Abduweli berkunjung ke Arab Saudi Februari lalu untuk berumrah dan berhaji. Selama di Saudi dia berdakwah di kalangan komunitas Uighur.
JERNIH—Jumat malam pekan lalu, aparat keamanan Arab Saudi menangkap seorang ulama Uighur yang selama ini diburu pemerintah Cina. Aimadoula Waili, tersohor dengan sebutan Hamdullah Abduweli, ditangkap bersama seorang temannya, Nurmemet Rozi, di Kota Makkah.
Menurut seorang aktivis Uighur, Abduweli Ayup, dirinya mencemaskan kalau Hamdullah sampai dideportasi. Ia bisa menjalani hukuman penjara dalam waktu lama di negara Tirai Bambu itu. Ayup menambahkan Rozi berhasil memberitahu keluarganya lewat telepon jika dirinya ditahan di Penjara Buraiman, Kota Jeddah.
Abduweli berkunjung ke Arab Saudi Februari lalu untuk berumrah dan berhaji. Selama di Saudi dia berdakwah di kalangan komunitas Uighur. Dia berpesan kepada semua warga Uighur di perantauan dan kaum Muslim seluruh dunia untuk berdoa supaya umat Islam di Provinsi Xinjiang diselamatkan dari penindasan dilakukan Cina serta melakukan perlawanan bersenjata.
Uighur adalah etnis Muslim berbahasa Turki. Sebagian besar dari orang Uighur tinggal di Xinjiang, barat daya Cina. Beijing sudah lama bermusuhan dengan kaum Uighur dan menerapkan beragam pembatasan, termasuk dalam hal menjalankan ibadah dan ritual Islam lainnya.
Sejak akhir 2016, tingkat penindasan terhadap warga Uighur di Xinjiang naik drastis sebagai bagian dari kampanye melawan terorisme. Sekitar 13 juta warga muslim di sana menjadi sasaran indoktrinasi politik, pengawasan massal, dan pembatasan pergerakan. Sekitar satu juta orang mendekam dalam kamp cuci otak.
Banyak orang Uighur dipenjara lantaran melaksanakan ajaran Islam, seperti belajar Al-Quran, berhaji tanpa izin pemerintah, serta berpakaian sesuai tuntunan Islam. Sejak 2017, sekitar 16 ribu masjid atau 65 persen dari jumlah masjid di Xinjiang dihancurkan dan dirusak.
Dalam lawatannya ke Cina Februari tahun lalu, Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman menyatakan dukungan terhadap upaya Cina “memerangi terorisme dan ekstremisme di Xinjiang”. [middleeasteye.net]