Crispy

Putri Handayani Kibarkan Merah Putih di Puncak Tertinggi Benua Artatika Gunung Vinson

  • Tepat pada hari Rabu, 8 Januari 2025, pukul 18.30 waktu Punta Arenas, Chille, Putri Handayani berhasil mencapai puncak Gunung Vinson (4.892 mdpl) di benua Antartika.
  • Putri mengibarkan bendera Indonesia Sang Merah Putih sekaligus memberikan kado prestasi bagi bangsa Indonesia.
  • Pendakian ini menyelesaikan misi The Explorer’s Grand Slam Putri Handayani ke 7 dari 9 target yang dicanangkan.

JERNIH – Prestasi membanggakan diraih Putri Handayani, seorang pendaki perempuan asal Indonesia, yang berhasil menapakkan kaki di puncak Gunung Vinson, puncak tertinggi di Antartika. Pendakian yang berlangsung sejak 4 hingga 9 Januari 2025 ini menjadi salah satu momen bersejarah, sekaligus kado prestasi pertama bagi Indonesia di awal tahun 2025.

Setelah 3 hari menunggu cuaca berkabut hilang di Union Glacier Camp Antartika, Putri akhirnya terbang ke Vinson Base Camp (2.152 mdpl) pada 4 Januari 2025. Dari sini, keesokan harinya Putri dan tim memulai pendakian dengan melintasi gletser Branscomb menuju Camp 1 atau Low Camp (2.865 mdpl) di bawah matahari yang terik walaupun suhu cukup dingin mencapai minus 6 derajat Celcius.

Setelah sehari beristirahat sambil melakukan aklimatisasi dan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, ia melanjutkan pendakian menuju Camp 2 atau High Camp (3.858 mdpl). Memanfaatkan cuaca cerah yang ters-menerus minggu itu, Putri dan tim memutuskan langsung menuju puncak eesokan harinya. Dalam suhu ekstrem yang mencapai minus 35 derajat Celsius, Putri berhasil menjaga semangat dan fokusnya hingga mencapai puncak.

Di puncak Gunung Vinson, Putri dengan bangga mengibarkan bendera merah putih, simbol kebanggaan bangsa Indonesia. “Ini bukan hanya tentang pendakian, tetapi juga tentang membuktikan bahwa perempuan Indonesia mampu menghadapi tantangan-tantangan besar di bidang apapun,” ujar Putri.

Gunung Vinson, yang memiliki ketinggian 4.892 meter di atas permukaan laut, dikenal sebagai salah satu tantangan terbesar bagi para pendaki dunia. Karena letaknya yang mendekati Kutub Selatan, tekanan udara di gunung ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan gunung-gunung di lokasi lain yang lebih jauh dari Kutub Selatan dengan ketinggian yang sama.

Sederhananya, tekanan udara di puncak Gunung Vinson ekuivalen dengan gunung-gunung yang ketinggiannya 500 sampai 1.000 mdpl lebih tinggi di sekitar garis khatulistiwa. Gunung yang terletak di benua terdingin di bumi ini juga mempunyai cuaca yang tidak menentu dan sulit dijangkau menjadikannya sebagai salah satu puncak tersulit dalam daftar The Seven Summits.

Keberhasilan Putri Handayani tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya para perempuan yang ingin meraih mimpi besar. “Saya dedikasikan pendakian ini untuk Indonesia, dan untuk semua perempuan yang percaya bahwa mimpi besar bisa dicapai dengan tekad dan usaha,” tambahnya.

Apalagi ekspedisi pendakian ini didukung langsung oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Termasuk pula dari dua perusahaan BUMN yakni PT Pertamina dan PT Garuda Indonesia. Tak ketinggalan peran swasta Eiger Adventure.

Pendakian Putri Handayani juga diharapkan menjadi motivasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus mengejar prestasi di kancah internasional. Melalui kerja keras, dedikasi, dan semangat juang yang tinggi, ia telah membuktikan bahwa batasan hanya ada dalam pikiran kita.

Inspirasi bagi Perempuan Indonesia

Dengan pencapaian ini, Putri Handayani menjadi salah satu pendaki perempuan Indonesia yang telah mencatatkan sejarah di medan Antartika yang keras. Dari berbagai upaya ekspedisi orang Indonesia menuju puncak tertinggi di Antartika itu baru dua perempuan Indonesia yang berhasil mengibarkan sang dwiwarna.

Itu pun terjadi pada delapan tahun silam. Praktis tidak ada pendaki perempuan asal Indonesia yang meneruskan kiprah. Keberhasilan di awal tahun ini menambah lagi daftar prestasi. Putri Handayani tercatat sebagai pendaki perempuan Indonesia ketiga. Selain itu merupakan pendaki ke 12 asal Indonesia.

Momentum tersebut tentu menjadi sejarah baru dari rangkaian penjelajahan pendakian orang Indonesia di puncak-puncak dunia.  “Alhamdulillah, jerih payah saya terbayar. Saya lupakan lelah. Saya dorong diri saya setinggi-tingginya agar bisa mengibarkan merah putih. Ini kado untuk seluruh rakyat Indonesia di awal tahun 2025,” kata Putri.

