POTPOURRI

Yakin Nilai Tinggi Tekstil Berpewarna Alam, Ernisusi Budidayakan Tanaman Warna Alami di Nambo

“Kami, Ernisusi dengan Auliazara, Anissa Edriani Zahra, dan Ariesta Edriana Pratiwi, berkolaborasi mengangkat tema Polyfaceshion dengan kain tradisional berpewarna alam,”kata Ernisusi. Dia menggabungkan  istilah “Polyface” dan “Fashion”. Polyface berarti model atau konsep pertanian yang memiliki banyak aspek, yaitu budi daya, teknologi pasca panen, dan marketing, sementara fashion merupakan salah satu sub-sektor industri kreatif di bidang busana.

JERNIH—Semakin besarnya minat masyarakat terutama warga negara-negara maju pada produk tekstil berpewarna alam, membuat perancang busana Ernisusi bergerak melebarkan sayap. Bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Yayasan Polyface Agrotekno Mandiri, Ernisusi langsung melakukan budi daya tanaman pewarna alam untuk bahan pewarna bagi tekstil dan busana produksinya.

Sejak tahun lalu, dengan melibatkan para pemuda setempat, Ernisusi cs membangun rintisan perkebunan tanaman pewarna alam seluas dua hektare di Nambo, Bogor utara. “Lahan perkebunan ini juga merupakan rintisan basecamp Polyfaceshion, yang merupakan pertanian terintegrasi dan ecofashion,”kata Ernisusi. Pelibatan para pemuda Nambo dimaksudkannya sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi.

Dikuatkan kerja sama dengan LAZ DASI NTB, serta didukung Corporate Brand Manager PT. Pertamina dan NTB Syariah, diharapkan upaya tersebut menjadi awal perintisan usaha kecil guna membuka peluang sebesar-besarhya bagi masyarakat Nambo, terutana yang berminat bekerja dan berkarya di bidang budi daya dan produksi pakaian jadi berbasis warna alam.

“Dalam kegiatan ini kami mendapatkan pembinaan Kepala Departemen Teknik Industri Universitas Trisakti, Ibu Tiena Amran, serta Bapak Agung Harsoyo, ketua Kalam Salman-ITB,”kata Ernisusi.

Ernisusi bersama perancang terkemuka, Popy Dharsono

Apa yang dikemukakan Ernisusi benar adanya. Tahun ini, perusahaan pewarnaan busana dengan bahan alami yang berbasis di Bali, Pagi Motley, menyatakan meski didera pandemi, ekspor produknya meningkat hingga 25 persen dibanding tahun lalu. Pagi Motley yang dimiliki I Made Andika Putra, melakukan ekspor hingga ke Jepang, Korea Selatan, Denmark, Swiss, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, hingga Ukraina.

“Konsumen kami hampir 90 persen dari luar, jadi mereka memproses kain menjadi barang jadi setelah itu kami yang mengerjakan pewarnaannya,” kata Andika. Ia mengatakan pasarnya masih sangat besar, sehingga banyak permintaan yang belum bisa dikerjakan perusahaannya.

Upaya Ernisusi memasyarakatkan warna alami tersebut lebih dikuatkan lagi dengan disertakannya produk-produk busana berpewarna alami pada fashion show yang menjadi bagian Indonesia Fashion Week (IFW) 2022, pertengahan bulan ini di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Jakarta.

“Kami, Ernisusi dengan Auliazara, Anissa Edriani Zahra, dan Ariesta Edriana Pratiwi, berkolaborasi mengangkat tema Polyfaceshion dengan kain tradisional berpewarna alam,”kata Ernisusi. Dia menggabungkan  istilah “Polyface” dan “Fashion”. Polyface berarti model atau konsep pertanian yang memiliki banyak aspek, yaitu budi daya, teknologi pasca panen, dan marketing, sementara fashion merupakan salah satu sub-sektor industri kreatif di bidang busana.

Yang menarik, koleksi busana Polyfaceshion merupakan kolaborasi antargenerasi, karena dirancang oleh Auliazara (generasi Z), Edri dan Ariesta (generasi milenial), serta Ernisusi yang dating dari generasi yang lebih awal lagi. Busana-busana yang dipamerkan saat itu menggunakan bahan-bahan tradisional, yaitu tenun Garut buatan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), kain biru pewarna alam Indigofera, dan kain tenun ikat Sikka dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun mimpi Ernisusi tak berhenti di ajang tersebut. Ia mengatakan, selain ingin menegaskan bagaimana bagaimana kain tradisional, dalam hal ini kain tenun ATBM dan tenun ikat merupakan harta budaya yang tak ternilai harganya, serta bagaimana pewarna alam bisa menaikkan nilai kain tradisional, ke depan ia pun tengah merencanakan budi daya nilam sebagai bahan baku parfum.

“Proses pembuatan mesin ekstraksi nilam sudah kami lakukan, dan insya Allah semoga kami bisa memperkenalkan parfum halal di IFW tahun depan,”kata dia. [ ]

Back to top button