Ini Puncak Warga Sidorejo Rindu Jembatan
GROBOGAN–Warga Dusun Sidorejo, Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari, Grobogan, sedang puncak-puncaknya merindukan jembatan permanen yang dapat menghubungkan desanya dengan Dusun Peting, Desa Bandungsari, Kecamatan Ngaringan. Jembatan lama yang dibangun Belanda telah tergerus air dan hanyut.
Tokoh masyarakat Desa Karangasem, Sujono (60), mengenang keberadaan jembatan di desanya kala ia masih anak-anak. Jembatan sepanjangan 50 meter yang merupakan jembatan peninggalan zaman Belanda tersebut perlahan menghilang setelah hanyut terseret derasnya arus sungai
“Puluhan tahun lalu ada jembatan sepanjang 50 meter peninggalan Belanda. Namun hanyut dibawa sungai. Belanda si penjajah saja bangunkan jembatan, masak pemerintah sendiri tak sudi bangunkan,” kata Sujono. Mungkin ia lupa, Belanda saat itu enteng saja membangun karena banyak dana. Sementara pemerintah saat ini tengah pusing tujuh keliling dihajar defisit anggaran.
Darsono, perangkat Desa Bandungsari bukan berpangku tangan semata. Ia telah melakukan berbagai upaya. Pihaknya sudah berulang mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah untuk pembuatan jembatan yang dapat jadi penghubung antarkecamatan tersebut. Namun, hingga saat ini belum ada tanggapan atau kepastian.
“Kami berharap pemerintah atau Presiden Jokowi sudi membangunkan jembatan untuk kami. Kami sudah sangat lama mengajukan pembuatan jembatan hingga berkali-kali, namun tak ada respons. Baik DPR maupun Pemkab Grobogan tak memberi kepastian hingga saat ini,” kata Darsono.
Menurut Darsono, keberadaan jembatan akan sangat bermanfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat yang mayoritas berprofesi petani dan pengrajin genteng.
“Jembatan yang diminta untuk akses perekonomian, pendidikan dan akses menuju jalan raya menuju perkotaan. Dari dua desa di kecamatan ini, mayoritas bekerja petani dan perajin batu bata dan genteng,”ujar dia.
Saat ini bila masyarakat Sidorejo harus memakai kendaraan roda empat untuk membawa hasil panen maupun genteng, mereka harus berputar hingga 40 kilometer untuk menuju Dusun Peting, Desa Bandungsari, Kecamatan Ngaringan. Sebab jembatan darurat yang ada sangat tidak aman dilalui.
Jembatan darurat kayu selebar setengah meter tersebut kondisinya sangat tidak layak. Di samping kayunya sudah using, juga jembatan itu tanpa pengaman dikedua sisinya sehingga berkali-kali pengendara yang tak waspada, terpeleset jatuh ke dasar sungai yang mengering itu. Jembatan darurat itu hanya bisa digunakan bila kemarau tiba. Sebab, saat musim penghujan, jembatan itu perlahan tenggelam oleh debit air sungai yang kian penuh.
Saat Musim kemarau, air sungai menjadi surut bahkan mengering sehingga warna masyarakat bisa melintasi dasar sungai. Namun warga masih harus melewati sisi sungai yang menanjak dan menurun dari sungai yang telah menjadi daratan. Warga terpaksa memanfaatkan lintasan dasar sungai dari pada harus memutar puluhan kilometer
Suyatmin, yang sudah sejak remaja menjadi pengrajin genteng di Desa Karangasem, merasa lebih boros waktu dan finansial akibat tak ada jembatan. Ia berharap pemerintah segera membangun jembatan agar tidak harus berputar jauh
“Harus putar puluhan kilometer. Habis di waktu dan ongkos bensin. Padahal di desa kami terkenal sebagai penghasil batubata dan genteng berkualitas. Kami berharap pemerintah bisa membangunkan jembatan bagi kami.” [tvl]