Takut Kiamat Akibat Pandemi Covid-19, Seorang Pencuri Insyaf Kembalikan Batu Peluru Kuno
Yerusalem – Akibat wabah virus corona yang melanda dunia, sekelompok orang di Israel mulai khawatir bahwa wabah itu adalah azab tanda kiamat sudah dekat. Salah seorang diantaranya adalah pencuri yang akhirnya tobat dan berniat membersihkan dosa perbuatanya dengan mengembalikan batu peluru kuno Romawi yang telah dicurinya belasan tahun lalu.
Batu tersebut merupakan peluru dari senjata perang ketepel raksasa yang diyakini digunakan saat pengepungan Yerusalem sekitar 2000 tahun lalu. Pelaku yang identitas tidak diketahui itu mengembalikan benda curiannya ke badan kepurbakalaan Israel (Israel Antiquities Authority Israel /IAA). Proses pengembaliannya melalui seorang perantara Moshe Manies karena si pencuri merasa malu untuk terus terang dan takut menghadapi hukuman.
IAA mengetahui penyesalan sang pencuri melalui postingan Facebook yang ditulis oleh orang lain yang dipercaya oleh si pencuri. Uzi Rotstein inspektur unit pencegahan pencurian IAA langsung kemudian mengatur penyerahan batu artefak itu sehingga akhirnya dapat kembali ke pemerintah.
Menurut siaran pers IAA yang dikutip oleh The Times of Israel, Perasaan bersalah tersebut muncul ketika si pencuri membersihkan rumahnya untuk Paskah dan menemukan kembali batu peluru yang dicuri ketika masih remaja. 15 tahun lalu, ia bersama temannya berkeliling situs City of David dan menemukan kemudian mengambil batu peluru yang terpajang di benteng situs tersebut.
“Anak lelaki itu membawa pulang salah satu batu itu. Setelah dia menikah dan berkeluarga, Ia memberi tahu saya bahwa batu itu telah membebani hatinya selama 15 tahun. Dan dia meminta saya untuk membantunya mengembalikannya ke Otoritas Barang Antik Israel ”.
Kembalinya benda bersejarah itu disambut secara umum. Namun,mencuri batu ketapel yang merupakan warisan sejarah Israel adalah pelanggaran serius. Karena dengan hilangnya benda-benda sejarah akan menyulitkan para ahli mempelajari masa lalu dalam konteks aslinya.
Pencurian barang antik adalah masalah serius di Israel. Namun dalam beberapa tahun terakhir, beberapa artefak penting telah dikembalikan ke negara. diantaranya batu kapur osuarium yang dikembalikan pada tahun 2011. Juga dua batu ketapel yang dicuri dari situs arkeologi Gamala, dekat Yerusalem 25 tahun, akhirnya dikembalikan oleh seseorang pada tahun 2015.
Pengepungan Yerusalem pada 70 Masehi adalah salah satu peristiwa paling signifikan dalam perang Yahudi melawan kepungan tentara Romawi yang dipimpin oleh Titus.
Sejarawan Yahudi, Josephus mmengisahkan, Yerusalem saat dikepung sudah terpisah dari daerah-daerah pendukungnya. Akhirnya menjadi sasaran empuk pasukan Romawi. Walau strategi pertahanan dalam benteng kota terus dibangun oleh pasukan Yahudi, namun serangan wabah penyakit dan kelapara memperburuk kondisi warga kota.
Pada saat itu, Pasukan Romawi juga menggelar mesin-mesin perang baru, seperti mesin pelontar batu untuk meruntuhkan tembok benteng kota dan balok pendobrak untuk membobol pintu gerbang benteng. Kepungan dan serangan itu membuat orang-orang yahudi berjuang mati-matian mempertahankan kota. Siangnya berperang, malamnya memperbaiki tembok benteng yang runtuh
Akhirnya, Pasukan Romawi mampu menembus benteng kota Yerusalem yang terdiri dari tiga lapis. Akibatnya, pasukan Yahudi terpaksa berperang sambil mundur untuk berlindung di Bait Allah. Namun akhirnya mereka kalah dan binasa. Titus Sebenarnya berniat melindungi Bait Allah. Akan tetapi tetapi prajurit-prajuritnya begitu kalap sehingga Bait Allah dibakar.
Alat pelontar dengan menggunakan batu terdapat beberapa tipe, diantaranya disebut ballista atau onager yang menggunakan sistem katepel (puntiran) . Sedangkan alat pelontar yang menggunakan bandul disebut manjanik. Manjanik dipercaya diciptakan di Cina antara abad 3 SM sampai 5 M. Di Eropa manjanik pertama kali digunakan oleh kekaisaran Bizantium dan mampu melontarkan batu seberat 150 kg dengan cepat ke arah musuh. Senjata ini dapat merusak tembok dan dinding pertahanan dalam sekala besar
Pada peperangan klasik di abad pertengahan, Manjanik tidak saja berpeluru batu namun juga untuk melontarkan mayat dan bangkai binatang yang terjangkit penyakit. Siasat ini digunakan terutama dalam misi pengepungan kota atau benteng yang bertahan dalam jangka waktu lama. Pada masa wabah Black Death strategi ini digunakan agar musuh menjadi lemah terjangkit penyakit.