Jernih.co

Paradoks Indonesia

Dari desa kecil hingga kota besar, ada jiwa-jiwa yang tak kenal menyerah. Petani yang menanam padi, nelayan yang melawan badai, generasi muda yang haus perubahan, hingga anak-anak yang belajar di bawah sinar lampu minyak, adalah bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang tangguh. Di sisi lain, ada kerapuhan dalam sistem yang tak selalu berpihak. Ketimpangan sosial dan pendidikan, korupsi yang mencuri harapan, dan politik yang kerap berpihak pada segelintir elit ketimbang rakyat banyak.

Oleh : Yudi Latif
JERNIH–Saudaraku, Indonesia adalah negeri paradoks. Sebuah negeri ajaib dengan karunia alam yang tak tertandingi. Keanekaragaman hayati yang terpermanai, kekayaan mineral yang beraneka, keindahan alam yang memesona, posisi geografis di tengah persilangan arus dunia, struktur demografi muda yang bergairah.

Namun, di balik kekuatan alam itu, ada kerentanan yang mengendap: pengelolaan rapuh, eksploitasi membabi buta, keserakahan yang merampas hak mereka yang hidup di bawah garis kemakmuran. Alam yang memberi kehidupan kini menjadi saksi bisu dari kerakusan manusia.

Yudi Latif

Keberagaman adalah mahkota Indonesia, mosaik indah dari ratusan suku, agama, bahasa dan tradisi. Di sini, perbedaan menjadi kekuatan, bak anyaman rotan yang tak mudah patah. Namun, di antara nada-nada indah itu, kadang terdengar sumbang: konflik yang memecah belah, prasangka yang membutakan, dan egoisme yang menggerogoti rasa persatuan.

Indonesia kuat dalam semangat gotong royong, dalam tangan-tangan yang saling membantu tanpa memandang asal-usul. Saat bencana melanda, rakyatnya bangkit bersama, membangun kembali dari reruntuhan dengan keyakinan yang tak tergoyahkan. Namun, di saat yang sama, ada kelemahan dalam birokrasi yang lamban, dalam ketimpangan yang menciptakan jurang sosial.

Indonesia kuat dalam semangat rakyatnya. Dari desa kecil hingga kota besar, ada jiwa-jiwa yang tak kenal menyerah. Petani yang menanam padi, nelayan yang melawan badai, generasi muda yang haus perubahan, hingga anak-anak yang belajar di bawah sinar lampu minyak, adalah bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang tangguh. Di sisi lain, ada kerapuhan dalam sistem yang tak selalu berpihak. Ketimpangan sosial dan pendidikan, korupsi yang mencuri harapan, dan politik yang kerap berpihak pada segelintir elit ketimbang rakyat banyak.

Kekuatan dan kelemahan Indonesia saling menantang dan saling mengingatkan bahwa perjalanan bangsa ini belum selesai. Indonesia adalah negeri yang terus belajar, terus berjuang, dan terus tumbuh.

Di tengah segala kekurangannya, Indonesia tetaplah rumah. Sebuah tempat di mana harapan tak pernah benar-benar padam. Karena pada akhirnya, Indonesia adalah kita—jiwa-jiwa yang percaya bahwa kerapuhan bisa menjadi awal dari kekuatan baru. []

Exit mobile version