Jumat (24/12) lalu, sehari sebelum Natal, Inggris mencatat rekor baru dalam angka infeksi, yang mencapai lebih 120 ribu orang.
JERNIH– Beberapa bulan lalu, banyak pihak berharap bisa melewati pergantian tahun kali ini dengan pesta meriah. Namun sekarang, banyak negara Eropa memberlakukan larangan berkumpul karena varian Omicron.
Pemerintah Prancis dan Inggris sedang mengevaluasi data terbaru tentang laju infeksi varian Omicron, saat angka infeksi COVID-19 kembali naik dengan cepat. Memang indikasi cukup kuat bahwa Omicron menular lebih cepat dari varian Delta, meski mengakibatkan penyakit yang lebih ringan.
Namun, banyak pemimpin politik yang tidak mau terjebak dengan tren itu dan ingin memastikan bahwa sistem kesehatan tetap berfungsi dan tidak runtuh. Karena itu Inggris dan Prancis sudah menerapkan kebijakan lebih ketat menjelang pergantian tahun. Sulitnya, selama masa liburan Natal, banyak fasilitas kesehatan yang tidak melaporkan data mereka, sehingga sulit mendapat gambaran penyebaran penyakit yang tepat.
Di Belgia, mulai Senin (27/12) lalu diberlakukan pembatasan yang lebih ketat. Belanja bersama dibatasi maksimal hanya untuk dua orang dewasa, bioskop dan gedung pertunjukan lainnya ditutup. Penutupan gedung teater dan pusat-pusat kesenian mendapat tentangan keras dari sebagian warga maupun penyelenggara kesenian.
“Kita juga membutuhkannya kesehatan mental. Ini adalah satu-satunya cara bagi orang untuk mengalami sesuatu dan untuk bercerita. Sangat penting bagi kami untuk tetap terbuka di masa yang rumit dan kompleks ini,” kata Michael De Kok, direktur artistik di Flemish Royal Theatre.
Belgia juga membatalkan perayaan kembang api Tahun Baru, yang biasanya membuat ribuan orang memadati pusat kota Brussel. Klub-klub malam dan restoran sudah dilarang sebelumnya, kafe dan bar hanya diizinkan buka sampai jam 11 malam.
Di Inggris, beberapa tempat juga memberlakukan kebijakan ketat. Skotlandia menutup klub malamnya mulai Senin (27/12), setelah Irlandia Utara dan Wales memberlakukan itu sehari sebelumnya.
Sementara pertandingan sepak bola liga utama Inggris masih tetap dimainkan, banyak klub berjuang karena pemainnya tertular COVID-19 atau harus melakukan isolasi. Dalam dua pekan terakhir, ada 15 pertandingan sepak bola yang terpaksa dibatalkan karena klub kekurangan pemain. Jumat (24/12) lalu, sehari sebelum Natal, Inggris mencatat rekor baru dalam angka infeksi, yang mencapai lebih 120 ribu orang.
Prancis sebelumnya juga sudah mencatat lebih dari 100.000 infeksi baru dalam satu hari, untuk pertama kalinya selama pandemi. Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron hari Senin (27/12) mengadakan pertemuan darurat untuk membahas langkah-langkah selanjutnya mengatasi penyebaran virus.
Namun di beberapa negara, pemerintahan masih ragu-ragu soal pembatasan yang lebih ketat. Di Polandia yang berpenduduk 38 juta orang dan angka kematian harian sudah menembus 500, klub malam mungkin akan diizinkan untuk dibuka kembali pada malam Tahun Baru. Pemerintah Polandia khawatir akan banyak orang akan menentang pembatasan. Di Italia, pemerintah belum meminta warga membatasi pertemuan pribadi dan melarang acara di luar ruangan pada malam Tahun Baru. Diskotik ditutup hingga akhir Januari.
Belanda adalah salah satu negara yang sudah mengambil keputusan cepat dan ketat dengan memberlakukan lockdown jauh hari. Semua toko, restoran, dan bar dilarang buka, liburan sekolah diperpanjang untuk mencegah penyebaran virus. [AP/Reuters]