Beijing –– Cina sedang menulis ulang narasi virus korona, lewat diplomasi masker, bantuan alat medis, dan pinjaman lunak. Beijing tidak ingin tercatat dalam sejarah sebagai pembawa bencana.
Langkah ini dimulai setelah kampanye teori konspirasi, bahwa virus korona tidak berasal dari Cina, berhenti.
Beijing menghujanin negara-negara Eropa, yang sedang berjuang mengatasi virus korona, dengan bantuan dan diplomatik ofensif.
Baca Juga:
— Satu Abad Lalu: Flu Spanyol Membunuh 50 Juta Orang
–– Belajar dari Wabah Flu Spanyol yang Membunuh 18 Juta Penduduk India
Cina mengirim ratusan ribu masker bedah dan alat tes ke Filipina, Pakistan, dan Indonesia. Mengirim tim medis ke Irak dan Iran, serta memperpanjang pinjaman 500 juta dolar untuk membantu Sri Lanka.
Dunia tiba-tiba mengidap amnesia bahwa virus korona, atau Covid-19, berawal di Wuhan, Desember 2019. Virus menyebar ke kota-kota di Cina, dan dibawa travellers ke berbagai negara.
Cina relatif telah pulih, kendati ada kemungkin wabah gelombang kedua yang dibawa pendatang. Sedangkan negara-negara Eropa sedang berjuang mengatasi virus korona.
Presiden Xi Jinping menjanjikan bantuan kepada Italia dan Spanyol, yang saat ini sangat terpukul. Dua tim medis Cina dikirim ke Italia, untuk memperlihatkan solidaritas tinggi Beijing dengan mitra Eropa.
Italia adalah negara Uni Eropa yang paling awal bermitra dengan Cina dalam proyek infrastruktur Belt and Road.
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan di Twiiter-nya bahwa Cina akan mengirim dua juga masker ke Eropa. Ia menyatakan terima kasih kepada PM Li Keqiang.
Uni Eropa, Januari 2020, membantu Cina dengan peralatan medis. “Hari ini kami berterima kasih atas dukungannya,” kata Ursula.
Beijing juga mengirim peralatan medis ke Serbia, setelah negara Balkan itu memohon bantuan.
“Tanpa Anda, Eropa hampir tidak dapat mempertahankan diri,” puji Presiden Serbia Aleksandar Vucic kepada Dubes Cina di saat peralatan tes virus tiba di Beograd.
“Kami telah menunggu saudara-saudara Cina,” lanjut Vucic.
Uni Eropa, dan Serbia bukan anggotanya, mengumumkan larangan ekspor peralatan medis. Serbia boleh sesuka hati menerima bantuan Cina.
Kantor berita Xinhua memberitakan Serbia juga akan kedatangan banyak tim dokter dan medis dari Cina.
Baca Juga:
— “Di Bawah Presiden Buta Sains, Pandemi Corona Membayangi Warga”
— Virus Korona: Kini, Dunia tanpa Jabat Tangan dan Ciuman
Beijing dalam beberapa tahun terakhir menantang Brussels, untuk mendapatkan pengaruh di Balkan. Khususnya dalam bidang investasi infrastruktur berbasis pinjaman untuk negara nggak punya uang.
Sekutu politik Cina di Afrika juga akan kebanjiran bantuan Beijing, selama wabah virus korona.
Jack Ma, orang terkaya Cina, memainkan peran negara dengan menyumbang dua juta masker ke seluruh Eropa. Pengiriman pertama tiba di Belgia, Spanyol, dan Italia.
Diplomasi Virus
People’s Daily, surat kabar plat merah, berkomentar Cina adalah negara besar yang bertanggung jawab, yang bersedia bekerja sama dengan negara lain.
Komentar ini muncul saat AS dan Cina terlibat saling usir wartawan, dan Presiden Donald Trump menyebut virus korona sebagai virus Cina.
AS saat ini sedang berjuang mengatasi virus korona. California, negara bagian terpadat, terkunci dengan 56 persen penduduknya berpotensi terjangkit virus korona.
Marina Rudyak, pakar bantuan nuar negeri Cina di Universitas Heidelberg, mengatakan; “Sekarang, ketika pemerintah AS di bawah Trump gagal memberi respons internasional, dan Uni Eropa sibuk mencegah wabah, Cina mengisi tempat kosong dengan menawarkan bantuan.”
Cina melakukan semua ini untuk menulis ulang narasi Covid-19, menangkis kritik terhadap upaya awal untuk menutupi wabah, dan menjadi penyelamat negara-negara yang tidak siap menghadapi wabah.
Baca Juga:
— Trump Sebut Covid-19 Sebagai Virus Cina, Beijing Marah
— Italia Lampaui Cina dalam Jumlah Kematian Akibat Virus Corona
Untuk beberapa negara Eropa, strategi Cina berhasil, tapi tidak bagi yang lain.
“Ada narasi yang bersaing di Eropa,” kata Joerg Wuttke, presiden Kamar Dagang Uni Eropa di Cina. “Orang Eropa tetap akan melihat Cina bertanggung jawab atas wabah virus korona, tapi bantuan Beijing mungkin akan mengubah opini ini.”