Menghadapi Etnis Kachin, Tentara Myanmar Kehilangan 100 Personel
- Tatmadaw, julukan Tentara Myanmar, mencoba merebut kembali pangkalan dari tangan KIA.
- Mereka mengerahkan lebih 100 tentara, tapi hanya tiga yang selamat.
- Sampai Rabu 14 April, KIA menangkap beberapa Tentara Myanmar yang kelaparan setelah delapan hari makan pucuk daun pisang.
JERNIH — Tentara Myanmar bisa membunuh pengunjuk rasa berapa pun yang diinginkan, tapi kehilangan seratus tentara ketika menghadapi Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA).
The Irrawaddy memberitakan ketegangan meningkat sejak KIA merebut pangkalan Alaw Bum yan diduduki Tatmadaw pada 25 Maret. Tatmadaw, julukan Tentara Myanmar, melancarkan serangan udara selama empat hari sebagai upaya merebut kembali pangkalan itu.
Batalyon Infanteri Ringan 320 Myanmar, yang bermarkas di Kotapraja Momauk di negara bagian Kachin — terdiri dari sekitar 100 tentara — datang dalam dua kolom untuk menyerang pos terdepan KIA.
Satu kolom mundur pada Selasa 13 April, setelah mengalami kekalahan telak yang menyebabkan komandan batalion tewas. Kolom laom bentrok dengan pasukan KIA, Selasa malam, dan mundur dengan banyak korban.
Kolonel Naw Bu, petugas informasi KIA, mengatakan; “Saya khawatir semua pasukan di kolom militer itu tewas. Saya mendengar hanya dua atau tiga tentara yang bertahan di kolom itu.”
Kepada Kachin Waves, outlet berita masyarakat Kachin, Kolonel Naw Bu melanjutkan; “Pasukan kami mengejar mereka.” Hingga Rabu, KIA menangkap 38 personel Tatmadaw.
Tidak ada baku tembak di Alaw bum sepanjang Rabu. Seorang personel Tatmadaw yang kelaparan ditangkap di Desa Mongsaiyan, dekat Laiza, wilayah di bawah kendali langsung markas KIA.
“Tentara Myanmar itu mengatakan tidak mengatakan apa pun kecuali pucuk batang pisang selama delapan hari,” kata Kolonel Naw Bu.
KIA, yang berbasis di perbatasan Cina, menolak mengakui rezim militer. Bersama kelompok etnis bersenjata lainnya KIA mengobarkan perlawanan militer di seluruh negara bagian Kachin dan Shan sejak 11 Maret.
KIA menyerang pos-pos militer dan polisi, dan mengancam meningkatkan serangan jika junta militer terus membunuh pengunjuk rasa damai di seluruh kota.