Solilokui

“Youssou N’Dour itu Puasa Kamu”

Aku juga kaget melihat album Youssou N’Dour. Temanku mengingatkan biar aku sabar dan luluh. Agar aku jadi makhluk yang mengembalikan keterpesonaan kepada-Nya. Tidak pada Youssou N’Dour atau lainnya

Oleh  : Anwar Holid

“Anggap saja Youssou N’Dour itu puasa kamu,” kata temanku. Wah, dahsyat dan menggetarkan komentarnya. Aku teringat sebuah album CD di toko musik, kemudian mengalami kecamuk pertentangan antara ingin memiliki dan menahannya karena berbagai alasan.

Aku terkesiap level dewa album Youssou N’Dour ada di toko itu. Waktu itu aku tergila-gila pada musik dan suaranya, mencari albumnya ke seantero Bandung. Reputasi N’Dour di kancah world music (musik etnik) seperti Rhoma Irama di dangdut. Kamu perlu menyimak  N’Dour jika ingin merasakan world music dari belahan dunia lain seperti apa.

Begitu girang waktu menemukannya, tetapi langsung sesak: Rp 150.000 untuk sebuah CD? Makasih deh. (Mungkin kalau Youssou dengar, ia akan menjawab,”Kembali kasih..”).

“Sementara banyak orang lagi prihatin karena kondisi lagi susah kayak gini, kamu mau beli CD!” kata dia lagi. Dalam hati aku menyesal batal beli CD, sebab sebenarnya mampu membayar maharnya dengan lapang.

Baiklah, baiklah itu jadi puasaku. Mencoba membuat diriku sabar pada beberapa hal. Semoga itu membuatku tidak serakah pada banyak hal. Ayo, nanti Tuhan juga akan mencarikan kesenangan lain untukmu. Mencoba tidak begitu terhenyak atau terpesona oleh makhluk-Nya. Belajar lebih banyaklah tentang Dia. Baiklah aku turuti, semoga tidak dengan berat hati. Semoga aku bisa menahan diri. Memang begitu sukar dan berat kalau seseorang sedang berlebih dan mampu malah diminta menahan diri. Persis saat diputuskan pas lagi sayang-sayangnya.

Ucapan teman itu membuatku makin menyadari betapa Tuhan memang mengurus segala hal. Baik pada nilai ujian, saat meludah, suasana hati, terhadap penciptaan, bahkan pada bisikan hati paling halus sekali pun. Ia mempengaruhi segala sesuatu, bahkan pada sesuatu yang tampak kebetulan dan sederhana.

Coba aku hayati ini. Bagaimana mungkin kita akan bisa mengelak dari peran Tuhan, jika sejak usaha sperma menuju pertemuan dengan sel telur semua telah memiliki tanda-tanda akan menjadi apa? Kita tidak bisa menghindar dari pengawasan Tuhan. Semestinya kita luluh, menyerah, dan bersyukur. Betapa Dia merencanakan semua  dengan sempurna.

Bagaimana biar dapat terus mengingat dan berserah diri kepada-Nya? Biasanya aku berusaha menyadari posisi sebagai makhluk dan takjub betapa dahsyat penciptaan Tuhan. Tetapi toh betapa sering aku lalai? Dalam banyak peristiwa, aku gampang terprovokasi dan memaki-maki. Misalnya kecipratan di pinggir jalan oleh kendaraan yang melintas tatkala hujan. Wajarkah memaki waktu keadaan begitu? Hujan, banyak air, kemungkinan terciprat begitu besar. Tepat seperti peristiwa Youssou N’Dour ini: menahan diri justru ketika punya uang! Kata banyak orang bijak, di situlah puncak ujian. Mirip puasa wajib saat Ramadhan itu gampang, tapi puasa sunat itu menantang.

“Apa yang bisa bikin kamu mengingat Tuhan?”tanyaku. “Keterkejutan,” jawab temanku. Keterkejutan ya, ulangku. “Iya, misalnya ketika aku kecurian dompet di masjid, padahal katanya tempat suci. Ngobrol dengan teman-teman juga suka mengejutkan… nggak nyangka pikiran mereka suka di luar dugaan.”

Aku juga kaget melihat album Youssou N’Dour. Temanku mengingatkan biar aku sabar dan luluh. Agar aku jadi makhluk yang mengembalikan keterpesonaan kepada-Nya. Tidak pada Youssou N’Dour atau lainnya.[ ]

-Anwar Holid, editor dan penulis, tinggal di Bandung. Blog: halamanganjil.blogspot.com. Twitter: @nwrhld. IG: @anwarholid.

Back to top button