadap KIB menjadi modal awal yang penting untuk membangun kerja-kerja politik. KIB semakin percaya diri menggalang kekuatan politik utama di Pilpres 2024.  Tinggal proses adaptasi, penyelarasan visi dan misi, serta konsolidasi berjenjang dari level elit sampai akar rumput.

Oleh   : Lalu Mara Satriawangsa*

JERNIH– Politikus PDIP, Effendi Simbolon, seperti dikutip media daring memprediksi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan layu sebelum berkembang. Sah-sah saja Bung Effendi Simbolon bicara demikian, namanya juga urusan persaingan. Benarkah pernyataan Effendi tersebut? Ternyata faktanya berkata lain.

Lalu Mara Satriawangsa

Usia boleh masih bayi, tapi KIB sudah unjuk taring di belantara politik Tanah Air. Kemunculan koalisi yang digawangi Partai Golkar, PPP dan PAN itu mengawali tradisi rembuk elit menjelang pemilu nasional. KIB yang pertama menginisiasi poros politik Pilpres 2024.

Kehadirannya memantik para elit partai politik lain mulai bergerak memanaskan mesin sebelum Pilpres 2024. Embrio poros-poros politik pun bermunculan. Silaturahmi — saling kunjung antarelite partai makin intens. Walau belum ada yang terang-terangan membuat poros baru selain KIB.

Tampil lebih awal sebagai kekuatan politik tentu memberikan keuntungan bagi KIB. Di samping punya branding dan positioning yang kuat karena digawangi partai-partai besar penghuni Senayan, juga meningkatkan posisi tawar KIB.

Ditambah lagi akseptabilitas publik terhadap KIB semakin meningkat. Dari survei yang dirilis LSI Denny JA belum lama ini, terlihat dukungan publik terhadap poros KIB dengan tokoh Airlangga Hartarto, di media sosial tertinggi.

Dalam survei yang melibatkan seribu lebih responden di 34 provinsi pada rentang 24 Mei-7 Juni 2022, poros KIB memperoleh dukungan dari pemilih yang menggunakan Facebook sebanyak 23,2 persen, dan pemilih yang menggunakan WhatsApp 20,7 persen.

Poros KIB dengan tokoh Airlangga Hartarto unggul dibanding dua poros lainnya yang disimulasikan LSI Denny JA, yakni PDIP dengan tokoh Puan Maharani, dan poros Gerindra-PKB dengan tokoh Prabowo Subianto.

Survei ini jelas menunjukkan KIB semakin diterima publik. KIB mendominasi kantong-kantong suara pemilih dari komunitas digital, yang umumnya berada di daerah perkotaan dan melek teknologi.

Karena secara basis politik, komunitas digital yang mayoritasnya adalah kelompok milenial, merupakan salah satu kantong suara besar di Pemilu 2024, selain itu ada kantong suara pemilih wong cilik dan komunitas Islam. 

Temuan survei hari-hari ini rupanya cocok dengan pidato Ketua Umum Partai Golkar,  Airlangga Hartarto,  pada saat deklarasi KIB awal Juni lalu, bahwa keha-diran KIB mendapat respons positif publik. KIB telah mendapat tempat di hati publik.

Lantas apa selanjutnya? Tentunya kepercayaan publik terhadap KIB menjadi modal awal yang penting untuk membangun kerja-kerja politik. KIB semakin percaya diri menggalang kekuatan politik utama di Pilpres 2024.

Tinggal proses adaptasi, penyelarasan visi dan misi, serta konsolidasi berjenjang dari level elit sampai akar rumput. Airlangga menginstruksikan internal Golkar, agar menggalang kerja sama dengan PPP-PAN mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.

Airlangga bilang KIB harus dibuat mengakar sampai akar rumput. KIB dibentuk untuk memenangi Pilpres 2024 sehingga kekuatannya harus mengakar ke bawah. Berbeda dengan pemilu legislatif yang masing-masing parpol punya strategi sendiri untuk kemenangannya.

Apa yang dilakukan Airlangga Hartarto dengan membentuk KIB merupakan langkah jitu, menunjukkan kematangannya sebagai politisi, membuka peta pertarungan politik nasional lewat ide dan gagasan.

Terobosan yang dilakukan KIB akan menggerakkan sel-sel politik di arus bawah yang lama kaku. Karena unggul di dunia maya saja tidak cukup, sekarang bagaimana caranya menang di dunia nyata!

Jadi Bung Effendi, kami senang Anda meremehkan KIB. Sungguh sangat senang. Karena lebih baik disebut bakal layu sebelum berkembang, tapi hasilnya semakin diterima oleh publik dan mengalahkan PDIP di segmen media sosial. [  ]

*Wakil Sekretaris Dewan Pembina Partai Golkar

Exit mobile version