Vinson Base Camp ke High Camp

Pendakian dimulai dari Vinson Base Camp, yang biasanya dicapai dengan pesawat khusus dari Union Glacier, Antartika. Base camp berfungsi sebagai pusat logistik dan titik aklimatisasi awal. Di sini, pendaki mempersiapkan perlengkapan seperti crampons, tali, dan sled (papan luncur yang ditarik pendaki untuk membawa beban).

Untuk menuju Vinson Base Camp, tim ekspedisi harus menunda penerbangan selama 3 hari akibat cuaca yang tak bersahabat dan awan tebal. Baru pada 4 Januari 2025, tim melakukan penerbangan dari Union Glacier ke Vinson Base Camp. “Untung di Union Glacier banyak kegiatan dan tidak membosankan. Bisa naik sepeda, ke gym, makanannya juga enak,” terang Putri.

Keesokan harinya pada 5 Januari 2025, pendaki bergerak dari Base Camp menuju Low Camp melalui Branscomb Glacier. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 6 jam. Jalur ini relatif landai, tetapi penuh dengan tantangan. Beruntung, “Cuaca bagus banget, suhu sekitar minus 6 derajat Celcius dan tidak berangin,” tulis Putri lewat pesan singkat dari telepon satelit yang dibawanya.

Selama dua hari Putri menginap dan beristirahat di Low Camp (2.865 mdpl). Selama itu pula ia bersama pendaki lainnya melakukan latihan SRT (single rope technique) yang berguna untuk melewati fixed line di etape berikutnya. “Kami juga mengorganisasi lagi barang-barang yang akan dibawa ke High Camp,” tambahnya. Makan malam juga dilakukan lebih awal sekaligus memastikan nutrisi dan hidrasi pendaki tetap terjaga.

Pada 7 Januari 2025, pukul 13.30, Putri bersama tim pendaki mulai bergerak menuju High Camp yang berada di ketinggian 3.858 mdpl. Beban yang dibawa Putri sendiri mencapai 20 kg.  Kendati demikian semangatnya tak kendur. Sementara medannya juga sangat menguras tenaga. Peningkatan elevasi (elevation gain) mencapai 1.000 meter. Termometer menunjuk angka bervariasi antara minus 20 hingga minus 25 derajat Celcius.

“Alhamdulillah cuaca sangat cerah. Tanpa angin. Tidak seperti tahun lalu,” imbuhnya.

Informasi cuaca begitu penting untuk pendakian Gunung Vinson. Selagi cuaca masih bersahabat pendaki akan memanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah ketinggian. Tepat pukul 20.30 waktu setempat Putri akhirnya mencapai High Camp. Butuh waktu 7,5  jam pendakian dari Low Camp ke High Camp. “Bagian terberat dari pendakian ini sudah terlewati,” ujarnya setengah lega.

Perjalanan Menuju Puncak Gunung Vinson

Namun tugas paling utama masih menunggu. Yakni mengibarkan Sang Merah Putih yang diamanahkan Presiden Prabowo Subianto. Tentu hal membuat ia berdebar ingin segera menunaikan tugas tersebut. Putri pun memanfaatkan waktu sebaik-baiknya terutama menjaga kebugaran fisik.

Tanggal 8 Januari 2025 pagi menjelang. Putri Handayani bergegas menyiapkan pendakian etape menuju puncak Gunung Vinson. Pukul 11.00 waktu setempat rombongan pendaki mulai bergerak. Semakin tinggi dan semakin turun pula suhu udara.

Jam demi jam berlalu. Puncak gunung sudah terlihat tetapi masih membutuhkan pendakian beberapa jam lagi. Lepas pukul 18.00 titik tertinggi di Antartika itu semakin dekat. Dan, 30 menit kemudian, pukul 18.30 waktu Punta Arenas, Chille, tidak ada lagi tanjakan. Itu artinya ia telah berada di ketinggian 4.892 mdpl, puncak Gunung Vinson!

Perasaan campur aduk. Bendera merah putih dikeluarkan dan dikibarkan. Terakhir sang saka berkibar pada 7 tahun silam. Tahun 2025, Putri Handayani mengibarkan kembali. Sekitar 30 menit berada di puncak. Salah satu bakti kepada negara tuntas di Gunung Vinson. Tak bisa berlama-lama lagi. Suhu mulai turun mencapai minus 35 derajat Celcius. Putri bersama pendaki lainnya bergegas turun menuju High Camp. Perjalanan turun lebih cepat, membutuhkan waktu 4 jam.

Namun, tengah malam itu cuaca di High Camp mulai menunjukkan gelagat kurang bagus. “Sedikit angin dan badai ringan di sekitar High Camp,” kata Putri. Tim hanya beristirahat sebentar. Kemungkinan cuaca akan lebih buruk. Pada 9 Januari 2025, seluruh pendaki  turun ke Base Camp.

Pendakian Gunung Vinson yang didukung Indonesia National Olympic Committee (KOI),  Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (ILUNI FTUI), Kamuka Parwata Fakultas Teknik Universitas Indonesia (KAPA FTUI), dan Yayasan KAPA FTUI ini menorehkan daftar baru bagi Indonesia.

Sedangkan bagi Putri Handayani, keberhasilan ini menggenapi target ke-7 dari 9 target meraih gelar The Explorer’s Grand Slam pertama orang Indonesia. Selanjutnya menunggu target berikutnya yaitu Gunung Everest dan Kutub Utara. [*]

Back to top button