Site icon Jernih.co

PM Rusia  Mishustin: Rusia Hadapi Situasi Paling Sulit dalam Tiga Dekade

Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin, menyampaikan pidato selama sesi Duma (Majelis Rendah Parlemen), di Moskow, Rusia, 7 April 2022. Sputnik/Dmitry Astakhov/Pool via REUTERS

“Tidak diragukan lagi, situasi saat ini bisa disebut yang paling sulit dalam tiga dekade bagi Rusia,” kata Mishustin kepada Duma, atau majelis rendah parlemen. “Sanksi semacam itu tidak digunakan bahkan di masa tergelap Perang Dingin.”

JERNIH– Rusia menghadapi situasi paling sulit dalam tiga dekade karena sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun demikian, upaya asing untuk mengisolasi negara itu dari ekonomi global akan gagal, kata Perdana Menteri Mikhail Mishustin, Kamis (7/4).

Negara-negara Barat secara progresif memperluas serangkaian sanksi ekonomi yang diberlakukan untuk mencoba memaksa Rusia mengakhiri operasi militernya di Ukraina dan menarik pasukannya.

Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus” yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga di selatannya itu, dan menangkap apa yang mereka anggap sebagai nasionalis berbahaya.

“Tidak diragukan lagi, situasi saat ini bisa disebut yang paling sulit dalam tiga dekade bagi Rusia,” kata Mishustin kepada Duma, atau majelis rendah parlemen. “Sanksi semacam itu tidak digunakan bahkan di masa tergelap Perang Dingin.”

Sanksi Barat telah memutuskan Rusia dari jaringan keuangan global dan membuat sejumlah bank terkemuka tidak memiliki akses ke sistem pesan perbankan SWIFT internasional. Sementara beberapa pedagang internasional mulai menolak kargo minyak Rusia, yang meningkatkan tekanan pada keuangan Moskow.

Baca Juga: Berpuasa Bersama KH Jalaluddin Rakhmat [4]: Bulan Maghfirah

Sebelum sanksi baru-baru ini, Rusia berencana untuk menjalankan surplus anggaran sebesar 1,3 triliun rubel (17 miliar dolar AS) tahun ini. Hal itu sama dengan satu persen produk domestik bruto mereka. Pada hari Kamis, Mishustin mengatakan Rusia akan menghabiskan semua yang akan diperolehnya tahun ini untuk bantuan negara.

Pemerintah sejauh ini telah menjanjikan lebih dari 1 triliun rubel dalam dukungan anti-krisis untuk bisnis, pembayaran sosial dan keluarga dengan anak-anak, di mana 250 miliar rubel akan dihabiskan untuk bantuan negara untuk Perusahaan Kereta Api Rusia.

Rusia telah memperkenalkan kontrol modal sebagai pembalasan atas sanksi, sehingga hampir tidak mungkin bagi investor asing untuk menjual aset mereka, baik industri maupun keuangan, jika mereka memutuskan untuk keluar dari negara itu.

“Jika harus pergi, produksi harus terus bekerja karena menyediakan lapangan kerja. Warga kita bekerja di sana,” kata Mishustin.

Kremlin telah menyarankan untuk menasionalisasi aset yang dimiliki oleh investor Barat yang memutuskan untuk pergi.

Karena beberapa perusahaan yang pergi mengalihkan kepemilikan mereka ke perusahaan Rusia, kata Mishustin, situasi tersebut menawarkan ruang untuk peluang bisnis baru.

“Sistem keuangan kita, sumber kehidupan seluruh ekonomi, telah bertahan,” kata Mishustin. “Pasar saham dan rubel stabil. Saya ragu negara lain akan bertahan dari ini. Kita berhasil,” kata dia.

Komisi Eropa pada Selasa lalu mengusulkan sanksi baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk larangan membeli batu bara Rusia. Mereka juga akan melarang kapal-kapal Rusia memasuki pelabuhan UE. UE juga sedang berupaya melarang impor minyak dari Rusia. [Reuters]

Exit mobile version