Site icon Jernih.co

Laporan Newsweek : Secara Data Ekonomi Rusia Runtuh

Produksi industri Rusia telah turun 1,7 persen tahun-ke-tahun di bulan Mei. Dalam foto ini, Presiden Rusia Vladimir Putin bereaksi selama konferensi persnya di Bandara Internasional Ashgabat pada 29 Juni 2022 di Ashgabat, Turkmenistan.

Bahkan bank sentral Rusia mengatakan pihaknya memperkirakan penurunan PDB sebesar 7,8 persen tahun ini, hampir sejalan dengan prediksi Barat. Tetapi angka itu tidak cukup, karena para ahli Barat memperkirakan bahwa ekonomi negara itu akan menyusut 15 persen pada akhir tahun, menurut Institut Keuangan Internasional (IIF).

Oleh   : Giulia Carbonaro

JERNIH– Jika Rusia gagal membayar utang luar negerinya–untuk pertama kali sejak revolusi Bolshevik—itu merupakan tanda yang jelas tentang dampak sanksi Barat terhadap ekonomi Rusia. Sebuah laporan baru tentang situasi sosial-ekonomi negara itu menegaskan bahwa ekonomi Rusia secara bertahap runtuh.

Statistik baru tentang keadaan ekonomi Rusia, yang diproduksi oleh Federal State Statistics Service negara itu, menunjukkan produksi telah jatuh di berbagai sektor, dari kendaraan hingga peralatan rumah tangga, seperti halnya kepercayaan di dunia ritel.

Secara keseluruhan, indeks produksi industri Rusia—indikator ekonomi bulanan yang mengukur output riil di industri manufaktur, pertambangan, listrik, dan gas—turun 1,7 persen pada Mei lalu, dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2021. Itu lebih tinggi dari penurunan 1,6 persen per tahun—yang lazim dilaporkan pada bulan April.

Pertambangan turun 0,8 poin persentase pada Mei 2022 dibandingkan dengan Mei 2021, dan manufaktur turun sebesar 3,2 poin persentase.

Jumlah keseluruhan tampak cukup sederhana, tetapi angka-angka itu mencerminkan tren penurunan yang lebih jelas dalam penurunan mengejutkan yang mempengaruhi produksi produk tertentu.

Di atas segalanya, produksi mobil sangat menderita, dan sekarang turun 96,7 persen dibandingkan tahun 2021. Produksi truk turun 39,3 persen, mesin diesel dan bensin turun 57 persen, lokomotif diesel turun 63,2 persen, dan gerbong barang turun drastic sebanyak 51,8 persen.

Produsen mobil Prancis Renault, yang mengendalikan produsen mobil terbesar Rusia AvtoVAZ, menghentikan operasi di pabriknya di Moskow pada Maret lalu, di bawah tekanan dari para pemimpin Ukraina dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. Renault kemudian setuju untuk menjual operasinya di Rusia dengan pembayaran nominal.

Kargo udara turun 86 persen dalam catatan tahunan (YoY). Produk lain juga terpengaruh.

Produksi lemari es turun 58,1 persen dibandingkan tahun 2021, mesin cuci 59,2 persen, motor listrik AC 49,9 persen. Perangkat TV turun 49,7 poin persentase. Produksi elevator turun 34,7 persen dan ekskavator turun 60 persen. Anehnya, produksi rokok juga turun 24,5 persen.

Grafik menunjukkan bahwa omset ritel dan kepercayaan ritel juga turun dibandingkan satu tahun sebelumnya dan bahkan sejak awal 2022. Omset grosir juga turun drastis, dengan permintaan konsumen turun yang kemungkinan mencerminkan upah yang lebih rendah di tengah inflasi yang tinggi.

Bahkan lebih signifikan bagi penduduk Rusia, pensiun juga turun secara riil, yakni  sebesar 8,2 poin persentase tahun-ke-tahun di bulan Mei. Sementara gaji turun 7,2 poin persentase di bulan April dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Data ini adalah tanda yang jelas bahwa ekonomi Rusia sedang menderita, terlepas dari kenyataan bahwa rubel bangkit kembali setelah runtuh pada akhir Februari setelah invasi ke Ukraina dan bahwa negara itu secara mengejutkan bertahan lebih baik dari yang diharapkan setelah sanksi Barat diberlakukan.

Penurunan produksi industri kurang dari perkiraan ekonom Barat, tetapi kontraksi ekonomi negara itu masih tidak dapat disangkal.

Bahkan bank sentral Rusia mengatakan pihaknya memperkirakan penurunan PDB sebesar 7,8 persen tahun ini, hampir sejalan dengan prediksi Barat. Tetapi angka itu tidak cukup, karena para ahli Barat memperkirakan bahwa ekonomi negara itu akan menyusut 15 persen pada akhir tahun, menurut Institut Keuangan Internasional (IIF).

Salah satu kabar baik yang tak terduga untuk Rusia datang dari pasar pekerjaan, dengan tingkat pengangguran rekor terendah 3,9 persen yang dilaporkan pada Mei. Namun, karena inflasi yang tinggi terus melumpuhkan upah di Rusia, kecil kemungkinan lapangan kerja yang tinggi ini akan berubah menjadi permintaan konsumen yang lebih tinggi, yang mampu mengubah gelombang kemungkinan resesi yang akan datang di Rusia. [Newsweek]

Exit mobile version