Kapolda Bali Bicara Terorisme di Negeri Orang
Tak ada yang meragukan kemampuan Kapolda Bali, Irjen Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose dalam menangani aksi terorisme. Pengalamannya dalam menangani berbagai kasus terorisme terutama saat bertugas di di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Anti Teror membuat Jenderal lulusan Akpol tahun 1988 ini sering diundang menjadi pembicara disejumlah Negara di dunia.
Tak tanggung-tanggung bahkan Director of University of Chicago Project on Security & Threats, Prof. Robert Pape secara khusus mengundang Kapolda Bali sebagai pembicara dalam kegiatan world colloquium and national workshop dengan tema “Uniting Against the Next Attack” di Chicago, Amerika Serikat.
United Nations Security Council Counter-Terrorism Committee Executive Directorate (UN-CTED) dan University of Chicago Project on Security & Threats (CPOST) adalah suatu kegiatan yang dihadiri para pakar keamanan dan akademisi dunia, antara lain United Nations, Amerika Serikat, Inggris, Indonesia, Australia, Turki, Maroko, Perancis, Skotlandia dan Israel. Para pelaku bisnis besar dunia seperti Motorola dan Amazonbahkan mengirim perwakilannya yang khusus mempelajari tentang perilaku teroris di dunia untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu Irjen Pol. Dr. Petrus Reinhard Golose memaparkan tentang bagaimana tugas dan peran Polri dalam penanganan aksi terorisme di Indonesia. menjelaskan tentang perkembangan terorisme yang sangat pesat, semakin canggih dan terorganisir, Sehingga menempatkan terorisme sebagai musuh setiap negara merupakan ancaman dunia.
Petrus juga menjelaskan strategi Indonesia sebagai sebagai salah satu negara yang menghadapi fenomena FTF (Foreign Terrorist Fighters) serta strategi Polri selaku penegak hukum dalam menanggulangi permasalahan terorisme tersebut.
“Polri sebagai garda terdepan dalam penanganan aksi terorisme dengan melakukan tindakan mulai dari soft approach hingga hard approach,”.
Jenderal bintang dua di pundak ini juga menjelaskan bahwa Polri mempunya SOP . (Standard Operational Procedure) dalam menangani teror bom sehingga semua pelaku bom Bali 1 dan 2, bom Thamrin tahun 2016, bom Surabaya tahun 2018 dan bom Medan tahun 2019 dapat cepat ditangkap “Semua pelaku bom dan jaringannya ditangkap oleh personel Densus 88-AT,”.
Kapolda Bali itu juga menjelaskan dampak terorisme terhadap perekonomian di Indonesia serta penanganan trauma terhadap korban yang kena bom dan keluarga yang ditinggalkan. Namun Indonesia dapat mengelola krisis pasca serangan teroris secara cepat dan terukur.
Jenderal lulusan Akpol tahun 1988 juga memaparkan Undang-undang yang dimiliki Pemerintah Republk Indonesia dalam yang selama ini dipakai dan dari waktu ke waktu di revisi untuk mengikuti perkembangan jaman.
Para peserta World Colloquium and National Workshop merasa puas dengan materi yang disampaikan Petrus, bahlan Ia didaulat untuk memberikan ceramah kepada mahasiswa dan peneliti dari University of Chicago pada Project on Security & Threats.
(tvl)